Awal Mula Nekatnya Moka - 2

912 101 31
                                    

"Moka kamu udah ada calon belom sih emangnya? Kalo gak ada gandengan buat ke nikahan Adit, bareng aku aja lagi deh, kayak biasa" kini giliran Arfan si Digital Marketing Strategist yang memberiku sebuah penawaran, bukan sekali atau dua kali, aku memang sering kali pergi kondangan bersama dia jika ada rekan kerja kami yang mengadakan pernikahan, karena dia pun bernasib sama sepertiku, belum memiliki seorang pasangan hidup yang akan dia jadikan untuk menemaninya di hari-hari tuanya kelak.

Orang-orang selalu heran mengapa Arfan belum memiliki kekasih hingga saat ini, padahal jika diliat dari visualnya, wajah Arfan cukup tampan dengan rahang kokoh dan dagu layaknya ukiran jerapah, dan usianya hanya terpaut satu tahun diatas Moka, dia sudah dewasa, tampan dan mapan di usianya yang sekarang 28 tahun.

"Gak ada fan, iya bareng kamu aja boleh deh"

Jam makan siang kantor sudah tiba, Moka baru saja selesai menyelesaikan ibadah wajibnya di mushola kantor, saat ini dia sedang bersama teman-teman kerjanya yang bahkan tidak jelas kapan akan datang dan kapan akan hilangnya mereka, alias mereka semua sering datang secara tiba-tiba keruangan kerjaku Divisi Marketing, sedangkan mereka berada di satu divisi yang sama yaitu Divisi Keuangan

"Eh si Adit mau nikah ya Mok? Tanya Clara

"Iya" jawab moka sembari memakan makan siangnya

"Kok lu gak bilang ke gue sih Mok" kini giliran Rani yang berbicara, dalam hatinya Moka berkata "Lah kalian siapa"

"Gue di kasih undangan kok tadi pagi, kalian engga?" ungksp Eca sambil menengok kearah Rani

"Lu kapan btw Mok mau nyusul?" Clara kembali berbicara

"Eh tapi lu pernah pacaran gak sih Mok?" Gloria yang sedari tadi diam pun angkat bicara

"Kayaknya gak pernah deh dia, ketauan sih muka-mukanya si Moka tuh masih polos hehe, canda ya Mok" Eca berbicara kepadaku sembari menatap menilai diriku

"Moka lu coba deh kurusin badan lu dikit Mok, sama beli baju yang bagus-bagus, pasti nanti banyak yang mau kok sama lu Mok" kini giliran Rani yang berbicara, sedangkan aku masih asik dengan makananku

"Lu kalo ngomong Ni, kayak seolah-olah Moka gak laku tau" Fitri, mungkin sepertinya hanya Fitri yang sedikit nyambung dan tau perasaan hati Moka, sedikit hanya sedikit.

"Tapi kan emang kenyataanya gitu, gua kan cuma bantuin Moka aja biar dia cepet sadar dan memperhatikan penampilannya buat kedepannya" lagi dan lagi, Moka lama-lama muak mendengar perkataan orang-orang sekitarnya yang selalu menuntut Moka untuk segera memiliki seorang kekasih dan tidak jarang menyuruhnya untuk cepat menikah dan mengubah penampilannya saat ini. Moka merasa muak dan memilih diam lalu bangun dari duduknya

"Gue udah selesai, duluan ya semuanya" ucap Moka sebelum akhirnya pergi meninggalkan area kantin

Jam istirahat kantor belum usai, Moka saat ini sibuk berkutat dengan ponsel canggihnya, entah firasat dari mana, Moka tiba-tiba saja ingin membuka sebuah Linkdln, sebuah aplikasi yang memungkinkan kita mencari pekerja, menemukan pekerjaan dan menjalin banyak koneksi dengan banyak professional-profesional handal dibidangnya, jari telunjuk Moka sibuk mengscroll halaman depan aplikasi tersebut, hingga pergerakannya tiba-tiba saja berhenti di sebuah post yang mengiklankan tentang sebuah lowongan besar-besaran di kapal pesiar, mulai dari Manager, Chef, Waiters, Housekeeping hingga Bartender, dan masih banyak lagi, tak lama dia pun meng-klik detail lowongan tersebut, dan yang membuatnya tercengang adalah melihat bahwa gaji rata-rata pekerja di kapal pesiar minimal adalah 700 dollar Amerika Serikat, atau jika dirupiahkan berjumlah kurang lebih sepuluh juta rupiah, Moka pun tanpa berfikir panjang berniat ingin melamar pekerjaan tersebut, toh buat apa dia kerja kantoran enak tapi lingkungan kerjanya tidak nyaman untuknya, dan lagi gajinya disini hanyalah 4,6 juta, dia akan mendapat dua kali lipat dari gajinya yang sekarang jika dia berhasil mendapatkan pekerjaan di kapal pesiar tersebut.

Moka melihat persyaratan demi persyaratan yang dibutuhkan untuk mendaftar pekerjaan di kapal pesiar yang tadi dia temukan, setiap bagian memberikan syarat bagi pendaftar harus berpengalaman minimal 2 tahun dibidangnya dan memiliki berat badan ideal, sedangkan Moka? Dia sama sekali tidak memiliki pengalaman dibidang itu semua, dan bahkan berat badannya melebihi kata normal yaitu di angka 75kg dan tinggi 165cm. Hanya ada satu harapannya yang memberikan persyaratan tanpa kata berat badan ideal, yaitu sebagai Housekeeping, atau Bahasa kasarnya adalah tukang bersih bersih kamar, ruangan, lantai atau apapun itu yang berhubungan dengan membersihkan.

Moka sudah berada didalam mobil Arfan saat ini, karena sering berkondangan bersama membuat Moka terbiasa dengan mobil Arfan, Moka merasa Arfan adalah salah satu teman pria Moka yang baik dan tidak bermulut besar seperti perempuan alias suka nyinyir, Arfan adalah tipe orang yang cuek dan kalem namun diam-diam perhatian. Moka sering beberapa kali mendapat pesan whatsapp dari Arfan, namun hanya sebatas soal pekerjaan yang akhirnya Moka pun menanggapi itu semua dengan seadanya, batin Moka sedikit berbicara seandainya saja Arfan mau dengan dia, pasti semua masalahnya saat ini akan terselesaikan dengan mudah

Arfan dan Moka tanpa sadar sudah sampai di salah satu Hotel mewah di Jakarta tempat diadakannya resepsi pernikahan antara Adit dan calon istrinya. Arfan dan Moka berjalan berdampingan tanpa genggaman tangan seperti pasangan lainnya, karena memang mereka hanyalah sebatas teman yang bahkan tidak terlalu dekat menurut Moka, atu bisa dibilang hanya sebagai partner kerja dan partner kondangan satu sama lain.

"Adit selamat ya, semoga bahagia selalu dan segera dapet momongan ya kalian berdua" tidak butuh waktu lama mereka berdua pun menghampiri kedua mempelai pengantin dan berjabat tangan dengan memberikan sedikit ucapan selamat kepada sang pengantin

"Selamat ya bro, udah minum jamu belom buat persiapan?" ucap Arfan yang memberikan selamat sekalikus candaan kepada rekan kerjanya itu

"Arfan aku ke toilet dulu ya bentar" seusainya Moka dan Arfan berjabat tangan dengan Adit dan istrinya Moka pamit kepada Arfan untuk ke kamar kecil sebentar

"Ok Moka, aku makan duluan ya. laper" ucap Arfan yang kemudian langsung nyelonong menuju prasmanan

Moka selesai membuang air kecil yang sedari tadi ia tahan karena menunggu antrian untuk berjabat tangan dengan sang pengantin, wajahnya dia arahkan menuju ke cermin dan pandangannya fokus kedepan melihat pantulan tubuh dan wajahnya dihadapannya, dia kemudian mengeluarkan lipmate yang ada di tas hitam favorinya, apalagi jika bukan tas Givenchy pemberian sang mantan, Moka tipe perempuan yang menggunakan make up simple dan alakadarnya alias hanya bedak dan lipmate atau liptint saja sudah cukup baginya.

Moka keluar dari toilet tersebut dengan tentram sebelum akhirnya jantungnya harus rela berdetak lebih kencang dari biasanya karena melihat seorang yang sangat ia kenali berdiri dihadapannya tepat di depan pintu utama toilet perempuan seolah dia memang sengaja menunggu Moka sedari tadi

"Hai Moka, apa kabar?" sapa Mahesa, mantan terindah Moka di masa putih abu-abu dulu.

MokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang