6. Bahagia, Katanya. [3/3]

35 3 0
                                    

Bahagia, katanya.

-

I Love You But I'm Letting Go milik Pamungkas terdengar nyaring memenuhi ruangan. Lagu yang harusnya menjadi lambang patah hati itu, menjadi lagu menyenangkan karena hiruk pikuk.

Senandungan kecil langsung keluar dari mulut Kinan bahkan ketika gadis itu sedang berusaha menghabisi makanan yang ada di depannya.

"Makanan di dekat sekolah kamu banyak banget yang enak," Renjun berkomentar. "Makan dulu baru nyanyi."

Kinan tersenyum lebar, menampilkan deretan giginya yang rapi. Sangat gemas dalam pemikiran Renjun.

"Kamu harus cobain ayam geprek disini!" Kinan berujar seru. "Anak sekolahan aku pasti udah pernah duduk disini, banyak banget kenangan manisnya."

Renjun tersenyum tipis menanggapi cerita Kinan yang mengenang saat masa-masa SMA. Terlalu indah untuk dilupakan.

Kinan menerima tisu yang diberikan Renjun, mengelap mulutnya yang sedikit berminyak. Laki-laki itu terkekeh karena rona yang memenuhi wajah manis pacarnya.

Kinan dan Renjun, bertemu secara biasa. Di acara kampus yang katanya jangan jatuh cinta saat acara sedang berlangsung. Karena ketika acaranya selesai, perasaan cintapun akan menghilang tanpa ada jejak.

Tapi Renjun yakini bahwa Kinan memang mencuri perhatiannya. Gelagat yang lucu, cara berbicara yang heboh, dan senyuman manis ketika gadis itu sedang sangat gembira.

Renjun tahu Kinan adalah mantan Hendery saat SMA. Tapi masa lalu tetaplah masa lalu, sudah sepatutnya dilupakan. Tak apa-apa.

"Dulu, aku bisa makan tiga kali sehari disini. Kelewat enak sampai aku nggak bosan-bosan," Kinan masih bercerita. "Kak Hendery—"

"Kin, mantan kamu tuh cuman satu?"

Kinan mengerjap ketika Renjun memotong pembicaraannya. Hal yang sangat jarang dilakukan.

"Kenapa ngomong begitu?" Kinan bertanya.

Renjun menghela nafas, menyandarkan tubuhnya. Menghilangkan penat. Mencoba untuk tak cemburu. "Nggak, cuman kamu ngomongin si Hendery terus."

"Aku ngomongin dia karena... Ya dia teman kamu juga kan? Aku pikir its good kalau kamu tahu tentang masa lalu dia?"

Kinan mencoba menjelaskan dengan baik dan hati-hati. Merasa canggung karena sifat Renjun yang dirasa sangat berubah.

"Nggak semua masa lalu harus diomongin," Renjun membuang muka. "Apalagi tentang masa lalu yang bahagia."

"Maksudnya?"

"Dari semua pembicaraan kita, dari semua yang aku dengarkan. Yang aku simak," Renjun menekan kata-katanya. Dia menatap lurus Kinan yang masih bingung. "Aku tahu mantan kamu cuman satu. Dan aku tahu Hendery itu cinta pertama kamu."

Kinan langsung gelagapan ketika kata-kata Renjun menohoknya. "Apa? Aku nggak—"

"I know, Kin. Cinta pertama memang susah dilupain, apalagi ketika kamu punya banyak kenangan manis," Renjun melanjutkan ucapannya. "Tapi apakah susah untuk jangan mengenang kisah itu selagi kamu merajut kisah baru sama aku?"

Kinan diam, menunduk. Matanya mulai memanas karena air mata yang memberontak keluar menghancurkan pertahanan.

Apa yang Renjun bilang benar. Hendery adalah cinta pertama yang memberikan banyak kenangan manis. Susah untuk tak dikenang.

Tiga tahun Kinan mencoba untuk bangkit dari rasa masih mencintai. Tapi sekali lagi Renjun benar, cinta pertama susah untuk dilupakan.

"Kenapa selama ini kamu nggak ngomong kalau kamu nggak suka?" Kinan berujar. "Njun?"

Renjun mengetukan jarinya pada meja. "Bukan nggak suka, aku membebaskan kamu untuk berteman dengan siapa aja. Tapi bukan berarti setiap kita ketemu, berdua, kamu harus membawa-bawa Hendery dan kenangan-kenangan itu."

Renjun menarik nafas dalam lalu menghembuskannya panjang. Mencoba untuk benar-benar mengontrol emosi. Setiap permasalahan, pasti ada cara baik untuk diselesaikan.

"Aku setia mendengarkan segala pembicaraan kamu. Kisah kamu. Bahagia dan sedihnya kamu. Tapi bukan artinya aku nggak bisa cemburu, Kin. Apalagi kamu selalu mengenang tentang Hendery."

"You can delete all the pictures, text, or whatever itulah. But how can you delete his face? His voice? All yours fucking memories? I know, Kin. Aku mencoba mengerti."

Renjun menggigit bibir bawahnya. Melanjutkan apa yang harus ia lanjutkan.

"Tapi bercerita tentang bahagianya kamu di masa lalu, membuat aku menjadi buruk. Aku merasa apakah aku nggak bisa membuat kamu sebahagia itu? Sesenang itu?" Renjun diam sebentar. Memejamkan matanya. "Kin, am I not good enough?"

Kinan bergetar, pertahanannya runtuh. Dia menangis ketika Renjun bertanya seperti itu. Kualitas diri yang dipertanyakan karena ke egoisan sesorang.

Renjun sayang, Kinan minta maaf.

Laki-laki itu memajukan tubuhnya. Menghapus air mata yang berjatuhan. Meluncur bebas menyatakan bahwa Kinan meminta maaf. Meminta maaf karena masih terperangkap di masa lalu.

"Haruskah aku seperti lagu ini? I love you but I'm letting go...,"

"...Tapi aku nggak mau nyerah, Kin. Kita hanya harus rehat sebentar, ya? Berpikir bahwa kita baik untuk satu sama lain."

Little did I know, love is easy
But why was it so hard?
It was like never enough
I gave you all still you want more.

-Pamungkas.

CERITA: Kumpulan oneshot / cerpen. Where stories live. Discover now