LC 4

32 8 2
                                    

Mobil KIA memasuki gerbang sekolah SMA Samudra dengan banyak pasang mata menyoroti. Mobil itu terparkir rapi di parkiran khusus untuk pemiliknya.

Dengan anggun, pemilik mobil tersebut keluar dari mobilnya. Siapa lagi jika bukan Zaza?

Gadis most wanted idaman sekolah. Queen of SMA Samudra.

Seragam ketat yang sengaja dikecilkan itu melekat di tubuh langsingnya. Tinggi badan seratus enam puluh delapan Senti membuat gadis itu terlihat seperti model saja.

Rambut yang hampir setiap hari berganti warna itu terurai cantik.  Kali ini surai itu dicat biru terang di sela rambut hitamnya. Sangat cantik.

Siapa yang berani menegur? Zaza adalah anak dari orang berpengaruh di sekolah ini. Jadi jika ada yang bermacam-macam dengannya, siap-siap saja akan didepak dari SMA ini.

Zaza berjalan dengan langkah anggunnya. Hampir semua pasang mata menyorotinya, terutama kaum adam. Sebenarnya bukan hal luar biasa lagi gadis itu menjadi bahan sorotan publik.

Dilihat dari visualnya yang di atas rata-rata, membuat gadis itu memiliki pesona yang dapat mengikat semua orang yang melihatnya.

Gadis itu tersenyum lebar saat matanya menemukan sang kekasih yang berjalan ke arahnya.

"Hai sayang!"

Zaza tersenyum lebar lalu mengecup singkat pipi Marcel sebagai jawaban sapaan lelaki itu.

Marcel yang mendapatkan itu tersenyum, lalu membalasnya dengan kecupan bertubi-tubi di wajah gadis itu.

"Haha udah yang astagaa," seru Zaza saat merasakan geli di seluruh wajahnya.

"Gemesin banget sih Hem?" Marcel berhenti mengecup Zaza dan berganti mengelus lembut pinggang ramping gadis itu.

Mereka memang sangat tidak tahu tempat. Bahkan saat semua pasang mata menatap mereka, mereka sama sekali tidak terganggu.

"Kamu kemarin malam nggak nganterin aku ya?"

Marcel mengangguk. "Kan kamu sendiri yang nggak mau."

Zaza menghela napasnya. "Aku kemarin kecelakaan tahu."

Marcel mengerjapkan matanya. "Lah? Tapi nggak apa-apa kan?"

Zaza mengangguk. "Cuman luka ringan di sini." Gadis itu menunjuk pelipisnya yang saat ini terbalut plester.

"Syukur deh. Tahu gitu kemarin aku aja yang nganterin kamu."

Zaza tersenyum. "Kata papa untung aja ada yang nolong aku, kalau nggak, ya gitu deh, aku kan nggak sadar juga."

"Gara-gara kamu!" Seru Zaza mengerucutkan bibirnya.

Marcel terkekeh pelan. "Lagian kamu nggak mau, yaudah aku maksa. Tapi enak kan?"

"Enak sih enak, tapi pusing." Zaza tertawa pelan setelah mengatakan itu.

"Pusing tapi bikin candu. Iya nggak?"

Zaza mengangguk semangat. "Bener."

"Nanti malam mau lagi?"

Zaza mengedikkan bahunya. "Nggak tahu. Lihat nanti aja."

Marcel tersenyum lalu kembali merangkul gadisnya erat. Menggiring gadis itu untuk berjalan menuju kelas mereka.

--




Life ChangesWhere stories live. Discover now