~•You stay away, why?•~

946 68 14
                                        


     Hari demi hari Rose jalani. Rasanya semakin hari berlalu, itu malah semakin menyiksanya. Dimana ia tidak pernah melihat wajah Jimin yang menatapnya. Oh, jangankan menatapnya.. Mencari keberadaan Jimin pun sangat sulit bagi Rose.

Gadis itu tak mengerti jalan pikiran Jimin. Memikirkan semua itu, membuat otaknya terasa runyam. Kemana perginya Jimin selama ini? Kenapa pria itu lebih sering membolos? Bahkan sahabatnya pun tak pernah ada yang tau.

Rose menghela nafasnya pelan. Ia sangat-sangat kesulitan dalam berkonsentrasi. Rasanya suara dosen itu hanya numpang lewat ditelinganya. Gadis itu daritadi hanya mengorek-orek bukunya.

Ia perlahan menatap Jimin yang ada di seberang kanannya. Yap, sudah gadis itu duga. Park Jimin hanya tidur. Itulah pekerjaannya sekarang. Dan setelah bangun dari tidurnya, ia kemudian melenggang pergi entah kemana dan tak kembali ke kelas lagi.

"Rosie.. Lo gapapa?"

Gadis itu menoleh dan tersenyum samar, lalu mengangguk.

"Gila ya Park Jimin itu! Gaada otaknya emang!!" ketus Jennie sambil melirik Jimin yang sedang tertidur.

"Kok dia jadi jauhin elo sih, Rose? Apa gara-gara kejadian di rooftop itu?" celetuk Lisa hati-hati. Takutnya dosen killer itu menabok kepalanya dengan spidol.

"Ihh! Diem Lalis! Jangan dibahas elah!!" Jennie menabok tepat dikepala Lisa.

"Ish! Sakit, begoo! Gue doain jadi dosen killer lo besok!!" sewot Lisa sambil meringis dan mengusap-usap kepalanya.

"Guys, bantuin gue bolos." lugas Rose secara tiba-tiba. Jennie dan Lisa jelas melotot kaget. Membolos di jam kelasnya Mrs.Kim si dosen killer adalah keputusan yang bodoh dan bego.

"Lo bego?!" ucap Jennie ngegas.

"Please.." ucap Rose sedikit memohon seraya melirik Jimin seolah berkata gue lagi gak mau ada dideketnya Jimin!

"Udah, Jen. Bantuin aja.. Kasian tu bocahnya.." sela Lisa. Ia sedikit mengerti bagaimana perasaan Rose saat ini.

"Huhh.. Yaudah deh gue bantuin.. Sekarang nih?"

"Iya."

"Lo pura-pura sakit aja dehh.. Biar nanti gue anterin ke Unit Kesehatan!"

"Oke."

Setelah itu Rose langsung memasang wajah pucat dan berakting pura-pura sakit.

"EH ROSE! LO KENAPA? SAKIT?!" teriak Lisa sengaja. Agar dosennya bisa beralih menatap Rose.

"Rose! Kamu beneran sakit?" tanya Mrs.Kim dengan tidak santai.

"I-ya, Mrs.. Aduhh..." Rose pura-pura meringis seraya memegang kepalanya.

"Yaampun.. Kasian bangett, Rose.. Masa Mrs tega sih ngebiarin Rose kesakitan.." Jennie juga mengubah raut wajahnya menjadi terlihat kasihan, namun dilebih-lebihkan.

"Aduhh! Pusing! Rasanya mau pingsan!!" seru Rose memegangi kepalanya. Lisa agak melotot--

"Rose.. Lo jangan pingsan beneran yaa.. Males gue.!" bisik Lisa ditelinga Rose.

"Yaudah yaudah! Jennie! Anterin Rose ke Unit Kesehatan sekarang! Jangan bolos!!!" ucap Mrs.Kim mengingatkan.

"Siap Mrs!"

.
.

"Hah.. Akhirnyaa.. Thanks, Jen. Gue pergi dulu." ucap Rose yang akan melenggang pergi.

"Eh! Eh! Main pergi aja lo!" sewot Jennie menahan lengan Rose.

"Kenapa lagi?"

"Lo pake mobil siapa? Tadikan lo nebeng gue!"

Ineffable Fate^ [JiRose]Onde histórias criam vida. Descubra agora