Bab 4 ALPHA

Mulai dari awal
                                    

Ezel menyimak layar hologram yang kini menampilkan data si pasien. Zack tersenyum membiarkannya hanyut dalam sebuah rasa yang juga dirasakannya dulu, saat pertama kali menyaksikan keadaan payah korban-korban tsunami yang begitu memilukan. Sebuah rasa kemanusiaan.

“Kau itu relawan psikis yang selalu siap memulihkan anak-anak dari kepedihan. Tugasmu, menebar semangat hidup dan memadamkan pesimistis dari jiwa mereka.”

Ezel kembali ke dunia nyata. Di hadapannya, gadis berumur sepuluh tahun itu masih mengamati takut-takut. Ezel tersenyum. “Jadi ... apa yang biasa kau lakukan di liburan musim panas?” tanyanya hati-hati. Catatan dari Zack: anak kecil senang dipancing untuk bercerita, buatlah mereka letih karena bercerita hal-hal yang mengasyikkan sampai lupa dengan kondisi hidupnya.

Alpha melirik langit-langit. “Aku akan menginap di rumah ayah berminggu-minggu, lalu ikut membantunya di ladang jagung atau sawah!”

“Hm, kau tidak tinggal dengan ayahmu?”

Ups, pertanyaan salah, Ezel. Lihat, anak itu sekarang mulai menunduk. Ezel seketika menampar mulutnya sendiri.

“Tidak, mereka sudah bercerai saat aku enam tahun. Ibu menikah lagi, tapi aku tinggal dengan nenekku di Hyattsville, dekat Washington.”

“Ma-maaf! Pertanyaanku membuatmu bersedih, ya.” ucap Ezel cepat-cepat dengan tangan saling menangkup. “Ah, bagaimana kalau besok aku mengajakmu jalan-jalan keluar dari tempa ... yang ehm, sumpek ini? Hehe, pasti kau bosan, kan, seharian terus-terusan terkurung di sini? Lalu aku bisa membawamu ke—”

Gadis kecil itu menahan tawa. “Tidak apa-apa, kok. Lagi pula aku senang bercerita tentang ayahku. Dia itu orang baik. Kuharap, dengan menceritakan kebaikannya, Tuhan mendengarkanku kemudian mengampuni dosa-dosanya.”

“Oh, kau baik sekali, Alpha.” Ezel beranjak duduk di sisi ranjang Alpha. Ia terkesan dengan senyum tegar anak satu ini.

Ia baru saja ingin berkata lagi begitu seorang perawat memasuki bangsal, membawa nampan dorong dengan berbagai sajian di atasnya. Perawat itu mulai membagikan ransum makan siang kepada para pasien. Ezel dengan cekatan membantu. Di bangsal ini, tak banyak anak kecil seumur Alpha. Beberapa terlihat berusia empat belas sampai tujuh belas tahun. Sisanya orang dewasa. Menurut Zack batin anak ini cukup terpukul setelah sebuah kenyataan merenggut nyawa ayah sekaligus tsunami yang memisahkan ia dari neneknya. Sebenarnya Ezel agak penasaran dengan kalimat ambigu Zack itu.

“Alpha,” panggil Ezel sembari menyuapi gadis itu—meski Alpha telah menolak, meminta Ezel membiarkan ia makan sendiri. Ezel terlihat memilih kata-katanya. “Kalau boleh kutahu, karena apa ayahmu meninggal?”

“Ditembak,” jawab Alpha enteng tanpa mengurangi intensitas kunyahan. Sedang Ezel di depannya terperenyak.

“Di-ditembak? Apa dia ....” Ezel tak mau menerka-nerka, untunglah Alpha cepat-cepat melambaikan tangannya.

“Bukan karena ayahku orang jahat, kok!” sungut si gadis. “Justru orang-orang yang menembak ayahku itulah yang tak punya hati!”

Ezel tertegun. Ia memperhatikan Alpha yang terdiam, dadanya naik turun seperti menahan emosi. Ternyata memang benar, Ezel telah salah memilih topik ini.

Alpha menelan makanan dengan susah payah. Kemudian mulai bercerita dengan nada rendah. “Aku tahu, karena aku ada di sana saat ia meregang nyawa.”

Ekspresi dan tangan Ezel di pundak mengisyaratkan agar tak perlu diteruskan apabila itu menyakitkannya, tapi meski tercekat, ia tetap melanjutkan.

“Mereka orang gila yang tiba-tiba menggedor pintu kayu rumah ayah saat kami sedang menghitung uang hasil jual jagungnya siang itu. Ayahku yang panik lalu menyuruhku segera sembunyi di ruang rahasia bawah tanah. Aku hanya menurut saat itu sambil ketakutan.” Alpha menundukkan kepalanya dalam-dalam. “Aku mengintip dari celah dengan mata kepalaku sendiri. Mereka yang beradu argumen, orang-orang berseragam lengkap dengan senjata itu menyebut-nyebut soal utang atau pajak—aku tak ingat—yang jelas, mereka lalu merampas uang di lemari penyimpanan ayah, menembaknya, hingga, hingga—”

Lost at Lunar PerigeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang