41. Annika's Debutante (I)

Comincia dall'inizio
                                    

Annika berdecih kesal, menarik selimutnya kembali sampai menutupi kepalanya, namun, Arina yang sudah menarik lengan pakaian nya menghela nafas dan menatap kearah barisan pelayan dibelakangnya.

"Siap?"

"Siap!"

"Apa tugas kita para pelayan?"

"Membuat nona menjadi yang tercantik hari ini!"

"Lakukan sekarang!"

"Siap!"

Para pelayan, berbaris disisi kanan kiri kasur Annika, Tak memedulikan sang empunya kamar yang masih ingin menetap dalam hangatnya selimut dan indahnya mimpi, dimulai dari barisan pelayan sisi kanan yang menarik paksa selimutnya, dan pelayan sisi kiri yang mengangkat tubuhnya secara paksa menuju kamar mandi.

"HEY...! APA-APAAN INI!!!!"

"nona harus bersiap!"

Arina tersenyum dan membukakan pintu kamar mandi, bath up bulat berisikan kelopak mawar, dengan campuran susu dan madu siap menyambut kulitnya yang lembut.

"Aku masih mengantuk!!!!"

"Tidak ada waktu nona!"

Para pelayan bergegas mengangkut Annika kedalam bath up dan memaksanya menceburkan diri kedalam wewangian mawar itu.

"Kyaaa!"

Dan perawatan menyebalkan pun dimulai....

Dari mandi, lulur, masker, pijat, dan lain sebagainya, sebagai bangsawan selain bersikap manis sesuai martabatnya, Annika paling membenci acara resmi yang mengharuskan dirinya dilayani besar-besaran seperti ini.

Sungguh, dibanding dirinya, para pelayan memberlakukan nya seperti mainan Barbie yang didandani dengan sebaik mungkin.

'yah, mungkin aku harus memilih menjadi rakyat biasa nantinya...'

Selain itu, yang paling heboh adalah jejeran para pelayan dengan semangat 45 tak terduga, bayangkan, baginya arina saja sudah cukup! Kenapa mereka harus ikut turun tangan seperti ini!!!

"Nona pakai ini!"

"Nona gaun pemberian putra mahkota sangat indah!"

"Nona mau memakai Tiara? Atau yang lain?"

"Nona, make up seperti apa yang harus kami aplikasi kan?!!"

"Sisir!!!"

"Rambutnya BLA BLA BLA"

"Make over atau Wardah hei!!!!"

Annika menghela nafas, menyayangkan nasib dan perasaan bangsawan lainnya.

'jadi...beginilah perasaan nya...huhuhu.."

Setelah beberapa jam, barulah para pelayan dapat bernafas lega.

Gaun ungu lavender dengan pita perak dipinggangnya terlihat menawan ditubuhnya, Annika berputar menatap pantulan diri dicermin besar yang menampakkan dirinya dengan balutan gaun indah tersebut, mata ungunya, serasi dengan gaun tersebut, rambut bergelombang yang ditata sederhana tampak membuat penampilan mewah tak disengaja pada dirinya.

Anting dan kalung juga tidak kalah menarik perhatiannya, ditambah dengan hiasan rambut yang tak berlebihan.

"Aku suka..."

Para pelayan bernafas lega, 5 jam yang terlewati tidak sia-sia, justru menghasilkan sosok bidadari tersembunyi dibalik kecantikan sang putri Marquis.

"Nona akan menjadi primadona dalam kelas sosial!"

Annika tersenyum kecil.

Annika memang tidak terlalu cocok dengan gaun heboh yang biasa dikenakan para gadis Bangsawan pada umumnya, karena wajah dan paras nya yang menonjol sudah cukup membuat sebuah gaun sederhana menjadi terlihat sangat mewah.

The Vermilion Primrose [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora