SR.3

1K 215 75
                                    












































































































Karna balasan Wendy di chat, pertemuan nongki di kantin siang itu berasa sunyi abis. Seulgi lirik Wendy nggak napsu, Moonbyul kadang decak terus lemparin Wendy kulit kuaci, ada Jennie yang lagi geleng kepala mandangin Wendy dengan komuk yang nggak sangka banget, sedangkan Lisa si manusia yang paling berbinar mandang sohib bulenya satu itu. Wendy aja yang sedang rusuh perasaanya gais.

Seulgi, Jennie, Moonbyul semua nggak setuju, dan mereka-mereka itu oknum yang rada normal. Lisa? Biang gibah dan perusuh itu agak sedeng, dan Wendy serta keputusannya tentu patut dipertanyakan ngikut idenya Lisa.

Wendy dehem gugup, lirik-lirik kecil kawanannya. Dibalas putaran bola mata pongah, juga komuk jengah, buat Wendy nggak jarang nunduk kepala lagi. Bingung mau ngomong apa di tatap kek gitu. Udah kayak rusa chubby siap mangsa yang mau direbutin tiga singa, suasananya kalo Wendy gambarin.

"Gue salah, ya?"

Respons mereka galak. Moonbyul buang sekitar 5 kuaci ke arah Wendy, seketika. Jennie makin ngernyit keheranan setelah sempat decak nggak suka, sementara Seulgi oknum yang gebrak meja agak kuat.

Wendy, Lisa barengan lengkungin bibir, ciut.

"Apasih sahabat, marah-marah mulu deh,"  Lisa rentangin tangannya lebar-lebar, "Sini-sini kita berpelukan dulu ala teletabis. Daya kompak kita kurang nih."

"Iya nih" Wendy ngangguk noleh ke Lisa, terus menunduk lagi ngehadap tiga manusia paling sensi dengan keputusannya mengejar hati Joy. "La-lagian kan-- ini tuh... cuma main,"

Brak!

Jennie sekarang yang pukul meja pake bogem kanannya. Wendy auto meluk Lisa takut. Lain perkara nih kalo Jennie respons semarah itu, tanda badai.

"Berpacaran itu harus komitmen. Berpacaran berarti memikirkan rencana masa depan. Ini bukan sekedar cuma main, Wen."

Seulgi decak, nggak abis pikir dia. "Lo sendiri kan yang bilang Joy itu centil? Mau lo sama dia? Katanya tipe lo bukan yang begitu, ah muna lo!"

"Yang centil ke cowok kek gitu biasanya pemain hati. Nggak bagus kayak gitu." Moonbyul sok bijak sambil buka kuaci.

"Centil begitu pasti banyak simpanan. Lo ampas dimatanya dia." Seulgi bersuara kesal dari kursinya. Nggak ada abis nunjuk Wendy.

"Tapi gue harus, Gi." Wendy milih nunduk kepala dari pada mandangin hawa panas di muka temen-temennya.

Seulgi keliatan makin muak, kedengeran dari kasarnya dia buang napas. "Jelasin ke gue kenapa lo harus!"

"Entahlah, harus aja."

"Lo murni sekedar targetin mobil dari Lisa kan dari misi sintingnya dia ini?"

Digituin, Lisa ngerucutin bibir denger galaknya Seulgi.

"Iya, Gi. Mobil gue kan raib."

Seulgi perbaiki duduknya. Ngambil napas panjang, ada ancang-ancang yang buat Wendy, Lisa, Jennie sama Moonbyul menunggu kepo.

"Dengan syarat lo bukan sekedar simpanan Joy. Buktiin ke gue lo satu-satunya, jangan ada sekongkol, jangan ada paksaan, jangan ada perasaan."

Lisa buru-buru berlari putarin meja cuma demi meluk Seulgi. Jennie ngernyit, Moonbyul nggak sengaja jatohin kemasan kuacinya, dan Wendy senyum seneng.

Semester RasaWhere stories live. Discover now