Bab 10 . Anouncement

21 2 0
                                    


Benar saja.

Tak sampai satu, hanya setengah jam kemudian, kedua lelaki itu sudah terbengong-bengong karena Zeyo sejak tadi tak melepas cengiran lebarnya.

Tak ingin berlama-lama, Zeyo segera menunjukkan hasil kerjanya. Mereka bertiga digiring sementara Zeyo mendemonstrasikan cara kerja seperangkat mesin yang baru dipecahkannya itu. Tak hanya hamew setiap orang yang kini bisa jadi target penerimanya—sebagaimana video Eren yang dikirim ke hamew Zack, yang membuat mereka berdua cepat-cepat kembali ke Shenandoah—bahkan Zeyo juga mencoba meneruskan pesan video Eren ke titik bandphone Eren, Ezel, dan dirinya sendiri.

Hasilnya? Sukses! Video itu serta merta terputar di layar bandphone mereka bertiga, membuat Eren mencak-mencak karena ternyata di video, penampilan dirinya sangat kacau. Namun, mana ada Zeyo memikirkan itu, ia sudah girang sampai tersenyum-senyum sendiri sepanjang hari. Kebalikan dari Zeyo, Ezel lebih banyak diam hari ini, maka sebagai saudari yang baik, Eren menanyakannya.

Mereka segera melaporkan kemajuan besar ini pada Garry sore harinya. Di samping itu, meminta izin untuk meminjam satu bus lebih cepat untuk mengantar Zack keesokannya. Namun, baru saja tiba di lantai dasar museum, Garry ternyata muncul dari balik pintu utama, bersama banyak orang berseragam yang mengikuti di belakang orang tua itu.

Orang-orang itu—jika menilik dari warna seragamnya—terbagi dua kelompok. Itu, yang berseragam rapi serba hitam dan dengan penuh lencana serta aksesoris gelap di kostumnya, pastilah anggota militer. Sementara yang berseragam oranye, agaknya petugas museum, tapi mereka tak bisa memastikan. Garry, yang memimpin mereka menyunggingkan senyum kepada empat orang yang baru saja turun ke hall. Lambaian tangannya mengisyaratkan perintah untuk menghampirinya.

“Siapa mereka, Kek?” lirik Zeyo ke arah barisan manusia yang semuanya tampak asing, tetapi memiliki raut yang bersahabat.

“Hohoho. Mereka inilah yang akan kukenalkan pada kalian!” Garry memasang wajah bersemangat. Keempat anak muda itu saling pandang. “Merekalah yang akan mengantar, menjaga, dan memastikan semua bus yang diberangkatkan sampai tujuan dan membawa semua muatan dengan aman.”

Seketika mulut keempatnya membentuk huruf O. Mereka paham. Jadi, kalau benar kelompok berseragam gelap itu ialah pihak dari militer yang akan menjagai perjalanan mereka, artinya kelompok satu lagi alias yang memakai nuansa oranye mestilah petugas museum yang diberi mandat Garry untuk menyopiri bus-bus sampai tujuan dengan selamat. Tak lama, mereka semua terlibat dalam basa-basi singkat. Gerombolan orang itu menyalami keempat anak muda itu satu persatu sambil menyebutkan nama.

Zack antusias mengingat-ingat wajah mereka. Eren bahkan sesekali mengajukan pertanyaan hangat. Ezel hanya tersenyum dan mengangguk ramah kepada setiap orang yang menyalaminya. Akan tetapi Zeyo, malahan memasang tampang datar dan hanya membalas ‘hm’, ‘ya’—suara-suara tanpa minat—kepada mereka yang padahal telah menantikan perkenalan dengan pemuda jenius ini.

Eren yang diam-diam melirik Zeyo akhirnya menyenggol pemuda itu. “Kenapa ekspresimu begitu? Tadi ceria sekali.”

“Aku ingin bertemu kakekku dan memberitahukan kemajuan kita,” bisiknya merengut.

Sesi perkenalan selesai. Namun, beberapa dari mereka melanjutkan obrolan bersama Eren, Ezel, maupun Zack di hallrooom, sementara Zeyo terpaksa menggiring kakeknya ke pinggir ruangan untuk membicarakan hal yang ia tahan itu sambil menggebu-gebu. Ia juga melaporkan persiapan-persiapan yang telah mereka selesaikan.

Garry menyimak antusias. “Oh, ya? Bagus kalau begitu. Lalu kapan kita akan memfungsikannya? Malam ini? Kurasa lebih cepat lebih baik.”

Zeyo menggeleng. “Malam ini kita harus menyiapkan keberangkatan Zack besok pagi, Kek.” Zeyo menunjuk orang-orang berseragam dengan dagu. “Kau bisa, kan, menyuruh salah satu dari mereka untuk bersiap-siap lebih dulu dan mengemudi bus ke Kentucky?”

Lost at Lunar PerigeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang