okay?

568 105 23
                                    

Minhee mengaduk sarapannya tidak berminat membuat tatapan keempat temannya tampak heran.

Biasanya si pemilik panggilan yang berkebalikan dengan ukuran tubuhnya ini akan semangat begitu menyadari Eunsang memberikan mereka sarapan cuma-cuma, tentu untuk ukuran anak yang sering ditinggal sendirian dirumah sarapan pagi adalah hal langka apalagi kalau Minhee gak sengaja bangun kesiangan.

"Minhee, masakan eunsang gaenak ya?" Tegur Eunsang membuat Minhee kembali ke alam sadarnya.

"Eh? Enak kokk, siapa bilang ga enak?!?!?!" Tepisnya, matanya mengerjap beberapa kali tanda dirinya gak mengerti kenapa tiba-tiba Eunsang bisa ngomong kayak begitu.

"Abisnya Minhee biasa kan semangat banget ngabisin sarapan dari Eunsang, kok tiba-tiba gini?"

Minhee tersenyum miris sembari tangannya menarik reusable cup yang kalau hilang bisa buat satu rumah baku hantam, kemudian menoleh kearah Eunsang.

"Bukan gaenak kok Sang, Minhee cuma lagi...,kepikiran sesuatu aja."

Dongpyo meletakkan sumpitnya dengan kuat ke meja bersamaan matanya yang menyipit seakan ingin memakan Minhee saat itu juga, "lo tuh kebiasaan banget. Lo punya temen empat orang loh hee? Bisa-bisanya lo gak cerita sama kita kalo lagi kepikiran sesuatu???"

"Tau, nanti kalo udah kejadian aja nangis-nangis sama kifa, pas kayak gini diem-diem gak mau cerita." Hyeongjun msnambahi semakin menambah suasana mencekam di meja Eunsang dsn Minhee.

Junho yang sejujurnya masih gak tau harus berpihak kemana pun mencari jalan tengah, "coba biarin Minhee kalem dulu, mungkin Minhee punya alasan gak cerita sama kita, atau Minhee sebenarnya mau cerita tapi nunggu dia rada ademan dikit."

Anggukan pelan diberikan Minhee kearah keempat temannya, jemarinya pun tampak menekan gawai dengan lambang apel tergigit itu. Kemudian menyodorkan gawainya kearah empat sekawan yang memenuhi meja.

Beberapa detik kemudian perlototan tajam keluar dari mata keempatnya, dengan suara "HAH?!" yang menggema seantero kelas.

Yunseong membuka pintu rumah Minhee denagnt tergesa sampai si tuan rumah tersentak kaget, belum lagi ia sempat menetralkan jantungnya Yunseong sudah terburu menariknya kedalam rengkuhan si lebih tua

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Yunseong membuka pintu rumah Minhee denagnt tergesa sampai si tuan rumah tersentak kaget, belum lagi ia sempat menetralkan jantungnya Yunseong sudah terburu menariknya kedalam rengkuhan si lebih tua. Bahkan Yunseong menyelusupkan kepalanya di perpotongan leher milik Minhee.

"Kak--"

"Kenapa? Kenapa gak bilang sama gue kalo rumah ini mau dijual? Kenapa lo diem-diem aja Hee?"

Minhee tergagu, lantas ia harus bilang apa kali ini?

"Bukan gak mau bilang, cuma keputusannya belum final. Papa sama mama mau balik dulu kesini dan katanya bawa 'orang pintar' sambil liat keadaan rumahnya, kalo masih bisa selamat rumah ini gak bakal dijual."

"Kalo gak bisa? Kalo gak bisa selamat rumah ini dijual dan lo pergi jauh dari gue?" Tanya Yunseong berulang sembari matanya menatap tajam netra Minhee.

"I-iya, rencananya kalo rumah ini dijual aku juga bakalan pindah sekolah jadi--"

"Gak, gue gak bolehin."

Kelopak mata Minhee mengerjap cepat, maksud Yunseong apa tidak memperbolehkan ia untuk pindah rumah dan pindah sekolah? Apa Yunseong--

"Gue gak bakalan biarin lo jauh dari gue karena gue suka sama lo Hee, gue gak mau jauh dari lo dan lo gak boleh jauh dari gue."

Nana's note:

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nana's note:

Yap ini dia conflictnya, baru masuk conflict aja Yunseong udah ngegas kayak mau lomba balap karung tujuh belasan kan? :") apalagi nanti klimaks conflict mwehehe.

Oh iya dari mulai chapter ini ke chapter selanjutnya aku ngetik dikit aja ya? Biar aku usahain bisa update cepet wkwk.

See you next chapter <3

Sixth Sense • hwangmini✔Where stories live. Discover now