43. Don't Go!

Mulai dari awal
                                    

Ah... benar-benar tidak bisa lagi, ia tidak bisa melangkah lebih jauh dari ini lagi, ia masih ingat batasannya sendiri.

"Saya...ada yang ingin saya hadiahkan pada anda..."

"Hmm?"

"Ini tidak seberapa, tapi saya harap nona mau menerimanya."

Ethan mengangkat sudut bibirnya tipis, dan mengeluarkan sesuatu dari saku jas nya, sebuah kotak kecil yang ditutupi dengan kain dan diikat dengan pita.

"Ini..."

"Bukalah."

Annika menatap Ethan sebentar, lalu menarik pita ungu yang mengikatnya dan membuka kotaknya, sebuah batu
Permata berwarna ungu lavender yang diukir oval, sama seperti warna mata ungu nya. Dan sesaat kemudian, ketika Annika menyentuh permata itu, sebuah cahaya muncul dan menampilkan sosok wanita yang memainkan piano dengan lembut.

"Wah....ini indah!"

Annika Tersenyum lebar kearah Ethan yang terlihat puas dengan hadiah yang ia berikan padanya.

"Apa ini aku?"

Ia mendongak menatap kearah mata sang lawan bicara. Ethan mengangguk kecil.

"Itu batu rekaman khusus, jadi itu tidak akan hilang meski nona sudah melihat nya berkali-kali."

"Ini indah..."

"Tentu tidak seindah yang yang mulia berikan."

"Memang dia memberikan apa?"

"Nona tidak tahu?"

Wanita dengan gaun ungu itu menggeleng, sungguh ia tidak memerhatikan Hansel yang memberikan hadiah padanya di aula tadi.

"Satu set gaun dan perhiasan dari negeri timur."

"....oh, aku akan menyumbangkan nya nanti, lumayan lah."

"...."

Annika terkekeh dengan raut wajah terkejut Ethan padanya, ia kembali menatap kearah batu dengan bayangan wanita yang memainkan piano itu. chopin etude op.25 no.1 aeolian harp, itulah nama dari nada piano yang ia mainkan.

Tapi diantara banyaknya musik klasik yang ia mainkan, kenapa Ethan memberikan rekaman yang ini?

"Karena menurut saya, nona paling bersinar ketika memainkan piano yang ini."

Seolah menjawab pertanyaan dibenaknya, Annika mendongak lagi dan terpaku dengan ucapan Ethan.

"Saya selalu suka dengan nona yang memainkan piano dengan lembut seperti itu."

"...."

"Itu sangat indah."

"...."

"Seperti nona yang selalu tersenyum lembut kepada semua orang..."

Annika semakin terdiam kala Ethan meraih satu persatu anak rambutnya yang terurai menutupi sebagian wajahnya, tangannya yang hangat membuat Annika menyadari satu hal.

'jangan bilang...'

"A...aku dengar kau akan pergi... kemana...kemana sir akan pergi?"

"Itu..."

"Kak Albert bilang kau akan pergi dan meninggalkan Westeergard! Kemana!"

"Nona saya...."

"Ah, apa kau benar-benar akan meninggalkan ku sendirian dan tidak menemani ku? kemana kau akan pergi?!"

"Anda punya tuan Lucian."

Annika menggigit bibir kesal, bukan itu yang ia maksud!

'tapi, selama Lucian tidak ada, kau adalah teman terbaikku!'

The Vermilion Primrose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang