[2nd] 7. Saputangan

Mulai dari awal
                                    

DEG...

Mereka?

"Lucian...?"

Wanita yang tiba-tiba menunduk dengan nafas memburu berbalik dan meninggalkan pria itu, pria yang mata merahnya tertangkap pandang oleh Annika Tadi tentu familiar dimatanya, bahkan tanpa mata merahnya, postur tubuh pria itu jelas ia mengenali nya.

'bukankah tadi itu Helena?'

Sangat jelas terlihat olehnya sosok Helena yang lari dengan nafas tersengal-sengal. Ia yakin ia tidak salah lihat tadi. Didalam hutan, berdua saja, tempatnya sepi, sempurna untuk melakukan hal yang tidak diketahui oleh publik.

Tapi diantara banyak orang...

Mengapa ia harus melihat mereka?

"...ah...."

'benar, dia itu Carlos...'

Annika meremas erat saputangan dalam genggamannya saat ini, saputangan yang ia buat dengan susah payah. Ia tahu hasilnya tidak begitu sempurna seperti yang ia bayangkan, tapi setidaknya...

Tidak...

Mengapa ia merasa hancur seperti ini?

'perasaan macam apa ini?'

Annika tertawa getir.

Ia memulai semua ini dengan niat ingin melindungi dirinya sendiri dari kematian yang akan menimpanya dimasa depan, bersusah payah mencari sosok Carlos dan menariknya kesisinya sebagaimana Duke Adelio melakukan nya. Memulai semua bukan dengan ketulusan, namun seiring berjalannya waktu, ia perlahan mulai menyukai keberadaan Lucian disisinya.

Tapi hubungan ini, Lucian lah yang memulainya, namun mengapa?

"Annika? Kau disini?"

Suara hangat menyapa, Annika mendongak dan menyembunyikan saputangan tadi dibalik gaunnya dan tersenyum kecil. "Ah, Ian, kau disini? aku sedang mencari udara segar. Kebetulan sekali."

'mengapa? Aku ingin menangis, tapi air mataku bahkan tidak keluar.'

Lucian tersenyum dan mengangkat payung dalam genggaman Annika dengan sedikit tinggi dan masuk kedalamnya.

"Kebetulan yang luar biasa."

Terhimpit diantara pohon dan pria didepannya, Annika diam, tidak bereaksi apapun, sebaliknya, ia hanya merasa ingin marah pada dirinya sendiri yang mengharapkan sesuatu yang lebih dari sekedar kata-kata yang baru saja Lucian ucapkan.

"B... Bagaimana lukamu?"

"Aku sudah pulih sepenuhnya, itu sebabnya aku ikut hari ini, kau mengetahui nya dengan baik."

"Begitukah? Baiklah, aku pikir akan segera dimulai, ayo kembali."

Annika hendak keluar dari sana, sekarang, namun lengan kokoh menahan kanan kirinya, ia benar-benar terperangkap.

"Lucian, ini bukan tempat dimana kau bisa Melakukan sesuatu yang kau inginkan dengan bebas."

"Kenapa? Aku bisa menggunakan sihir agar kita tidak terlihat."

"Oh, tidak, jangan."

Annika tertawa hambar dan mendorong Lucian sekuat yang ia bisa. Dan segera keluar dari tangannya sepenuhnya. Membuang muka darinya dan menatap daun-daun kering ditanah, ia tidak ingin melihat mata merah menggoda itu saat ini, pemandangan tadi sudah cukup membuat perutnya terasa mual dan ingin muntah.

Namun, menghindari seseorang yang sudah ada sejak masa kecilnya selama ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.

"Kau tidak akan memberikan ku apapun?"

The Vermilion Primrose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang