#6 Terima kasih Budi !

Depuis le début
                                    

"Aduh bagaimana ini? Bus terakhir baru saja pergi meninggalkanku.." ucap Kialla yang bingung.

"Budi aku mohon bantu aku . Bawa aku menghilang dan pulang kerumah , aku tahu kau seorang dewa buktinya kau tiba-tiba ada disini" melas Kialla kepada Budi.

Budi menatapnya lalu berkata "apa kau pikir ini permainan sulap? Ya aku memang dewa , mungkin saja aku bisa membawamu menghilang tapi jika kau adalah roh halus".

"Kau pikir aku hantu" kesal Kialla.

Budi mengangguk lalu duduk dikursi yang ada dihalte.

"Aissh sialan" umpat Kialla.

Budi yang duduk terus memperhatikan Kialla yang berjalan mondar mandir dihadapannya penuh gelisah.
Budi yang melihat itupun mulai risih.

"Hei kau pikir kau seperti itu bisa menyelesaikan masalah dan membuat bus kembali menjemputmu hah?" Teriak Budi yang kesal.

"Lalu aku harus bagaimana?" Tanya Kialla yang bingung.

"Hari sudah semakin malam, kau harus menginap jika tak ingin tidur dijalan" kata Budi yang seakan memberi saran.

"Apa kau gila? Menginap? Ayah dan ibu Jessie pasti semakin cemas kau tahu!!" Kata Kialla yang marah.

"Terus? Apa kau akan jalan kaki ?" Ledek Budi yang membuat Kialla semakin kesal.

Budipun berdiri dan melangkah mendekati Kialla.

"Kali ini kau harus berterima kasih padaku" kata Budi yang membuat Kialla bingung.

"Apa? Berterima kasih? Untuk apa? Apa yang kau lakukan untukku sehingga aku harus berterima kasih?" Tanya Kialla kesal.

Budipun menarik lengan Kialla.

"Ayo pergi kita cari tempat untuk menginap. Kau harus tidur ditempat yang nyaman agar kau tidak sakit" ujar Budi.

"Apa kau gila?!" Kialla yang mencoba melepas tangannya dari genggaman Budi.

"Sudah kukatakan, jika aku tidak pulang Ayah dan Ibu Jessie pasti semakin sangat khawatir" bentak Kialla.

"Coba kau pikir kenapa aku ditugaskan untuk menjagamu? Itu karena kau sangat bodoh dan lalai, dasar menyusahkan" ujar Budi yang kesal.

"Apa katamu hah?" Kata Kialla yang tak terima dengan perkataan Budi barusan.

Budipun menarik lengan Kialla lagi. Namun Kialla lagi-lagi mencoba melepaskannya.

"Lepaskan !" Teriak Kialla.

Budi menghela nafas dan melepaskan tangan Kialla.

"Sudah kau tak perlu cemas. Aku tahu ini bakal terjadi, maka itu aku sudah bilang kepada orangtua Jessie bahwa kau tak pulang malam ini dan harus menginap karena ada tugas dari sekolah dan pulang besok paginya. Jadi ayo kita harus mencari tempat menginap" Ujar Budi dengan lemas.

"Benarkah? Ooh. Kenapa kau tak bilang dari tadi. Ayo kita cari tempat untuk menginap malam ini" Ucap Kialla yang tiba-tiba bersikap manis kepada Budi.

Wajah Budi mengkerut melihat sikap Kialla.

"Dasar gadis ini ! Setidaknya kau harus berterimakasih kepadaku!!" Pinta Budi yang kesal.

"Hehe ia , aku sangat berterimakasih padamu kali ini" ucap Kialla tersenyum riang lalu menggandeng tangan Budi.

Budipun terdiam lalu tersenyum.

"Ayo kita cari tempat untuk menginap. Tapi dimana ya??" Kialla yang berjalan sambil menggandeng tangan Budi kebingungan tanpa arah tujuan tiba-tiba terlintas dipikirannya untuk kembali ketaman.

Sesampainya ditaman Kialla dan Budi melihat Jessie yang masih duduk disebuah ayunan ditengah taman seperti tau Kialla akan kembali dan menunggunya.
Merekapun menghampirinya. Lalu Jessie beranjak dari duduknya ketika melihat Kialla datang.

"Kau masih disini? Menungguku?" Tanya Kialla dengan menunjukan jari kearah dirinya.

Jessie mengangguk. "Aku tahu kau akan ketinggalan bus terakhir karena itu aku menunggumu" ujar Jessie.

"Ayo pulanglah kerumahmu lalu menginap" ajak Jessie kepada Kialla.

"Bolehkah?"tanya Kialla.

"Itu adalah rumahmu" ucap Jessie.

"Tapi sekarang aku sudah menjadi dirimu apa mungkin ibu akan mengijinkan ku untuk menginap dirumah?" Tanya Kialla yang memastikan.

"Ibu pasti mengijinkan dalam keadaan darurat seperti ini" jawab Jessie lalu tersenyum.

"Tapi, ngomong-ngomong siapa dia?" Tanya Jessie yang menoleh kearah Budi.

"Ah ! Dia , dia adalah dewa pelindungku" bisik Kialla dan tertawa.

Jessie yang mendengar itupun juga ikut tertawa. Dan Budi yang melihat itu hanya diam dengan wajah yang pasrah ketika melihat kedua gadis itu membicarakannya.

Magic Diary : Who I am ?Où les histoires vivent. Découvrez maintenant