"Hm, Raja bilang Putri Lilia suka dengan bunga Lily. Jadi kurasa kita harus merangkai bunga itu untuknya bukan?"

Ck, lagi-lagi Thanasa mendecih tak paham. Suaminya benar-benar memperhatikan Lilia. Tidak hanya pengharum ruangan, bunga yang disukai gadis tersebut pun Delano tahu.

Sudah sejauh mana ia mengenal Lilia?

Apa ada hal lainnya yang diketahui Delano? Atau bahkan ia sudah begitu dekat dengan Putri itu?

"Dia sempat datang ke beberapa acara yang diadakan Yang Mulia."

"Ya, kau benar. Putri Lilia benar-benar cantik dan baik. Jujur saja aku sangat mengaguminya."

"Ah, andai jika Raja tidak menikahi Ratu. Kurasa Putri Lilia yang akan menjadi Ratu kita sekarang."

"Aku lebih milih Putri Lilia yang jelas-jelas pasti bisa mengemban tugasnya menjadi Ratu."

"Benar, tidak seperti Ratu yang terus membuat onar dan membuat Altair kehilangan muka."

"Hm, kau benar. Ratu juga cantik, tapi menurutku ia tak secantik Putri Lilia."

"Hei, apa kau sudah dengar bahwa Ratu adalah putri dari Perdana Mentri yang sudah membunuh Ayah Raja Tristan dan keluarga Yang Mulia?"

Seseorang menyahut setengah berbisik. "Ya, aku juga tidak tau apakah itu benar atau cuma omong kosong. Tapi aku sempat mendengar Ratu kabur karena ingin membalas dendam pada Yang Mulia yang sudah membunuh Lucian."

"Tidak menutup kemungkinan rumor itu benar bukan?"

"Ck, dia benar-benar tidak tau diri. Sudah bagus Yang Mulia menjadikannya istri. Malah ia berusaha mengkhianati Yang Mulia. Aku tidak habis pikir lagi."

"Rakyat banyak yang mengajukan petisi untuk menurunkan tahta Ratu. Aku sampai susah tidur semalam karena teriakan mereka yang menggelegar."

"Ah, aku juga. Wanita itu memang menyusahkan."

"Ck, dia terlalu kekanakkan. Terlalu sering hidup keenakan membuatnya jadi angkuh."

"Apa kau ingat saat pertama kali dia kesini? Dia mencaci kaki Yang Mulia dan menghina Kerajaan Altair."

"Bagaimana mungkin Yang Mulia bisa tertarik pada Ratu? Wanita itu sungguh tidak tau diri." Suara para pelayan kian kecil karena mereka sudah selesai dengan tugasnya.

Akhirnya mereka pergi hingga tidak ada lagi suara-suara yang mampu mengeluarkan kalimat tak pantas.

Thanasa merenung. Jadi itu pandangan orang-orang tentang dirinya selama ini?

Suasana hati Thanasa seketika tambah buruk setelah mendengar beberapa pelayan tadi yang menggosipinya. Ia bangkit dan keluar dari kamar kaca sembari membawa buket bunga yang belum terangkai sempurna. Gadis itu berencana melanjutkannya dikamar saja karena jika terus disini, ia akan kepikiran lagi dengan celotehan pelayan sebelumnya.

Disepanjang lorong menuju kamar, Thanasa mengedarkan pandangan pada arsitektur istana. Dia belum cukup lama disini dan baru menyadari bahwa istana dibangun dengan ukiran serta bahan-bahan bangunan yang sangat langka dan indah.

MY KING MY ENEMY (TAMAT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang