2/5

426 111 42
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


B a g i a n   D u a

***


"Oh, ya—siapapun, asal enggak mirip Angga dan bukan kamu, Chan."

"Perlu banget nama aku disebut-sebut?"

"Perlu. Aku enggak pernah tahu isi kepala kamu. Bisa jadi sekarang kepala kamu lagi kepikiran buat mencalonkan diri sendiri. Jadi aku tarik garis batas tegas dulu."

Mie ayam Widi teraduk sempurna, dan Widi yang sempurna mengaduk-aduk batin Chandra. Mangkuk mie ayam milik Widi Chandra berikan pada si pemilik, kini ia sibuk dengan mangkuknya sendiri. "Wah. Tindakan preventif tepat guna. Jadi, kali ini kamu cari laki-laki yang kayak apa?"

Widi menerawang sambil mengelap sudut bibirnya, "Apa, ya? Oh—setelah ketemu Angga, aku jadi belajar satu hal. Dia terlalu polos."

Kan. Chandra hampir menyemburkan tehnya.

"Diw? Kamu ngapain—"

"Otak kamu tuh Chan yang abis ngapain. Habis travelling ke mana imajinasi kamu?"

Widi tepuk-tepuk punggung Chandra berhubung si lelaki masih batuk-batuk, ditambah jiwanya yang masih terguncang, syok. "Dengar dulu sampai selesai. Jadi, dia sempat bilang. Katanya, aku perempuan pertama yang dia suka—di umurnya yang ke dua puluh tiga, gila. Dan jelas terlihat, pengetahuannya tentang perempuan nol besar. Kekanakan, egois, pengen melulu dituruti, pengen melulu didengar, laki-laki lembek."

Widi menyuap lagi mie ayamnya sebelum melanjutkan, "Aku cari laki-laki yang seenggaknya pernah punya pengalaman sakit hati gara-gara perempuan. Jadi dia tahu cara supaya enggak mengulang kesalahan yang sama ke aku."

Chandra mengangguk, kentara sekali kepalanya sedang menghitung sudah berapa kali ia sakit hati gara-gara perempuan. Banyaknya sih, gara-gara Widi.

"Ah, dan tahu cara menyenangkan hati perempuan. Perempuan itu suka dianggap spesial. Diperlakukan lebih istimewa dibanding orang lain, diperhatikan hal-hal kecilnya, tapi enggak terlihat berlebihan, intinya, memberi kesan 'Aku cuma begini ke kamu.' Semacam itu,"

Ah, Chandra menghitung lagi, apa-apa saja yang sudah ia lakukan pada Widi, yang lelaki itu tidak lakukan pada orang lain. Terlalu banyak.

"Ah, satu lagi."

"Kamu banyak mau ya?"

"'Kan kamu yang minta spesifik, Chan."

"Ah, iya."

Chandra menyuap mie-nya lagi, pura-pura sibuk. Padahal telinganya naik turun mirip keledai.

"Aku enggak mau yang terlalu romantis. Aku suka laki-laki yang bisa kuajak debat panjang tentang hal-hal enggak penting, terus selesai debat, kita ketawa-ketawa lagi, kayak enggak ada apa-apa."

Chandra susah payah berusaha menahan tawanya, "Kamu cari pacar apa cari musuh?"

"Serius, Chan."

"Aku juga serius, Diw. Aku betulan enggak boleh mencalonkan diri sendiri?"



***

terima kasih sudah singgah, bertahan, dan jadi sumber kekuatan!

kalau kenal lelaki baik-baik, tolong kenalkan padaku ✓Where stories live. Discover now