O.9

3.2K 677 188
                                    


Sorry for typo(s)


Semua masih belum masuk akal bagi Jaemin atas penguntitan yang dilakukan seseorang untuknya. Apa tujuan sosok tersebut baik? Siapa yang duduk dibalik kemudi mobil sedan hitam selama ini?  Pertanyaan-pertanyaan yang ada pada pikirannya memiliki dua jawaban dengan arti berbeda. Tak tahu harus percaya yang mana, semua masih samar-samar.



Namun, ketika Jaemin menceritakan masalah ini pada sahabatnya, Donghyuck memberikan jawaban yang sangat masuk akal.



"Mungkin ya mungkin, itu suruhan Ayahmu untuk mengawasi keadaanmu. Kudengar, Jung Jaehyun sedang di luar negeri tapi Cho Yujin ini kembali membuat masalah di sini untuk menarik perhatiannya supaya cepat kembali. Maka dari itu, ia menyuruh seseorang untuk menjaga Jaemin."



Jika semua itu benar, Jaemin merasa bersalah pada setiap dugaannya terhadap sang Ayah selama ini. Apalagi Renjun menambahkan pendapatnya.


"Bisa jadi, dengan kata lain Ayahmu itu sengaja untuk menjauh darimu. Lihat saja kelakuan wanita itu? Setengah gila, kan? Coba saja kalau secara terang-terangan, beliau mendekatimu, kau habis di tangan Cho Yujin ketika Ayahmu tidak ada."


Dua pendapat tersebut saling berhubungan dan membuat Jaemin merasa bahwa Ayahnya memang benar-benar berjuang sendiri di luar sana.



"Jadi, Ayah Jaemin bertahan dengan wanita itu untuk menjaga keselamatannya?"



Sorot matanya nanar melihat kembali foto sang Ayah pada koran yang dibelinya saat perjalanan ke kafe. Tak ada senyuman yang selalu dirindukan selama ini. Foto yang terlampir bukti saat pernikahannya dengan Cho Yujin dulu, raut wajahnya tampak tegang sedangkan wanita yang ada di sampingnya tersenyum seakan memenangkan sebuah lotre.



"Mungkin ada hal lain, kita juga tidak tahu kan? Saat itu belum lahir juga," imbuh Donghyuck sembari menyeruput kopinya kala itu.



Keahliannya selain menjadi pelayan yang ramah adalah memiliki beban pikiran yang tak bisa diistirahatkan. Dada Jaemin terasa sesak, makanan yang biasanya disantap lezat kini terasa hambar, jam tidur juga berantakan. Yang bisa membuat ia lupa sejenak adalah berkumpul dengan ketiga sahabatnya.



Namun, pesan Jeno tadi siang semakin merusak moodnya dengan satu kalimat yang dikirim.


'Jaem, maaf. Kami tidak bisa mampir, ada tugas kelompok. Besok ya! Semangat!'



Hari ini, pengunjung hanya mendapat senyum tanpa sapaan ramah dari seorang Na Jaemin.





**




Satu hari ini begitu hampa, padahal bisa saja tugas para sahabatnya semakin banyak sehingga pertemuan mereka semakin berkurang. Oh, Jaemin tidak akan selamat dengan hal satu itu. Ia mungkin akan nekat ikut kerja kelompok hanya untuk berkumpul dengan Jeno, Renjun dan Donghyuck.



Pukul sepuluh malam, Jaemin sudah keluar dari kafe. Malas menggunakan transportasi, ia memilih untuk berjalan kaki. Keadaan luar juga masih terlihat ramai. Selain itu, ia ingin memanjakan diri dengan membeli es krim dari supermarket sebagai teman perjalanan pulangnya.



Karena harus mampir sejenak dan terhanyut menikmati es krim sembari melihat kota Seoul di malam hari, lama waktu perjalanan Jaemin menjadi 45 menit, lebih lama 10 menit dari biasanya.



Odika✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang