#13 kebenaran (2)

14 0 0
                                    

"Cepat pulang !!"

Namun Kialla masih tetap diam tak menghiraukan Budi yang menyuruhnya pulang.

"Kau mau tidur dijalan hah??!"

Kialla pun mengangguk membuat Budi semakin kesal.

Di halte bus itu Kialla menyandarkan kepalanya di tiang-tiang halte dengan Budi yang masih mengomel berdiri tepat disamping nya. Mendengar omelan Budi, dia terlelap tidur bagaikan di bacakan dongeng sebelum tidur. Budi yang melihat nya yang sudah tertidur itu semakin kesal padanya. Namun Budi tiba-tiba merasa iba setelah melihat wajahnya yang terlihat sangat lelah. Budipun duduk disamping nya lalu memberikan bahunya untuk menahan kepala Kialla yang tengah tertidur.

Pagipun tiba ia tersadar dari lelapnya tidur. Ia menoleh kekanan dan kekiri namun tak ada terlihat batang hidung nya si Budi.

"Kemana makhluk aneh itu? Dia meninggalkan ku sendirian disini? Dasar!!" Kata Kialla yang kesal.

****
Didalam kedai milik ibunya Kialla, Jessie masih terbaring lemas diranjangnya.

"Kialla, ibu membawakan bubur untukmu. Makan ya..." Ibu yang datang menghampirinya dengan membawa nampan berisi semangkuk bubur itu membujuk Jessie untuk mengisi perutnya yang kosong yang semalaman tak makan apapun.

Jessie masih menggelengkan kepalanya. Ibu pun khawatir dengan keadaan anaknya itu yang tiba-tiba bertingkah tak seperti biasanya.

"Kamu kenapa dari semalam hanya diam dan tidak makan apa-apa?" Tanya ibu yang merasa heran dengan tingkah Jessie itu.

"Bu.. kenapa kau menyembunyikan nya dariku?"

"Menyembunyikan apa Kialla?"

"Penyakitku, kau menyembunyikannya dariku, kenapa?" Tangisnya yang tiba-tiba pecah.

Dengan gugup ibu mengungkapkan alasannya yang menyembunyikan penyakit Kialla kepadanya.

"Ibu hanya ingin kau ceria lagi dan tidak ingin kau putus asa dalam menjalani kehidupanmu, ibu menyesal karena tidak bisa memberikanmu kehidupan yang layak" isak ibunya yang menangis karena menyesal.

"Setelah kau kehilangan ingatanmu ibu merasa kau kembali ceria seperti dulu dan tidak menjadi pemurung lagi. Maka itu ibu tak ingin kau tahu lagi soal penyakitmu. Maafkan ibu Kialla" lanjutnya.

Jessie yang mendengar penjelasan ibunya Kialla hanya tertegun diam, lalu iapun memeluk ibunya Kialla.
"Maafkan aku bu.." bisiknya kepada ibu.

Ibu hanya mengangguk lalu mengusap air mata nya.

"Inikah alasanmu ingin mengakhiri hidupmu pada malam itu Kialla? Maafkan aku yang tidak memahamimu, yang aku pikir kau menyia-nyiakan hidupmu yang hampir sempurna ini, ternyata aku salah kau juga mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupan, sama sepertiku" gumam Jessie dalam hati yang masih dalam pelukan ibunya.

*****

Ibunya Kialla kembali ke kedainya untuk mengurus para pelanggan. Disana ia melihat seorang gadis yang mengenakan gaun putih dengan wajah yang tak asing itu tengah duduk disalah satu meja di kedainya. Ia pun coba menghampiri gadis tersebut.

"Nak, kamu teman Kialla yang pernah menginap disini bukan?" Tanya ibu kepada gadis itu yang terlihat lusuh dan wajah yang kusut.
Gadis itu menganggukkan kepalanya, dia tak lain adalah Kialla yang diraga Jessie.

"Bu aku lapar" ujarnya dengan wajah memelas.
Ibu mendengarnya yang sedang kelaparan itu menatapnya dengan senyuman.

"Tunggu sebentar ya tante akan bikinkan kamu makanan" ucap nya dengan tersenyum lalu pergi kedapur.

"Ibu aku benar-benar merindukanmu" gumam nya dalam hati seakan ingin menangis.

Ibunya pun datang membawakan nampan yang berisi beberapa hidangan.

"Ini makanlah dengan kenyang" ucap ibu lalu duduk dihadapan nya.

Kialla pun langsung melahap hidangan yang diberi ibunya itu tanpa rasa malu. Ia menunjukan sikap seperti bukan orang asing lagi didepan ibunya.

"Apakah kamu kesini untuk menemui Kialla?" Tanya ibunya.

Dia mengangguk dengan makanan yang masih dimulutnya.

"Aku akan menemuinya setelah makan, Bu.. bolehkah aku memanggilmu ibu?" Kata Kialla yang bertanya kepada ibunya.

Ibunya pun hanya mengangguk dan tersenyum menatapnya.
Setelah makan Kialla langsung menemui Jessie dikamarnya. Ia melihat Jessie yang duduk dikasurnya tengah hanyut dalam lamunan.
Iapun menghampiri Jessie yang membuat Jessie tersadar dari lamunannya itu.

"Kau kenapa?" Tanyanya lalu duduk dikasur tepat dihadapan Jessie.
Jessie hanya tersenyum lalu menggelengkan kepalanya.

"Siapa anak yang disia-siakan oleh wanita itu?" Tanyanya langsung keinti permasalahan.

Jessie menatapnya lalu memurungkan wajahnya.

"Kau sudah tau?"

Kialla pun menganggukan kepala nya.

"Ya kau akhirnya juga pasti tahu setelah kau menggagalkan rencana nya mereka itu" Kata Jessie yang membuat Kialla menoleh nya dan menatapnya dengan heran.

"Apa maksudmu?"

"Pertunangan itu adalah rencana mereka, dan Clara dibalik semua ini" ungkap Jessie yang sontak membuat Kialla kaget mendengarnya.

"A-apa? Clara? Apa hubungannya dengan dia? Aku semakin tidak mengerti apa maksudmu" tanya Kialla yang masih merasa bingung.

"Anak yang disia-siakan wanita itu dia Clara"

"A-apa?" Kata Kialla yang masih tak percaya.

"Sebelum terjadinya malam yang naas itu, aku yang ingin menemui Mike tak sengaja mendengar pembicaraan mereka bertiga di kantornya Mike. Aku merasa telah ditipu Mike padahal aku sangat mencintainya. Aku pikir dia adalah pelindungku, dia datang setelah Clara berhasil memojokanku disekolah membuat anak-anak membenciku lalu membullyku. Ternyata dia hanya umpan untuk menjebakku. Mereka hanya ingin mengahancurkan ayahku dan ingin menguasai hartanya lalu bekerja sama dengan Mike yang tak lain mata-mata dari perusahaan saingan ayahku" pernyataan Jessie yang membuat Kialla masih merasa tak percaya dengan apa yang sudah didengarnya.

"Ibu dulu seorang yang baik dan sayang padaku ia berubah setelah Clara datang kepadanya. Clara berhasil merubahnya menjadi wanita yang kejam dan haus akan harta. Mungkin Clara dendam denganku sebab aku dia disia-siakan oleh ibunya. Sekarang dia telah berhasil membuatku menderita"

Kialla yang mendengar pernyataan Jessie hanya tertegun dan diam lalu memeluknya.

"Malam itu aku juga ingin mengakhiri hidupku setelah aku tahu ayah tak mempercayaiku dan memilih percaya dengan wanita itu, namun niat ku terhenti..." isak Jessie yang menangis dalam pelukan Kialla menghentikan perkataannya.

"Setelah kau melihatku lalu menyelamatkanku dari kebodohanku itu, terima kasih Jessie kau telah menyelamatkan ku" sambung Kialla lalu menepuk-nepuk pelan punggung Jessie seraya menenangkannya.

"Akulah yang harus berterima kasih karena menyelamatkanmu aku jadi mengurungkan niatku lalu masuk kedalam hidupmu dan merasakan kehangatan yang sudah lama tak kurasakan"

"Dan kita memang sudah ditakdirkan bahwa kita harus kuat dan selalu bersyukur dengan apa yang Tuhan berikan pada kita untuk saat ini, semoga ini jadi pembelajaran dalam hidup kita agar tidak selalu membanding-bandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain. Ibarat sebuah buku kita tidak boleh menilai buku dari sampulnya tetapi adalah isinya" kata Kialla dengan airmata yang menetes di pipinya.

Di luar, dibalik pintu kamar Kialla ada Joi yang tak sengaja mendengar percakapan mereka. Dengan wajah yang bingung, Joi masih tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.

Magic Diary : Who I am ?Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora