55

932 171 30
                                    

Hari ini adalah jadwal kamu cek si dedek. Tapi ada sesuatu yang ngebuat kamu sedih. Pasti kalian tahu lah.

Iya, nggak ada Azizil.

Kamu daritadi juga susah banget atur ekspresi, biar Azizil berangkat kerja nggak kepaksa, kamu juga berusaha ikhlas buat gak ditemenin check up.

"Mas masih ada yang kurang nggak?"

Azizil menghela napasnya perlahan, "Apa aku perlu tukar jadwal dek?"

Kamu langsung menoleh menatap suamimu tajam, "Mendadak gini? Kamu yakin ada?" tanyamu lalu menutup koper Azizil.

"Nggak apa-apa kok mas. Kan masih ada ibuk, masih ada bunda. Kalau kamu nunda juga, dapet liburnya juga lama lagi, ya kan?"

Azizil berdiri, lalu memelukmu yang bersimpuh di lantai, "Sayang banget aku sama kamu. Kamu bisa memahami aku aja, rasanya ya Allah, bersyukur banget. Makasih ya?" kata Azizil dan berakhir mengecup dahimu.

Kamu tersenyum, "Sama-sama Mas Azi. Ayo turun mas."

Azizil berdiri, lalu ia pun membantumu untuk berdiri juga.

Azizio mengambil kopernya, lalu menggandeng tanganmu, "Habis ini kerumah ibu apa bunda, dek?"

"Kayanya ke rumah ibu aja deh, mas. Mbak Ital kan udah hamil tua, takutnya bunda repot ngurusin dua bumil, hehe."

"Iya deh. Senyamannya kamu aja." kata Azizil sembari mengusap pinggangmu pelan.

"Mas nanti kalau udah di bandara, kabarin ya,"

Azizil mengangguk. Setelah sampai depan, ternyata taxi yang dipesan baru aja sampai.

"Berangkat ya dek," kata Azizil sambil mengecup dahimu lama, "Jaga diri, ya? Makannya yang teratur, jangan lupa susu sama vitaminnya, okay?"

Kamu mengambil tangan kanan Azizil, dan menciumnya,  "Siap captain! Laksanakan!"

Tiba-tiba Azizil merendahkan tubuhnya. Ia mengusap perutmu yang sudah agak buncit.

"Dedek, maafin Ayah ya, gak bisa jenguk dedek. Inshaa Allah, cek selanjutnya Ayah ikutan deh, doain ya dek ya. Dedek harus bisa jagain bunda ya? Jangan bikin bunda capek, ya?"

Setelah mengecup perutmu sekilas, Azizil membenarkan anak rambutmu, "Aku berangkat ya sayang,"

"Iya mas. Hati-hati. Pokoknya kalau bisa ngabarin, aku dikabarin ya?"

Azizil tersenyum, ia memelukmu pelan, "Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam mas,"

✈️

"Mbak (Y/n), nggak berat po?" tanya Chalya sambil melihat ke arah perutmu.

"Kenapa eh mukamu kok kaya gitu?" tanyamu saat melihat muka Chalya yang meringis.

"Ngeri aja gitu mbak, ya ampun."

Kamu tertawa pelan, "Belum besar banget ini tu, nanti kalau udah 7 bulan coba,"

"Aduh mbak, udah lah udah, aku ngeri sendiri bayanginnya,"

"Iyadeh. Ini kamu nggak berangkat kerja?"

"Libur mbak, hari apa ini, hadeeh." kata Chalya dengan ekspresi datarnya.

"Oh iya, sampe lupa tanggal aku gara-gara nggak dibolehin Mas Azi kerja. Ini Adri mana?"

"HAH? MBAK (Y/N) RESIGN? KENAPA? KAN LUMAYAN BANGET MBAK?"

"Hih, jawab sek, Adri mana?"

"ADRI NGAPEL MBAK, CEPET JAWAB KENAPA RESIGN?"

"Bukannya nggak mau kerja. Cuman takut kalau aku nggak bisa jagain dedek. Kamu tahu sendiri kan Chal, mbak mu ini cerobohnya pake banget,"

Chalya berdehem pelan, "Hmm, bener juga ya... Bagus deh. Terus Mbak (Y/n) setelah melahirkan mau kerja lagi?"

"Hmm, mungkin aku buka bisnis aja kali."

"Bagus tuh mbak, aku sekalian ikutan dong!"

"Boleh dong pastinya."

"Apa ini asyik banget kayanya kalian ngobrol." tanya Ibu yang datang dari dapur.

"Hehe, ini Bu. Mbak (Y/n), resign kerja. Terus katane habis melahirkan mau buka bisnis aja di rumah,"

"Hmm? Resign? Sejak kapan mbak? Kok ibu ndak dikasih tahu?"

"Mendadak bu, udah disuruh Mas Azi buat cepet-cepet resign."

"Yaudah ndapapa, penting kamu udah pengalaman, rasanya kerja itu gimana, rasanya kerja sama tim saat di lapangan, dan lain-lain, yang penting kamu pernah merasakan,"

Kamu menatap ibumu dalam, lalu memeluk beliau, "Ibu bikin aku pingin nangis. Mbak minta maaf ya bu,"

Ibumu melepas pelukanmu, lalu menangkup kedua pipimu, "Kenapa minta maaf mbak? Mbak udah bikin ibu sama ayah bangga, dengan mbak kuliah lewat jalur rapot, di ITB. Disana juga kamu sendiri, bener-bener fokus sama yang kamu tekuni. Kamu udah kerja juga, dalam  jeda yang termasuk singkat. Kamu udah jadi istri yang baik buat suamimu, dan sekarang kamu udah mengandung buah hati kamu, yaitu cucu ibuk. Kamu itu membanggakan bamget mbak, nggak perlu minta maaf begini,"

Bukannya tersenyum, kamu malah menangis mendengar penuturan ibu, "Ini semua berkat doa ibu, berkat didikan dari ibu juga. Kalau nggak ada ibu, ya aku nggak jadi apa-apa bu. Makasih banyak ya,"

"Astaghfirullah Ibu dan anak yang satu ini bikin aku merasa sedih dan terharu. IBUUKK! MAU PELUK JUGAAAA!"

✈️

Assalamualaikum?
Masih adakah yang menunggu Mas Azi?
Ya ampun maaf banget ya, Yaya baru sempet buat up sekarang, mana pendek lagi😭
Luv buat kalian yang setia menunggu Mas Azi😭
Oh iya, jangan lupa jaga kesehatan!💛

My Sweet Captain Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα