O.5

3.7K 655 54
                                    


Sorry for typo(s)



"Jaemin?"




Sebuah sentuhan pada pipi dirasakan oleh pemuda manis itu, perlahan ia mengerjap dan merasakan kehadiran seseorang di sana. Erangan kecil keluar dari bibir itu seraya meregangkan otot-otot lengan dan leher. Malam tadi, Jaemin memutuskan untuk tidur di sofa ruang tamu.




Maniknya menangkap sosok Jeno yang berdiri di sisi sofa sembari membawa kantong plastik, tatapan pemuda Lee itu tampak khawatir karena pertama kalinya ia melihat Jaemin tertidur selain di kamar tanpa jas kesayangannya.



"Kenapa kau tidur di sini?"



Seulas senyum ditampilkan, Jaemin menyilakan surainya ke belakang kemudian merubah posisinya dan membiarkan Jeno duduk di samping.



"Hanya merenung, mengapa kehidupanku serumit ini?" kekehnya kemudian menoleh pada sang sahabat yang hanya membulatkan mata.



"Kan sudah kubilang, kalau sedang tidak baik-baik saja pintu rumahku tidak pernah dikunci!"



Pernyataan tersebut semakin membuat Jaemin terkekeh, ia menganggukkan kepala karena sangat tahu bahwa masih ada Jeno dan Nyonya Lee yang akan memberikan bahu dengan suka rela. Namun, setelah kenyataan yang diketahuinya kemarin telah membuat pemuda Na itu tersadar.




Maniknya terus mengamati Jeno yang sedang menata beberapa makanan buatan ibunya, harum masakan membuat perut Jaemin meronta di dalam sana.




"Cepat mandi, nanti kuantar ke cafe!"



"Kemarin malam, aku sudah minta izin untuk masuk setengah hari."



Kedua alis Jeno terangkat mendengarnya, terlalu terkejut sampai tangannya refleks menyentuh dahi pemuda Na. Tidak terasa panas ataupun hangat, tetapi ia menyadari raut wajah Jaemin yang begitu berbeda.



"Kau bisa menghubungi Renjun untuk datang ke sini? Dan tolong katakan juga padanya supaya membawa bahan untuk studi kasus yang dikerjakannya,” bibir Jaemin menyunggingkan senyum ketika melihat ekspresi bingung Jeno di sana, "Maaf, aku merepotkan kalian lagi. Tapi kali ini, aku memintanya."




**




Sekitar 30 menit kemudian, Jaemin juga telah membersihkan dirinya dan suasana rumah terdengar begitu ramai ketika ada suara Donghyuck yang menggema kemudian beradu dengan Renjun.




Senyumnya terukir saat menuruni tangga, pemandangan yang chaos tersaji di ruang tamu. Bagaimana Renjun menindih tubuh Donghyuck yang memekik sembari menjauhkan salah satu snack di tangannya.



"Katamu tidak suka?! Sialan, Hyuck!" umpat pemuda mungil itu seraya menepuk pantat sahabatnya berkali-kali.



Ini kedua kali mereka datang ke rumah Jaemin, dulu hanya sekedar duduk di ruang tamu, itupun makan yang disajikan berasal dari rumah Jeno. Namun, mereka juga tidak bertanya untuk menguak informasi yang disembunyikan. Maka dari itu, ia begitu nyaman bersama tiga sahabatnya tersebut.



Kepalanya menggeleng pelan melihat dua pemuda yang beranjak dewasa tidak ingin mengalah hanya karena snack anak kecil.



"Lempar semua, Renjun! Lempar!" sorak Jeno di sana sembari menikmati ramennya.



"Kuhitung sampai tiga kalau tidak berhenti kujewer satu-satu!" seru Jaemin yang sudah berkacak pinggang menatap para sahabatnya.



Kedua pemuda yang bergelung di lantai tadi kini segera mendudukkan diri kemudian menghadap pada meja, tetapi sesekali masih mengejek melalui ekspresi wajah.


Odika✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang