lima

923 160 36
                                    

Hanan melongo, matanya hampir tidak berkedip. Merasa saking tidak percaya dengan segala bentuk kegilaan seorang Aksel Putra Hertadi yang terkenal sebagai pangeran dingin dikampusnya tersebut.

Lihat saja, saat ini sosok lelaki tinggi itu sedang bernyanyi atau lebih tepatnya bisa dikatakan berteriak sambil joget-joget tidak jelas dengan semangat empat lima.

Mungkin, urat malunya sudah putus, cih!

Dan yang membuatnya terkejut adalah ketika Aksel berduet dengan bocah yang mengaku sebagai anaknya itu. Dimana keduanya begitu sangat kompak, sehingga terlihat tidak ada rasa canggung barang sedikit.

Padahal baik Aksel maupun Liandra baru saja bertemu hari ini. Tapi, entah kenapa seperti orang yang sudah mengenal lama. Ibarat teman sejawat. Apalagi kelakuannya bisa dikatakan benar-benar mirip satu sama lain.

Atau jangan-jangan bocah smp itu memang anak kandungnya si Aksel?

Hanan langsung menggelengkan kepala pelan, guna menetralisirkan pikirannya. Lalu kembali memperhatikan sosok Liandra, kemudian seketika matanya pun fokus memandang dan menelusuri wajah bocah smp itu untuk kesekian kali.

Dan lagi, dirinya kembali dibuat heran. Bagaimana bisa Liandra memiliki wajah yang sangat mirip dengannya tersebut? Karena dilihat dari sudut manapun, wajah bocah berusia lima belas tahun itu sudah seperti menjiplak wajahnya.

Dia menghembuskan napasnya pelan, kini arah pandangannya secara bergantian beralih ke arah duo bapak dan anak tersebut.

Bukankah sangat tidak masuk di akal?

Benar-benar, gila!

Apa hal ini bisa disebut kebetulan belaka?

Mendadak perasaan takut dalam dirinya menyeruak begitu saja, sehingga wajahnya berubah menjadi pucat.

Meski rasanya Hanan ingin menampik ribuan kali, namun tidak bisa dipungkiri bahwa Liandra memang memiliki perpaduan antara dirinya dengan si Aksel.

Bagaimana bisa?

Pikirannya kembali berkecamuk.

"Aksel!"

Hanan memanggil Aksel dengan sedikit berteriak yang tentu saja sosok yang dipanggil tidak mendengar suaranya tersebut.

"AKSEL!"

"AKSEL!"

Dirinya masih terus memanggil nama sosok tinggi itu, lantaran belum mendapatkan respon dari pemilik nama.

"AKSELLL!!!"

Akhirnya dia memanggil pemilik nama berkelakuan abstrak tersebut dengan berteriak lebih kencang, dan untungnya yang dipanggil akhirnya menoleh juga. Tetapi lelaki itu hanya merespon dengan sebuah lambaian tangan.

Isyarat mengajak untuk bergabung.

"Kaku banget lo. Ikutan sini."

Tentu saja untuk ukuran seorang Hanan yang cuek, tidak akan menggubris ajakan basa-basi dari sosok Aksel. Dirinya memang terbilang malas membuang energi untuk sekedar hal-hal yang unfaedah.

Who Are You?Where stories live. Discover now