#2 - Heroine

10.1K 1.6K 76
                                    

It's been me, myself, and why did you go, did you go?

Oh, fuck, I'm lonely

(Lauv ft Anne Marie - Fuck, I'm Lonely)

***

Entah sudah berapa kali Dewi mondar-mandir di ruang tamu. Perasaan wanita itu berkecamuk. Pikiran dia campur aduk. Dokter sedang berada dalam kamar utama, memeriksa Renjana, putri mungilnya yang berumur enam bulan.

Telepon tak terduga Ella, babysitter Renjana, membuat Dewi agak sport jantung. Kalau saja tak ada apa-apa, mungkin dia masih di Bali's Belly karena shift-nya masih tersisa dua jam lagi. Tiba-tiba saja Ella berkata, bahwa Renjana demam tinggi, 38 derajat. Panik. Dia pulang begitu menyelesaikan masakan untuk tamu VIP.

Deringan ponsel menyentak Dewi. Refleks, dia merogoh saku celana. Kening dia berkerut mendapati nama Trana Maheswari di layar. Wanita seumuran dengannya, 28 tahun, adalah sahabat sekaligus wanita yang berbaik hati meminjamkan Vila keluarganya yang di Ubud ini.

Tempat untuk menyepi.

"De ... wi!" teriakan terdengar putus-putus di ujung sana.

"Ran, kenapa?"

"Dewi! Ga—"

Tiba-tiba saja panggilan terputus. Dewi menatap kembali ponsel. Seketika dia merasa bodoh saat mendapati sinyal untuk melakukan panggilan hanya tersisa satu bar. Buru-buru dia ubah koneksi menjadi Wi-Fi.

Vila Sutar ini terletak di atas tebing pegunungan. Di bawah sana ada banyak pemandangan terasering persawahan. Sulit koneksi. Kata Rana, tempat ini memang sengaja dibuat agar sulit menangkap sinyal telepon. Namun, berkat kecanggihan abad 20-an, sekarang Sutar sudah dilengkapi koneksi wifi.

Selagi menunggu, Dewi kembali mencoba menghubungi Rana. Namun, tepukan pada bahunya menghentikan wanita itu menekan tombol hijau.

"Kenapa, La?" tanya Dewi.

Ella, gadis muda berusia 20 tahun itu menunjuk kamar utama. "Bu Dokternya sudah selesai periksa, Bu."

Dewi menaruh ponsel sembarang di meja kopi. Buru-buru dia mengikuti Ella memasuki kamarnya. Seorang dokter wanita tengah berdiri menatapi Renjana yang terlelap di atas tempat tidur.

"Dokter," sapa Dewi.

Dokter yang Dewi ketahui bernama Mala itu menoleh. Tersenyum lembut seraya membereskan peralatan dokternya. "Semuanya baik-baik aja, Bu Dewi. Barusan imunisasi ya?"

"Iya. Kemarin."

"Pantas." Mala terkekeh pelan. "Nggak perlu terlalu dikhawatirkan. Wajar. Biasanya habis imunisasi memang selalu demam, namanya juga reaksi vaksin jinak yang disuntikan ke tubuh."

"Tapi ... imunisasi sebelumnya nggak gini."

"Efek samping setiap vaksin berbeda-beda terhadap setiap orang. Bergantung juga pada daya tahan tubuh sang anak saat lagi diimunisasi." Mala melirik Renjana sekali lagi. "Saya sudah kasih obat penurun panas. Kalau masih demam langsung telepon saya lagi. Ini bajunya minta tolong diganti yang agak tipis dan ... suhu ruangan dijaga ya agar tetap dingin."

Dewi mengangguk patuh. Mendapati Mala sudah siap beranjak, buru-buru dia menuntun wanita tersebut menuju mobilnya.

"Maaf merepotkan, Dokter. Sampai harus jauh-jauh ke sini," ucap Dewi lirih saat sebelum Mala memasuki mobil. "Saya ... berlebihan kayaknya."

Under The Kitchen Table [COMPLETE]Where stories live. Discover now