07

2.3K 264 11
                                    

Flashback

Azizil yang sudah rapih dengan setelan kemeja dan celana bahan hitam, menghembuskan nafas kasar, guna menetralkan degup jantungnya.

Setelah dirasa lebih tenang, Azizil membuka pintu kamarnya, dan turun menuju ke ruang tengah. Azizil bersyukur semua anggota keluarganya ada di ruang tengah.

"Ehm." Azizil berdehem gugup. Malik yang menyadari raut wajah berbeda dari adiknya langsung bertanya.

"Kamu kenapa dek?"

"Aku mau bilang sama semuanya. Tolong didengerin sebentar aja."

Delta dan Tami yang awalnya menonton televisi, beralih untuk menoleh ke arah Azizil.

"Kenapa dek? Kok tegang banget?"

Azizil berdehem kembali untuk menetralkan degup jantungnya.

"Anu Bun, Yah, Mas. Azizil punya niat buat nglamar cewek. Tapi—"

"Hah? Apa dek? Serius? Kamu kok nggak pernah kenalin ke Mas?"

Azizil mendengus kasar menanggapi penuturan yang lebih tua.

"Azizil belum kenal deket. Tapi entah kenapa, Azizil ngerasa yakin, kalau dia beneran jodoh Azizil. Bukannya geer, tapi Azizil merasa menemukan orang yang tepat,"

Tami tersenyum mendengar niat baik anak bungsunya. Delta pun demikian.

"Tapi kamu udah yakin, mau nglamar dia? Usah siap lahir batin? Ayah sih nggak masalah mau dia dari keluarga mana, asalkan kamunya nyaman dan cocok. Karena itu yang terpenting untuk membentuk sebuah hubungan."

Azizil mengangguk mantap menanggapi Ayahnya.

"Iya yah. Azizil siap lahir maupun batin. Untuk materi, Azizil udah punya tabungan khusus. Jadi Ayah, Bunda sama Mas Malik gak perlu bantu Azizil untuk masalah materi."

"Kalau bunda boleh tau, dia orang mana Dek?"

"Rumahnya deket bandara, di perumahan Agatama. Ayahnya polisi, ibunya ibu rumah tangga, punya adik kembar, nama orang yang Azizil ingin lamar, Alynn. Ashlynn Aulia Budi."

Yang lebih tua bertepuk tangan, entah untuk apa.

"Adek gua jomblo 6 tahun, gamon pula, eh tau-tau mau lamaran aja. Selamat dah! Udah nemuin orang yang pas!"

Baik Delta maupun Tami hanya tertawa menanggapi penuturan Malik. Sedangkan si bungsu yang diolok-olok mencebikkan bibirnya.

"Tapi inget, kamu nggak bisa maksa dia buat nerima Dek. Dan kalaupun kamu diterima, harus aku dulu yang nikah."

Azizil mengangguk mantap menanggapi penuturan yang lebih tua. "Iya mas, aku siap nerima apapun jawaban dia."

Flashback off.

✈️

📍Sindu Kusuma Edupark

"Halo? Alynn?"

"Eh i..iya Mas. Ma..maaf."

Azizil tersenyum melihat ekspresi Ashlynn yang bingung.

"Kalau nggak bisa jawab sekarang nggak apa kok. Aku tunggu sampai kamu mau jawab,"

Ashlynn hanya mengangguk lemah. Pasalnya ia shock. Di umur yang masih terbilang muda, diminta untuk menjadi seorang istri untuk seseorang yang bahkan perempuan itu belum tahu seluk beluknya.

"Udah nggak usah dipikirin. Itu bisa nanti aja kok. Ayo having fun!"

Ashlynn memilih untuk mengabaikan situasi canggung tadi, dan ia pun tersenyum menanggapi ajakan Azizil.

Saat sudah sampai di bagian pemberhentian biang lala, Azizil mempersilakan Ashlynn untuk turun dari biang lala terlebih dahulu.

"Udah adzan dzuhur. Kita cari mushola dulu yuk?"

Ashlynn mengangguk sembari tersenyum menanggapi Azizil. Padahal baru saja adzan berkumandang, tapi Azizil langsung mengajaknya mencari musholla terdekat untuk ibadah.

"Kamu kenapa berdiri terus disitu? Nggak mau ikut aku cari musholla? Atau lagi halangan?"

Ashlynn menggeleng cepat dan segera menyusul Azizil yang ternyata sudah jalan daritadi. Azizil tersenyum melihat tingkah Ashlynn. Gemas.

"Kamu jangan kagum ya, sama cowok yang menjalani kewajiban lima waktunya. Karena sekali lagi, itu kewajiban. Kagum itu sama cowok yang istiqomah menjalan sunnah-sunnah yang dianjurkan, okay? Ini aku cuman sekedar bilang aja kok Lynn."

Ashlynn tersenyum mendengar penuturan Azizil, "Iya mas, hehe." Seketika Ashlynn merasa tertampol, terjungkal, dan ter ter lainnya.

✈️

"Mas? Mau makan dulu nggak? Aku laper nih."

Azizil yang melihat Ashlynn berjalan lemah tertawa gemas.

"Boleh. Mau makan dimana?"

"Dimana aja deh Mas. Mas punya restoran langganan gak?"

"Punya. Tapi jauh darisini. Kamu aja deh maunya kemana."

Ashlynn cemberut menatap Azizil.

"Loh kok malah mrengut sih?" tanya Azizil menautkan alisnya.

"Ya abisnya Mas Azi nyebelin. Kan aku nggak tahu daerah sini. Kok malah tanya aku sih," sungut Ashlynn tidak terima.

Azizil tambah gemas melihat perempuan berjilbab soft pink itu berbicara sambil memonyongkan bibirnya.

"Iya deh. Kita makan soto aja mau nggak?"

"Boleh deh mas. Ayok!"

✈️

"Kamu mau makan apa Mas?"

Tanya Ashlynn setelah melihat menu-menu yang tersedia.

"Aku soto sapi aja, minumnya es teh."

Ashlynn mengangguk mengerti, lalu menulis pesanannya dan pesanan Azizil. Setelah menyerahkan catatan pesanan kepada pelayan rumah makan, Ashlynn duduk kembali, berhadapan dengan Azizil.

"Alynn."

Ashlynn yang merasa dipanggil, mendongak ke arah Azizil.

"Kenapa mas?"

"Yang tadi gak usah dipikirin banget ya?"

Ashlynn yang sudah berencana akan memberi jawaban langsung menampilkan raut sedih, lalu menjawab penuturan Azizil.

"Padahal aku baru aja mau jawab lho Mas."

Azizil langsung berbinar melihat Ashlynn di hadapannya. Ashlynn yang gemas melihat ekspresi Azizil pun tertawa.

"Kamu mau jawab apa? Emang bisa sekarang?"

Ashlynn menganggukkan kepalanya sembari ia tersenyum lebar menampilkan deretan gigi rapinya.

"Mungkin aku belum bisa nerima Mas Azi sekarang, tapi.."

Azizil mendekatkan wajahnya ke arah Ashlynn, "Tapi apa?"

Ashlynn tersenyum, "Kita bisa kan, lebih mengenal satu sama lain dulu, habis itu baru aku jawab lamaran tidak resminya Mas Azi?"

✈️


Halooo!

My Sweet Captain Where stories live. Discover now