Chapter 3

1.4K 190 30
                                    


Meninggalkan Mew dengan keadaan seperti itu membuat Gulf senang. Dia tidak peduli apakah perbuatannya barusan akan menambah poin catatan kriminalnya atau tidak. Dia tidak akan keluar dari sekolah ini, meskipun poin kriminal dirinya sudah mencapai batasnya. Setidaknya itulah yang dia pikirkan.

"Huhh... Aku butuh istirahat sekarang juga. Sekolah di sini sudah cukup melelahkan dan kali ini aku bertemu orang aneh."

Gulf merebahkan tubuhnya saat ia sudah sampai di kamar asramanya. Gulf memandangi atap kamarnya dengan tatapan kosong.

Gulf sekamar dengan seorang teman yang sudah ia kenal sejak baru pindah ke sekolah ini. Namanya Sean. Si laki-laki berambut pirang dan terlihat modis. Sean adalah sahabat Gulf saat ini karena mereka memang dekat satu sama lain.

"Lebih baik aku tidur sekarang," ucapnya mengambil posisi. Gulf menidurkan dirinya tanpa melepaskan seragam maupun kaos kaki yang tengah ia pakai. Gulf tidak peduli. Yang ia pedulikan saat ini adalah tidur dan tidak memikirkan apa-apa.

Tak terasa waktu sudah berjalan selama berjam-jam. Sang empu masih nyenyak dalam tidurnya tanpa berniat bangun. Sudah saatnya makan malam, namun ia masih belum menunjukkan tanda-tanda akan bangun.

Lampu yang menerangi kamar Gulf dan Sean tiba-tiba hidup dan hal itu membuat Gulf menutup wajahnya dengan bantal agar cahaya lampu tersebut tidak mengganggu tidurnya.

"Bolos lagi? Bangun pemalas. Saatnya makan malam. Memangnya kau tidak lapar, huh?" Sean meletakkan tas miliknya ke atas ranjang. Sean membuka seragam yang ia pakai lalu berganti pakaian bebas. Warna tubuh Sean yang kecoklatan membuat siapa saja yang melihat akan takjub dengan tubuh atletisnya.

"Berisik," gumam Gulf setengah sadar. Gulf mengambil bantal miliknya lalu ia lemparkan pada Sean.

"Terserah kau saja lah. Tidurlah sepuasmu dan jangan lupa untuk bangun. Aku pikir kau sedang latihan jadi mayat." Sean meraih gitar bertuliskan SeanTorrie yang Gulf tau adalah pemberian pacarnya.

Sean sudah siap dengan setelan kaos beserta kalung yang melingkar di lehernya, tak lupa ia memakai jam pemberian pacarnya dan siap untuk berangkat.

Sean memiliki pekerjaan paruh waktu sebagai musisi di salah satu bar dekat asramanya. Sean memang pandai dalam urusan musik, namun bodoh saat di dalam kelas. Berbeda dengan Gulf, Gulf sangat pandai di kelas dan karena itulah ia bisa mendapatkan beasiswa tersebut.

"Aku pergi bekerja dulu, Gulf! Kuharap kau tidak merindukanku. Oh iya, aku tidak membeli makanan untukmu. Jadi kau beli saja sendiri. Aku sibuk," titah Sean pada Gulf.

Gulf yang tadinya bermalas-malasan kini membangkitkan tubuhnya tepat setelah Sean berkata hal itu.

Biasanya, mereka berdua bergantian untuk membeli makanan setiap harinya. Dan hari ini adalah jadwalnya Sean untuk membeli makanan.

"Oi Sean. Belikan aku makan! Aku malas," teriak Gulf saat Sean sudah di ambang pintu. Namun sayang, Sean sudah berlari sebelum mendapat caci maki dari temannya itu.

"Huhhhh." Gulf mengacak-acak rambutnya kesal. Dia sangat malas untuk keluar asrama sekarang, apalagi hanya untuk membeli makanan. Dia terlalu malas.

"Dasar brengsek," umpatnya pada Sean. Gulf adalah seorang yang bermulut kotor, ia selalu mengumpat saat suasana hatinya sedang kacau. Dan Gulf bukan tipe orang yang dapat mengontrol mood nya sendiri.

"Kalau seperti ini, terpaksa aku harus pergi untuk mengisi perutku."

Gulf membangkitkan tubuhnya tanpa merapikan ranjang yang baru saja ia tiduri. Ia melepaskan pakaian yang semula menutupi seluruh bagian tubuhya lalu mengambil pakaian bebas pada walk in closet di sana. Gulf memiliki tubuh kurus serta berkulit putih. Tingginya yang mencapai 170cm dengan bobot 56kg membuat tubuhnya terlihat proposional.

GULFI - MEWGULFWhere stories live. Discover now