Setelah puas berfoto bersama, Gayatri menatap layar gawainya yang bergetar.

"Hai selamat siang. Selamat ya atas wisudanya. Aku bangga, semoga kamu menjadi orang yang sukses dan menjadi Gayatri kebanggaan kita semua."

Gayatri tersenyum. Pesan dari Raksa cukup membuatnya tersenyum dan bahagia. Selama ini mereka lebih banyak berkomunikasi lewat SMS dan WA. Tetapi lebih banyak menggunakan SMS karena masalah sinyal dan keterbatasan waktu Raksa dalam memegang gawai.

Gayatri langsung membalas pesannya itu. Tak lama kemudian, salah satu teman kuliahnya mengajaknya berfoto bersama. Mereka memang tak terlalu dekat, tetapi akrab ketika bertemu diperkuliahan.

Setelah berbincang sedikit dan saling memberi selamat, teman Gayatri itu langsung pamit. Tepat dengan momen itu, Gayatri seperti merasakan ada orang di belakangnya. Lantas gadis itu berbalik dan melihat seorang laki-laki yang memakai kemeja batik dan celana kain hitam. Jangan lupakan kulitnya yang menggelap dibandingkan terakhir kali dirinya bertemu dengan laki-laki tersebut.

"Hai." Laki-laki itu tersenyum dan Gayatri hanya bisa mematung di tempatnya.

"Loh, kapan pulangnya?" hanya kata itu yang mampu Gayatri ucap kemudian. Ia masih syok dengan kedatangan Raksa di hari wisudanya.

"Tadi-"

"Aku mau kasih kamu kejutan." Ucap Raksa. Laki-laki bertubuh tinggi itu mendekat dan memberikan Gayatri sebuah buket yang berisi oreo dan makanan ringan kesukaan Gayatri.

"Selamat." Gayatri masih tak percaya sebab dirinya merasa baru saja membalas pesan laki-laki itu.

"Kenapa bengong Aya?" Raksa terkekeh pelan di tempatnya. Sementara Lesmana langsung menarik pelan hidung sang adik.

"Heh! Ada Raksa kok malah diem aja." Lesmana menyadarkan Gayatri. Lantas gadis itu baru tersadar sepenuhnya. Gadis itu menerima buket yang menurutnya paling berkesan. Buket itu terdiri oreo dan beberapa makanan kesukaan dirinya.

"Maaf ya, aku nggak ngabari kamu. Sebenarnya aku udah balik kemarin, cuma belum mau ngasih tahu kamu biar jadi kejutan." Ucap Raksa yang seakan menjawab pertanyaan Gayatri. Sementara Gayatri hanya bisa tersenyum di tempatnya. Hadiah terbaik saat ini adalah kepulangan Raksa yang sehat walafiat tanpa kekurangan apapun.

Setelah itu, Raksa langsung bersalaman dengan ayah Gayatri seperti biasanya, begitupun dengan Lesmana juga.

"Kok kamu bisa tahu acaranya jam segini?" tanya Gayatri yang masih tak percaya bahwa Raksa sudah pulang dan datang ke acaranya tepat waktu. Minggu kemarin dirinya dikabari jika Raksa masih menyisir lokasi yang rawan konflik di sana.

Bukannya menjawab, Raksa justru melirik Lesmana yang terkekeh di tempatnya. Gayatri yang paham pun menyipitkan matanya ke arah Lesmana.

"Berapa lama kalian bersengkongkol?" tanya Gayatri dengan mata menyipit.

Lesmana tergelak, mana mungkin Gayatri bisa di kelabui? Gadis itu terlalu cerdas jika dikelabui dengan cara seperti itu.

Lesmana masih tergelak, begitupun dengan Raksa yang ikut terkekeh pelan. "Abang sama Raksa sudah kontakan sebelum Raksa pergi ke Papua." Balas Lesmana.

"Abang mata-matai Aya kan buat dilaporkan ke bapak Raksa terhormat ini?" tuduh Gayatri. Sedangkan Lesmana hanya tertawa pelan.

"Sudah-sudah. Lebih baik kalian foto dulu, sekalian juga foto prewedding 'kan?" Lesmana mengedipkan sebelah matanya ke Gayatri yang masih kesal karena diam-diam abangnya sudah akrab dengan Raksa. Bukan dirinya tak senang, tetapi ia kesal karena Lesmana tak jujur dari awal jika dirinya mengenal baik Raksa. Tapi bukankah Gayatri tak bertanya dari awal juga? Haish! Menyebalkan. Begitu batin Gayatri.

DersikWhere stories live. Discover now