[2nd] 4. Pertanyaan tak Terduga

Start from the beginning
                                    

Bentak Annika Cepat dan memotong ucapan yang hendak dilontarkan lucian tadi, sejujurnya, saat itu ia memang marah pada dirinya sendiri tentang kejadian ini, padahal... Lucian bisa saja mengulur waktu untuk mencari dan memanggil para kesatria untuk datang kekamarnya, bukan nya menjadi korban seperti saat ini.

"......kupikir aku akan sakit melihat mu mengalami mimpi buruk karena itu. Aku sendiri tidak pernah tenang beberapa hari ini berkatmu. Bodoh!"

Alasannya menampar Lucian mungkin terbilang hampir menyamai dengan kata 'pelampiasan'.

Ia kesal.

Annika menggigit bibir bawahnya, segala macam pikiran buruk yang melayang dikepalanya layaknya ribuan kupu-kupu raja yang hendak melakukan perpindahan koloni ke Utara Meksiko.

"Maaf..."

"...."

"Aku minta maaf karena gagal melindungi mu."

Terdengar tawa pahit dari bibir Annika, taman begitu hening saat ini, para pelayan dan kesatria dengan patuh menjauhi tempat itu kala mendapat instruksi tangan dari Lucian tadi.

"Kenapa kau harus melindungi ku? Aku tidak suka melihat orang lain terluka karena aku."

"Karena aku sudah berjanji untuk melindungi mu."

Tatapan mata merahnya, dan suara dingin Lucian menyadarkan Annika sesaat. Janji mereka, ketika kecil dulu, ditaman luas bunga lavender yang bermekaran.

'aku akan melindungi mu...'

Tapi ia tidak menginginkan hal ini.

Ia selalu diserang setiap malam hari ulangtahun nya ketika ia mulai menginjakkan kakinya sebagai Annika didunia ini.

"Tapi aku tidak memintamu untuk mengorbankan nyawamu. Ian."

"Aku tidak peduli itu, aku bahkan tidak peduli jika aku berhenti bernafas, selama kau masih hidup, aku bahkan bisa mengabaikan semuanya..."

"...."

"Dan Hal yang paling aku takuti..."

Lucian diam, menahan suaranya yang tersangkut di tenggorokan saat ini, teringat akan mimpi buruk yang semakin hari semakin mengerikan baginya.

'aku lebih takut melihat mu mati, untuk yang kedua kalinya....'

"Melihat dunia tanpa mu? Aku tidak akan bisa..."

'aku bahkan tidak pernah merasa segila ini pada Helena dulu, hanya padanya, kenapa dia?'

Alasannya cukup sederhana.

"Bagaimana denganku? Kau bilang selama aku hidup kau akan baik-baik saja? Heh, maniak croissant, kau bahkan tidak memikirkan perasaan ku selama ini, kau pikir aku dapat hidup tenang ketika mengetahui seseorang yang berharga bagiku mati?"

"Itu..."

Clap-!

Annika menepuk kedua tangannya seakan membenarkan kata-kata nya sendiri.

"Ah, benar!"

"Apanya?"

"Aku lupa mengatakannya selama ini, bagaimana bisa aku sebodoh ini! Ian!"

Annika meraih tangannya tiba-tiba, lalu menatap lucian yang memasang raut heran, sungguh, tadi wanita ini marah-marah dan menuntut dia sesuka hatinya, dan sekarang...

Aaah, ia tidak tahu!

'apa wanita memang selalu serumit ini dalam hal suasana hati?'

"Dipikir-pikir aku belum mengatakan nya sedari tadi."

The Vermilion Primrose [END]Where stories live. Discover now