1. Tak apa. [1/3]

269 5 0
                                    

BAGI Mark, Farah adalah manusia yang mudah tertebak namun terkadang tiba-tiba akan menjadi sangat misterius hingga mendatangkan sakit kepala berlebihan jika harus bermain dengan kemisteriusan perempuan itu.

And that's the fact, he really loves Farah even more.

Bertemu saat Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK), lalu menjadi teman karena memiliki kegemaran yang sama terhadap band asal Inggris, Queen. It's as simple as that.

No one can make jantung Mark berdegup sangat cepat dengan tempo yang tak manusiawi sekali, kecuali seorang Farah. Dua kali hal itu ia lakukan terhadap Mark dalam kurun waktu satu minggu.

First, saat Mark mengutarakan rasa yang selama ini dipendam ketika mereka mulai bertemu, menjadi teman yang selalu berbincang tentang Queen, atau bedebat tentang band-band yang lagunya tak akan mati oleh waktu.

Mark menginginkan lebih more than friend yang hanya berhubungan ketika butuh atau berteleponan tanpa alasan.

Ia menginginkan teman yang bisa mengatakan good morning, good night, have a nice dream, how was your sleep? Dengan perasaan mendebarkan serta kupu-kupu yang berterbangan mengangkat rona malu. Ia menginginkan alasan menelepon Farah karena rindu dan sangat ingin mendengarkan suaranya.

Mark ingin menambahkan embel-embel itu di setiap ujung katanya. Hi, Farah, how was you day, Sayang? Gue kangen banget sampai nggak bisa tidur saking capek banget mikirin strategi nembak elo, Sayang.

Terdengar cukup norak, tapi itulah yang Mark inginkan dan dia sangat-sangat tidak siap jika Farah menolaknya secara langsung maupun tak langsung.

Farah pernah berkata dia ingin melepaskan penat sembari menatap alam yang menyejukan. Kapan-kapan mungkin jika punya waktu setelah bebas dari kesibukan kuliah.

No, this is the time! Waktu yang sangat pas untuk melancarkan serangan yang sudah terorganisir dengan baik, walaupun tak tahu hasil akhirnya apa.

Mark memutuskan untuk mengajak Farah ke pantai. Beralibi dia juga sangat lelah sekali. Jadi gimana kalau kita ke pantai berdua? Tenang, gue yang nyetir, Far. Katanya waktu itu dengan penuh pengharapan Farah akan berkata iya, ayo, let's go, boleh, atau apapun itulah.

And she said yes!

Yes, untuk ke pantai. Bukan untuk menjadi pacar seorang Mark.

Second, kedua kalinya jantung Mark bedebar kencang adalah ketika akhirnya Farah menelepon dengan alasan pasti: Menjawab perasaan Mark padanya saat di pantai.

"Mark, why you love me?"

Itu adalah pertanyaan pembuka dari Farah yang membuat Mark merinding dari ujung kaki sampai kepala. Benar-benar tak percaya dengan apa yang didengarnya.

Tentu saja, Mark sudah mempersiapkan jawaban yang sekiranya rasional dan terdengar ganteng. Tak ingin membuat Farah ilfil, kan.

"O-oke... G-gue cuman yah, um.. Sayang dan yah... Nyaman..."

Oke, nada suara yang sama sekali tak terdengar ganteng karena Mark menjawab dengan sangat gugup padahal hanya Farah yang mendengarkan. Dia bukan berbicara di depan Presiden dan jajaran kabinet.

Tapi itu alasan masuk akal hingga sekarang, kenapa Mark sangat gugup hingga bergetar. Karena hanya Farah yang mendengarkan. Only she.

Hasil akhirnya juga tak masuk akal. Atau sebenarnya wajar saja karena dari awal tak menentu.

She said 'Yes' again! This time for Mark.


BAGI Farah, Mark adalah manusia yang sangat-sangat pintar mencari alasan tapi susah untuk berbohong. Sungguh lucu.

Farah sangat tahu ketika tiba-tiba saja laki-laki itu mengajaknya untuk ke pantai dengan alasan ingin menghilangkan penat juga. Dari segala gerak geriknya, tatapan mata, dan nada suara.

Farah know, Mark lie at that time.

"Farah, selain Queen lo suka apa?"

Farah menoleh pada Mark yang fokus menyetir dengan satu tangan, tangan lainnya mengetuk-ngetuk kaca. Salah satu kaki Mark yang bebas bergoyang tak bisa diam.

Dengusan geli terdengar, Mark bertindak sangat lucu ketika dia gugup. Mencari-cari alasan agar atmosfer canggung menghilang digantikan hangatnya cengkrama.

"Gue sukanya... Elo?"

Binggo! Mark termakan perangkap yang Farah berikan, telinga kiri laki-laki itu sangat merah karena menahan malu. Gelagatnya tiba-tiba saja menjadi kikuk.

"H-hah?" Mark mengulang, ingin mendengar lagi.

"Gue suka 5 Seconds of Summer, Mark. Elo gimana?" Farah mengulang jawaban sekaligus pertanyaan yang baru saja ia buat. "How about you?"

"Oh," terdengar sebuah kekecewaan yang terselip pada tanggapannya. Masih fokus pada jalan raya. "Gue suka HIVI!, apalagi lagunya yang berjudul Siapkah Kau 'Tuk Jatuh Cinta Lagi?"

Oke, itu kode. Farah tahu sekali dari apa yang Mark bicarakan selama ini mengenai musik, HIVI! tercoret dari taste lagu yang ia minati. Mark menyukai lagu-lagu berisik dengan nada berat yang menghentakan telinga.

Tak ada Yura Yunita, Glenn Fredly, apalagi HIVI! pada play list miliknya. Hanya ada Queen, Westlife, Day6, Maroon 5, Cold Play, yang memenuhi daftar lagu seorang Mark Lee.

Mark sangat pintar mencari alasan. Namun sekali lagi, sangat susah untuk berbohong.

—-

Pantai, siapa yang tak suka dengan tempat ini? Sangat menenangkan.

Bisa bermain pasir membangun sebuah istana dimana kitalah yang menjadi Raja dan Ratunya. Atau bermain dengan air laut, menyegarkan pemikiran sambil melihat camar yang menghiasi langit.

Deburan ombak terdengar nyaring ketika matahari sudah mulai terbenam di barat. Menciptakan siluet cantik. Secantik Farah di mata Mark saat ini.

"Farah..."

Farah menoleh pada Mark yang berdiri tak jauh dari tempatnya. Menatap penuh keraguan, namun tetap bertekad.

Mark sangat tampan walaupun hanya memakai hoodie berwarna biru, angin dari laut mengacaukan rambutnya. Membuat dia terlihat semakin memikat.

"Gue suka sama lo. Lo mau jadi pacar gue?"

Mungkin saja itu bukanlah kata-kata yang di persiapkan Mark dari kemarin-kemarin karena dia terlihat mengutuk dirinya sendiri, kata-kata itu sungguh klise. Tapi bermakna penuh.

Farah terdiam sebentar. Mark masih menunggunya untuk menjawab dengan berbagai kemungkinan.

"Kasih gue waktu ya, Mark."

Itu adalah jawabannya.

—-

Setidaknya Farah memerlukan waktu tiga hari sebelum benar-benar sanggup menjawab pertanyaan yang Mark berikan ketika mereka di pantai.

Setelah bertanya tentang apa yang membuat Mark menyukainya, tanpa sadar Farah tersenyum dengan sangat lebar ketika sambungan di seberang sana terdengar bersuara dengan sangat gugup.

"Iya Mark, gue mau jadi pacar lo."

"ANJ—SUMPAH?! Far kita resmi dong ya sekarang? Gila, aku senang banget... Ketemu yuk?"

Farah tertawa geli. Melirik jam yang tergantung di dekat televisi. "Sudah malam, Mark."

"Oke..., No problem, tapi besok aku jemput waktu ke kampus ya? Kasih tau jam aja. Kebetulan besok aku kosong."

"Tiba-tiba banget nih pakai aku-kamu?"

"Berisik deh, Fa. Oh—Salah," Mark mengambil nafas. Mengulang kalimatnya. "Berisik deh kamu, Sayang."

Detik-detik berikutnya dilalui oleh kegembiraan yang Mark pancarkan melalui suaranya, dan senyuman lebar milik Farah.

Jatuh cinta itu tak terpaksa, tiba-tiba saja mendatangkan keajaiban. Namanya saja cinta, terlalu magis untuk direncanakan.

CERITA: Kumpulan oneshot / cerpen. Where stories live. Discover now