drop

515 100 25
                                    

Seminggu lebih Minhee telah menempatkan kediaman keluarga Hwang, dan seminggu ini jugalah tubuhnya mengalami hal tidak mengenakkan.

Tanpa Yunseong tau.

Dan puncaknya hari ini, dimana tubuhnya seakan hancur seperti kertas yang baru saja diremuk paksa. Belum lagi beberapa lebam yang ia dapatkan di sekitar pinggang, bahu dan lengannya.

"Minhee...,"ringis Mawar sembari ikut duduk disamping Minhee diatas kasur Yunseong, kebetulan Yunseong pergi menemui Jungmo untuk membahas event sekolah.

"Mbak...ini gimana?"

Minhee nyaris menangis dengan tangannya yang menarik lengan bajunya hingga naik sesiku. Terdapat lebam dimana-mana.

Mawar masih berusaha berpikir jernih, "kalo kayak gini gue harus kesana Hee, lo gak bisa diem aja masalah ginian."

Minhee menggeleng, "mbak, jangan. Kalo lo kesana lo juga kena pembersihan, gue gak mau mbak. Gue mau mereka hilang tapi gue gak mau lo ikutan hilang."

Mata mawar berkaca-kaca dengan keinginan memeluk laki-laki semakin besar, ia sayang Minhee, sayang sebagai seorang kakak kepada adiknya.

Dan dia bersumpah, akan melakukan apapun bagi siapapun yang telah membuat Minhee seperti ini.

"Oke gue gak kesana, tapi gelang lo? Itu yang buat mereka gak ganggu lo, kenapa lo tinggalin Hee?"

"Itu...,sebenarnya bukan gue tinggal. Tapi...,"

Mawar menunggu Minhee menyelesaikan katanya sampai perkataan yang keluar dari bibir Minhee berhasil membelalakkan mata Mawar.

"...,hilang mbak."

Yunseong berlari cepat menyusuri lorong rumah sakit menuju ruang anggrek nomor tiga puluh enam dimana kamar Minhee berada

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Yunseong berlari cepat menyusuri lorong rumah sakit menuju ruang anggrek nomor tiga puluh enam dimana kamar Minhee berada.

Barusan saja Jaemin selaku kakak sepupu Minhee menelponnya, mengatakan ia menemukan Minhee pingsan dirumahnya. Tanpa banyak babibu ia bergegas menuju rumah sakit.

Setahu Yunseong ia meninggalkan Minhee dalam keadaan baik, seratus persen abik karena ia terlebih dahulu memberikan Minhee sarapan dan susu tadi pagi. Ia bahkan sempat melihat lelaki itu bertindak bagai cacing kepanasan karena baru saja mendapat hasil ujian kimianya yang berada jauh diatas KKM.

Jaemin yang terduduk disamping ruangan Minhee segera berdiri begitu mendengar derap kaki menghampiri dirinya, menemui Yunseong yang dengan napas terengah dan sorot mata khawatir akan keadaan kesayangannya.

Hm, iya, kesayangan. Padahal belum jadian.

Jaemin dengan segera memegang pundak Yunseong, "santai dulu, tarik napas banyak-banyak."

Yunseong menurut, membiarkan sirkulasi pernapasannya bekerja menghirup oksigen bak orang yang baru saja melakukan lari maraton. Setelahnya ia langsung menatap Jaemin dengan seribu tanda tanya imajiner yang terdapat di kepalanya.

"Gimana Minhee?"

"Belum tau, dokternya belum keluar daritadi."

Yunseong menghela napas lelah. Sial dia kecolongan menjaga Minhee, ia mengingkari janjinya pada orangtua Minhee.

Ia terduduk di bangku panjang rumah sakit dengan Jaemin yang mengikuti pergerakannya, "jangan khawatir. Gue yakin dia gak apa-apa, Minhee itu lebih kuat daripada yang lo tau loh."

Ia mengangguk "Lo kok bisa tiba-tiba kerumah gue Jaem?"

"Tadi gue gatau kenapa pengen ke minimarket, kan lewat rumah lo tuh ya pas pergi gue lewat aja, pas mau pulang Minhee tiba-tiba chat gue katanya dateng kerumah lo bentar eh pas gue liat di kamar dia udah pingsan di tempat tidur."

Makin kacau, Yunseong tau itu bukan Minhee, mungkin saja kerjaan Mawar yang sudah panik tak tau harus bertindak apa dan tanpa sengaja melihat Jaemin selaku kakak sepupu Minhee lewat di depan rumah Minhee.

Sejenak kemudian Jaemin izin sebentar untuk ke toilet. Ia telah menahan hasrat buang hajatnya sejak ia membawa Minhee kerumah sakit.

Tanpa aba-aba terlempar sebuah gumpalan kertas kearah Yunseong. Yunseong sempat menoleh ke kanan dan kiri demi mencari si pelaku pelemparan, namun nihil.

Ia pun memilih membuka kertas tersebut, membelalakkan matanya begitu membaca deretan kata yang tulisannya begitu halus itu.

Seong, gue tau lo tau gue siapa.
Tolongin minhee, seong. Dia gak berani bilang ke lo karena dia takut lo marah.

Please seong, gue gak tega liat itu anak sakit tapi masih keras kepala.

Suara Yunseong tercekat namun berupaya keras untuk menyuarakan apa yang ada di ujung tenggorokannya.

"Ma-mawar?"

Nana's note:

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nana's note:

Hehehe maaf ya aku nelantarin work ini kelamaan, berapa hari lalu aku drop total dan selama drop ideku hilang kececer entah kemana:") tapi alhamdulillah idenya balik sendirinya kok, tau mungkin kalo aku gak bisa nelantarin work ini kelamaan.

Oh iya aku mau ngasih warning, ff ini gak bakalan panjang, maybe cuma sampe lima belas part doang karena konfliknya yang minim dan muter-muter disitu aja.

Tapi tenang, setelah ini anak tamat bakalan lahir yang baru kok hehehe.

Maafkan kalo ada typo ya, soalnya aku gak sempet edit.

See you next chapter <3

Sixth Sense • hwangmini✔Where stories live. Discover now