dua

848 165 24
                                    

Setelah menatap deretan sebelas angka yang berada di ruang chat-nya bersama Sera, dengan terpaksa Hanan pun menyimpan nomor yang merupakan milik dari seseorang bernama Aksel tersebut. Karena bagaimana pun dia harus memberitahukan segera bahwa ada bocah berusia lima belas tahun yang mengaku-ngaku sebagai anak dari mereka berdua.

Jadi, tanpa harus berpikir dua kali. Hanan mengirimkan beberapa pesan kepada Aksel sambil merapalkan doa-doa.

You : Hi Aksel, ini gue hanan dr jur. management.

You : Sori ganggu, karna gue cm mau ngasih tau aja.

You : Klo ada anak sekitar umur 15thn, yang ngaku2 sbg anak lo.

You : Pokoknya, harap dibls klo lo udah baca chat ini.

You : *note lo kudu wajib bls chat ini atau ga hubungin gue. GPL!

You : Masalahnya gue risih karna anak lo ini ngintilin gue mulu.

Semoga kali ini keputusan yang dibuatnya adalah tepat.

.

.

.

Hanan bingung.

Sedari tadi dia hanya memperhatikan sosok bocah smp yang masih sibuk sarapan itu dengan tatapan penuh tanda tanya.

Karena jika diperhatikan secara seksama, wajah milik Liandra bisa dikatakan agak mirip dengan dirinya. Terutama pada bagian mata, pipi, dan juga bibir. Malahan bisa disebut memang menjiplaknya alias mirip persis tidak buang barang sedikit. Kecuali pada bagian lain seperti hidung dan tahi lalat yang berada di wajah bocah tersebut yang bukan dia banget. 

Masalahnya dia tidak mempunyai hidung yang mancung seperti milik Liandra. Begitupun dengan tahi lalat, dia hanya memiliki satu yang letaknya berada di pergelangan tangan kanannya. Berbeda dengan bocah itu yang memilikinya sekitar tiga atau empat tepat di area pipi sebelah kanan.

Apalagi, ketika Liandra sedang tersenyum yang sampai menampilkan mata bulan sabitnya. Seriusan, hal itu malah membuat bocah smp itu terlihat semakin mirip dengan dirinya.

Tanpa sadar Hanan pun menyipitkan kedua matanya, “mirip banget kaya gini tuh bisa dibilang beneran anak kandungnya gak sih?”. 

Mendadak pikirannya berkecamuk, sehingga menimbulkan begitu banyak pertanyaan yang memenuhi isi kepalanya. 

Atau memang benar adanya mitos yang mengatakan jika didunia ini manusia mempunyai kembaran sebanyak tujuh orang?

Mungkin, saja. (iya, atau juga tidak.)

Huft.

“Ayah...”

Hanan sengaja mendengus keras ketika Liandra memanggilannya dengan sebutan yang sangat tidak disukainya itu.

“Stop manggil gue dengan sebutan AYAH! Harus berapa kali gue ngasih tau lo sih?"

Liandra hanya bisa memanyunkan bibir sebagai bentuk protes. Namun tentu saja hal itu diabaikan oleh Hanan begitu saja.

Maklum, kepalang kesal.

"Plis, cukup panggil gue dengan hanan aja. Kalau misalnya lo merasa gak enak, ya cukup manggil gue dengan embel-embel kakak kek, mas kek, atau apa kek gitu asal ya selain ayah. Ngerti, kan?”

Bocah lelaki itu diam tidak memberikan tanggapan, masih dengan raut wajah yang merajuk. Dan secara tidak langsung berhasil membuatnya jadi merasa serba salah.

Who Are You?Where stories live. Discover now