Chapter 22

638 100 3
                                    

Kelopak mataku perlahan mulai terbuka secara bersamaan, semburat matahari yang menembus kaca di sana berhasil membuatku terbangun karena silaunya. Segera kukumpulkan seluruh nyawaku sebelum benar-benar bangkit dari tempat tidurku. Entah sudah berapa lama aku tertidur, yang aku ingat, aku tertidur karena bosan. Tidak ada yang bisa kulakukan selain berbaring di atas tempat tidur selama berjam-jam dan itu sangat membosankan, kau tau?

"Ugh... Sial. Aku tertidur lagi, bahkan sekarang belum sore," ucapku mengeluh dengan keadaan.

Aku membangkitkan tubuhku lalu bersender di punggung kasur. Kepalaku terasa sakit karena kebanyakan tidur. Akhir-akhir ini aku tidak banyak bergerak, tubuhku rasanya pegal-pegal.

"Aku sendirian di kamar memuakkan ini. Mew juga belum pulang, aku tidak bisa diam terus di sini, aku sudah tidak tahan lagi."

Aku menegakkan tubuhku dari atas kasur. Oke, kali ini tidak usah pakai tongkat karena aku kuat, aku tidak selemah itu. Sebisa mungkin aku berdiri tegak dan normal seperti biasanya. Ayolah, aku hanya terluka sedikit, bukannya koma, aku tidak butuh tongkat sialan itu, sungguh.

Kepalaku masih terasa sakit dan tubuhku serasa akan terjatuh jika saja aku tidak menopang tubuhku dengan kursi yang ada di sana.

"Ini pasti karena kebanyakan tidur, makanya kepalaku sedikit pusing."

Aku berjalan secara perlahan ke arah pintu keluar dan kurasa aku sudah baik-baik saja. Aku jauh lebih baikan sekarang.

Aku membuka pintu kamar lalu menutupnya. Terlihat seseorang berjalan menuju ke arahku dan orang itu adalah Steven. Mau apa dia datang ke sini, huh?

"Apa kau ingin makan siang?" tanya Steven memulai percakapan, sementara aku hanya bersikap acuh padanya. Jangan lupa kalau dia adalah teman Bill, oke?

Steven tampak heran karena aku tidak menjawab ucapannya. Dan aku tidak perduli akan hal itu.

"Oh, kau bicara denganku?" tanyaku malas.

"Ikutlah denganku, aku tau tempat makan yang enak di sekitar sini!" ajak Steven tanpa basa-basi.

Aku mengerutkan dahiku heran, salah satu alisku bahkan terangkat naik mendengar ucapan Steven.

"Hah?"

"Mew sedang sibuk sekarang, dia tidak bisa menemanimu makan siang. Dia sendiri yang memintaku untuk menjemputmu di asrama," kata Steven menjelaskan.

Oh, jadi Mew membuatku menunggu selama berjam-jam, padahal dia tau dia tidak bisa menjemputku dan dia sama sekali tidak memberitahuku?

Lalu untuk apa aku menunggunya sampai ketiduran tadi? Dasar Mew brengsek. Aku akan membalasmu nanti, orang sinting.

Aku mengiyakan tawaran Steven barusan dan dia membawaku menuju tempat makan yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya.

"Kau ingin makan apa?" tanya Steven padaku.

"Terserah," balasku dengan nada datar. Aku tidak bisa menyembunyikan kekesalanku saat ini.

Steven sudah selesai memesan, dia memesankanku sama seperti yang dia pesan. Aku tidak peduli, aku juga tidak selera makan sekarang.

Seakan tau, Steven menoleh ke arahku dan berkata, " Kau tidak suka ya jika aku yang menemanimu makan siang?"

Aku menatap Steven datar, "Memangnya aku pernah bilang begitu?"

Steven menggulung kedua lengan kemejanya, dia tidak menatap ke arahku lagi sekarang.

"Tidak, tapi sikapmu iya."

"Aku kesal bukan karenamu, tapi karena hal lain. Jadi, maaf-maaf saja kalau aku menyinggungmu," balasku dengan nada jengah.

Aku memang kesal bukan karena Steven, tapi melihat Steven juga membuatku kesal karena dia adalah teman Bill. Aku tidak bisa melupakan apa yang Bill lakukan padaku waktu itu, aku masih punya dendam. Dendam yang sangat kuat, aku bahkan bersumpah akan membunuhnya suatu saat nanti. Dasar brengsek. Dia bahkan lebih brengsek dari seorang brengsek sekalipun.

"Kau kesal karena aku ini temannya Bill, kan? Aku sudah tau itu dari caramu melihatku saat aku datang menjemputmu tadi. Aku tidak heran sih, wajar jika kau bersikap begitu padaku. Kelakuan Bill memang tidak bisa dimaafkan. Tapi, apa kau lupa kalau Mew juga teman dari Bill?"

Boom, aku tidak bisa berkutik. Apa yang diucapkan Steven ada benarnya, bahkan hampir semuanya benar.

Tubuhku mematung sepersekian detik setelah mendengar ucapan Steven barusan. Benar juga, Mew juga teman Bill, tapi kenapa aku tidak sekesal itu padanya, ya?

Steven tersenyum pelan padaku. Dia berdehem dan aku segera membuyarkan lamunanku.

"Apa yang lucu, huh?"

Steven menutup mulutnya pelan dan menghentikan tawa kecilnya, "Ternyata Mew bisa meluluhkan hatimu yang keras itu, ya?"

"Ap?—"

Ucapanku terpotong oleh pelayang yang datang sambil membawa nampan berisi pesanan kami. Steven mengambil alih makanan itu lalu memberikannya padaku.

"Aku bisa sendiri," ucapku julid.

"Makanlah, biar aku yang bayar."

Oh, baik sekali dia mau mentraktirku makan. Aku memang sedang kesal saat ini, tapi ketika melihat makanan ini selera makanku jadi naik lagi, bahkan naik 2x lipat. Aku tidak tau ini  makanan apa, tapi kelihatannya enak.

Aku memasukkan makanan tersebut ke dalam mulutku dan benar saja rasanya bahkan lebih enak dari yang kubayangkan. Ini sangat gurih dan enak, aku tidak bisa menghentikan mulutku untuk mengunyah makanan ini. Ini benar-benar lezat.

Aku makan dengan rakus dan tidak terasa isi piringku sudah habis tertelan olehku.

"Sepertinya kau sangat kelaparan," ucap Steven mengomentari.

"Aku lapar, menunggu Mew selama berjam-jam ternyata bisa membuatku kelaparan seperti ini."

"Ngomong-ngomong, bagaimana keadaanmu? Sudah baikan?" tanya Steven ingin tau. Dan aku tidak keberatan untuk menjawab pertanyaannya.

"Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja."

"Baguslah. Cepatlah sembuh, aku sudah muak mendengar ocehan Mew tentangmu. Dia sepertinya sangat mengkhawatirkanmu, dia bahkan tidak mengerjakan tugas hanya untuk merawatmu."

Aku mengerutkan dahiku dan melototkan kedua bola mataku heran.

"Apa?" tanyaku polos.

"Gulf, apa kau tau kenapa Mew tidak bisa menemanimu sekarang?" ucap Steven membuatku penasaran.

"Kenapa?" tanyaku ingin tau. Aku ingin tau kenapa Mew tidak bisa menemaniku sampai-sampai dia tidak bisa bilang kepadaku.

"Karena dia harus menyelesaikan tugas-tugasnya yang tertinggal, apalagi ujian sekolah sebentar lagi dimulai, dia terlihat stress tadi saat di kelas. Oh, dan Mew jugalah yang meminta izin pada Miss Brenda untuk meliburkanmu karena sakit. Dia harus bolak-balik dari UKS ke kantor kepala sekolah. Dia sangat khawatir denganmu, Gulfi. Uh, jika aku jadi wanita, aku pasti sudah mencintainya. I love u 3000, Mew."

Aku kembali diam tidak bergerak sama sekali. Aku menundukkan kepalaku pelan dan mencoba berpikir tentang apa yang sudah Mew lakukan kepadaku. Dia memang pria yang baik, bahkan sangat baik, aku tidak bisa menyangkalnya. Aku sangat berterimakasih kepadanya atas segala yang dia lakukan untukku. Aku bersyukur, hanya saja...

"Ya, aku tau itu. Hanya saja... Kenapa dia melakukan semua itu padaku?"

"Kau ini bodoh atau gimana? Sudah jelas kalau dia itu menyukaimu, Gulfi!"

Deg!

GULFI - MEWGULFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang