"Hentikan ayah!!" Teriaknya.

"Ini bukan seutuhnya salahnya. Tetapi ini semua karena keegoisanmu lalu mengalir kepadaku dan membuatnya semakin tertekan. Ia melakukan ini terpaksa karena merasa bersalah telah mencampakan putrinya itu. Asal kau tau ayah ia mencintai kita hingga rela melakukan apapun demi kita bahkan mencampakan putrinya sendiri yang mana ia juga sangat menyayanginya. Jadi aku mohon lihat dia sebentar saja, akuilah keberadaannya. Karena dia aku mendapatkan kasih sayang seorang ibu yang telah lama tidak kurasakan. Aku mohon maafkan dia kali ini saja ayah aku juga sangat menyayangi nya" lanjutnya dengan derasnya air mata yang mengalir dipipinya itu.

Ia pun beranjak dan menghampiri ibu tirinya yang sedang tersungkur dilantai. Lalu ia memeluk erat ibu tirinya itu. Ibunya pun menangis sesegukan ketika ia mendengar pengakuan Kialla yang diraga Jessie itu membelanya dan sangat menyayanginya.
Ayah nya hanya terdiam setelah mendengar perkataan Kialla.
Joi yang menyaksikan semua itu masih merasa keheranan dengan sikap Kialla yang membela ibu tirinya Jessie sedangkan rencana nya ia akan menghancurkan ibu tirinya tersebut.

Ia menggotong ibunya yang terkulai lemah itu untuk berdiri.

"Biar kan kali ini lagi kita bahagia tanpa ada yang tersakiti" pintanya menatap ke arah ayah nya.

Setelah membantu ibunya untuk berdiri tiba-tiba ia tersungkur kelantai lalu memegang erat dadanya yang mendadak terasa sakit.

Mereka yang melihatnya tersungkur lalu tak sadarkan diri itu segera melarikannya kerumah sakit. Joi yang melihat keadaan Kialla yang diraga Jessie itu sangat khawatir begitupun ayah dan ibu tirinya.

Dalam waktu bersamaan Jessie yang diraga Kialla itu tiba-tiba keadaannya menjadi kritis. Rey yang berada disana dan melihat keadaan nya yang memburuk itu segera berlari memanggil dokter. Dokter pun datang dan segera menanganinya. Ia pun dipindah ke ruang ICU karena kondisi nya yang sangat kritis. Rey pun khawatir dengan keadaan Jessie yang diraga Kialla tersebut. Tak lama ibunya Kialla pun datang, setelah mendengar keadaan anak nya yang semakin memburuk itu hanya bisa menangis sejadinya.
Rey yang berdiri didepan pintu ruang ICU itu melihat seorang wanita paruh baya yang tengah menangis duduk dikursi tunggu depan ruangan tersebut.

"Mungkinkah itu ibunya?" Gumamnya dalam hati.

Lalu ia menoleh ke belakang setelah mendengar langkahan kaki seseorang yang tengah menuju ke arah nya.

"Budi??!!" Sontaknya kaget.

Budi hanya tersenyum melihat ekspresinya Rey yang kaget melihat kedatangannya.

"Kenapa kau kemari?"

Budi masih tersenyum lalu menyandarkan tubuhnya kedinding ruangan itu dengan melipat kedua tangannya ke dada.

"Aku akan selalu berada di sisinya sampai semuanya berakhir"

"Apa maksudmu?" Rey yang masih tak mengerti dengan ucapan Budi hanya menatapnya dengan heran.

****

Jessie... Jessie... sadarlah!!

Jessie bangunlah nak!!

Suara yang memanggil namanya itu terdengar sangat jauh.
Ia mencoba membuka perlahan kedua matanya. Dilihat nya ada ayah dan ibunya juga Joi yang berdiri disampingnya itu. Mereka terlihat sangat khawatir dengan keadaannya.

Ia lalu tersenyum.

"Aku sudah kembali" lirihnya pelan lalu menatap kedua orang tuanya dan temannya itu.

Joi yang melihat ekspresinya Jessie itu mulai bingung dan tak mengerti dengan maksud perkataannya.

"Aku sudah kembali? Apa maksudnya" gumamnya dalam hati.

Seketika itu Jessie tersadar akan sesuatu, ia lalu beranjak dari ranjangnya dan perlahan berdiri.

"Jessie tetap lah di kasurmu, kamu sedang tidak baik-baik saja" ucap ayahnya yang khawatir.

Ibunya hanya menatapnya cemas dengan mata yang masih sembab itu.

"Ayah aku harus pergi ke suatu tempat ini sangat darurat" dengan gontai ia mengajak Joi yang masih menatapnya penuh heran itu.

"Joi Kialla sekarang tengah kritis ayo kita kesana"

"Apa maksudmu"

Joi pun kaget dengan perkataannya dan mulai cemas.Lalu ia mengikuti Jessie yang tengah berlari keluar itu.

"Jessie!!" Teriak ayah yang tak dihiraukannya.

Merekapun bergegas menaiki taksi menuju ke rumah sakit tempat Kialla dirawat.

Sesampainya disana mereka melihat Rey dan Budi sudah berdiri disana dan ibunya Kialla yang tengah duduk melamun tak menghiraukan siapapun disekitarnya dan terlihat sangat terpuruk dengan kondisi anaknya itu.
Rey pun kaget dengan kedatangan mereka.
Lalu seorang dokter keluar dari ruangan tersebut.

"Kondisinya sekarang sudah stabil tak lama lagi ia akan sadarkan diri. Namun dia tetap tak bisa bertahan lebih lama menahan penyakit nya yang semakin ganas itu" ucap dokter itu lalu berlalu.

Semua orang terkecuali Budi sangat terkejut tak percaya dengan pernyataan dokter. Mereka merasakan kesedihan yang sangat mendalam setelah dokter mengatakan seakan hidup Kialla tak lama lagi.
Ibunya Kialla semakin terpuruk dan Jessie pun terduduk lemah dilantai ia merasakan penyesalan yang mendalam.

"Kau baru saja mengubah hidupku menjadi lebih baik lalu kenapa kau seakan segera meninggalkanku sendirian disini?" Lirihnya pelan dengan pandangan kosong kedepan.

Joi dan Rey tak sengaja mendengar lirihan suara Jessie lalu mereka menyadari bahwa Kialla dan Jessie sudah kembali ketubuh mereka masing-masing.

Rey pun bergegas masuk keruangan itu setelah diperbolehkan oleh suster disana dan diikuti oleh mereka berempat dibelakangnya.

Ibunya Kialla lalu memeluk tubuh anaknya yang masih tak sadarkan diri itu dan menangisinya.

"Inikah gadis yang kucintai itu? Lalu mengapa dia terbaring disana?" Gumam Rey dalam hati yang menatap sedih kearah tubuh Kialla yang sedang terbaring tak sadarkan diri itu.

Magic Diary : Who I am ?Where stories live. Discover now