Before I Go

163 66 14
                                    

Sebuah bangku taman berwarna putih dengan beberapa ukiran dipinggirnya menjadi tempat dudukku saat ini. Sebenarnya tidak hanya ada satu bangku ini saja. Beberapa bangku taman lain berwarna senada berjejer dengan jarak yang cukup jauh disebelah kiriku. Setiap bangku memiliki lampu jalanan di sebelahnya, sekaligus menjadi penerang jalan taman yang gelap. Namun tidak ada yang duduk di sana.

Hanya aku sendiri yang menunggu ditaman. Sampai-sampai bagaimana pun berisiknya aku dan tetap terus bertanya, tidak ada yang akan menjawab.

Jalanan tempat aku berpijak begitu lurus sampai-sampai aku tidak bisa mengira dimana ujungnya. Aku tidak ingin memusingkan itu.

Lihatlah, taman ini sepi sekali. Di belakangku ada sebuah tempat bermain anak-anak berisi sebuah perosotan yang tak begitu tinggi, beberapa ayunan, bak pasir, rumah-rumahan dan segala macam mainan teronggok disana. Tidak ada seorang anak kecil pun yang lewat apalagi bermain di sana. Sementara di depanku ada sebuah taman bunga, berbagai macam bunga-bunga indah tumbuh disana. Aku tidak tahu bunga apa saja itu yang jelas wangi mereka menenangkan.

Omong-omong aku sudah cukup lama duduk disini. Kata Mbak Kematian aku belum bisa pergi, jadi dia menyuruhku untuk terus duduk dengan tenang. Tapi aku bosan, terus duduk dipinggir jalan taman yang remang-remang tanpa bisa pergi kemana pun. Aku juga tidak mau main ditempat bermain anak itu. Main sendiri itu tidak seru! Alhasil aku hanya bisa melamun sambil memikirkan masa hidupku.

Masa laluku itu seru sekali! Aku bisa bermain voli dengan bebas juga mengikuti pertandingan bersama teman-teman yang lain. Tapi jangan kira hidupku ini hanya berisi voli, voli dan voli ya! Aku juga punya kisah cinta bersama seorang setter terbaik di Jepang. Dia memiliki rambut pirang dan omongan yang blak-blakan. Namanya Miya Atsumu. Aku begitu mengaguminya sampai-sampai menerima cintanya begitu saja. Pria itu begitu memanjakanku. Aku pikir, aku benar-benar telah jatuh cinta.














Saat itu merupakan pertama kalinya hal-hal seperti itu terjadi, sampai aku baru paham isi perasaanku di tahun-tahun berikutnya.

Aku tidak mencintainya.

Aku benar-benar bodoh saat telat menyadari perasaanku sendiri. Kebahagiaan memenuhi hati dan banyak kupu-kupu berterbangan di sana. Berhubungan dengannya seolah hal paling membahagiakan yang pernah aku rasakan. Dia memperlakukanku dengan lembut, menumpahkan seluruh cintanya. Dia pria yang baik sekali. Aku tidak begitu menyesal menghabiskan waktu bersama Atsumu. Pria itu selalu meluangkan waktunya untuk sekadar mengajakku kencan atau bermain voli bersama. Aku menyukai itu. Namun ketika sebuah ciuman dari Atsumu mendarat dibibirku, tidak ada debar jantung yang aku rasakan. Terasa biasa saja.

Malah, aku merasa aneh.

Seiring berjalannya waktu, aku pun tumbuh makin dewasa. Tinggi badanku juga bertambah. Aku mulai merindukan kegiatan biasa seperti bermain voli dengan rival sekaligus partnerku itu. Aku tidak hanya merindukannya, jantungku juga ikut berdebar kencang ketika mengingat wajahnya.





.




Suatu hari aku memantapkan hatiku untuk memutuskan hubungan pada Atsumu dan tersadar bahwa perasaanku pada rivalku ini lebih spesial dari sekadar kagum seperti yang pernah aku rasakan pada mantan pacarku itu. Aku mencintainya.

Ini mungkin terdengar sangat dramatis namun klise pada saat yang bersamaan, meski begitu aku sempat pusing dengan perasaan ini. Perasaan ini pernah membuaku tertekan juga sebelum aku memutuskan untuk mengejar pujaan hatiku.

Pada akhirnya, aku berhasil. Kami berhasil. Kami berdua merasakan hal yang sama. Aku masih ingat betapa hangatnya hari itu, ketika bibir saling bertautan dan lengan kami saling memeluk. Aku sanggup melakukan itu setiap hari, hatiku penuh akan kesenangan dan perasaan nyaman pada saat yang sama.

























Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[II] Before I GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang