Awal Mula Nekatnya Moka - 1

1K 125 46
                                    

Senin pagi, seperti biasa Moka akan berangkat kerja ke kantornya di daerah Thamrin, Jakarta Pusat. Moka sedang memakan sarapannya dengan nyaman sebelum akhirnya, ibunya menghampiri dan duduk disebelahnya "Moka, kamu bakalan umur 27 tahun kan bulan depan? apa ngga ada niatan bawa calon ke Ibu?" ucap ibu Moka sambil menatap kearah manik mata anak gadisnya yang sudah berumur cukup matang itu, sedangkan Moka yang paham betul akan kemana arah pembicaraan ibunya itu hanya menunduk pasrah menatap sendok dan makanan di hadapannya

"Ibu tuh udah malu Moka, punya anak perawan tua kayak kamu, sepupu-sepupu kamu yang lainnya udah nikah semua, cuma kamu aja yang belum" ibu Moka kembali menyambung perkataanya setelah berhenti beberapa detik, sedangkan Moka, dia hanya terdiam dan sedikit merenung lalu sisanya adalah merasakan sakit dari hatinya atas apa yang telah diucapkan oleh ibunya sendiri.

"Kamu nggak tau kan kalo tetangga tuh setiap hari ngomongin kamu setiap kamu berangkat kerja, ibu yang sakit hati dengernya" manik mata ibunya kini tak lagi memandang kearah Moka, melainkan sibuk memandang kearah langit-langit ruang makan seolah membayangkan bagaimana ia setiap saat menerima kritik dan omongan para tetangga karena anak terakhirnya yang belum juga menikah hingga usianya yang akan berumur genap 27 tahun itu pada bulan depan.

"Bu, Ibu sadar nggak sih dengan Ibu ngomong kayak gini ke Moka, maksa aku untuk segera menikah setiap saat, secara gak sadar Ibu juga udah nyakitin perasaan aku melebihi yang orang-orang diluar sana katain tentang aku Bu" Moka sebenarnya sudah bergetar, tapi hanya bisa dirasakan oleh dirinya sendiri, dia berusaha sekuat mungkin untuk tidak terlihat lemah dihadapan ibunya itu, sebelum akhirnya melanjutkan perkataanya kembali

"Moka juga nggak akan mau Bu hidup kayak gini, kalo boleh milih Moka juga maunya jodoh Moka datengnya cepet Bu" Moka melanjutkan sarapannya yang sempat tertunda beberapa menit karena obrolannya dengan ibunya tersebut, padahal ibunya masih setia disampingnya memperhatikan dirinya makan

"Ya gimana kamu mau dapet jodoh kalo kamu sendiri nggak mau memperbaiki diri kamu supaya cowok-cowok pada dateng sama kamu" tanpa Moka duga ibunya kembali melanjutkan obrolannya dengan Moka dan Moka hanya bisa mendengarkan sambil menikmati makanannya.

"Kamu tuh udah dewasa seharusnya jaga penampilan, kamu cuek sama badan kamu, kamu cuek sama penampilan kamu, kamu cuek sama pemikiran orang tentang kamu, gamau dandan, gamau diet!"

"Bu, stop! Moka capek kalo harus bahas masalah ini terus-terusan sama ibu, yang ada bikin Moka sakit hati terus tau nggak" Moka menyudahi makannya dan dan berdiri dari duduknya meninggalkan ruang makan sebelum akhirnya pergi menuju ke kamarnya untuk mengambil ponselnya yang tertinggal

"Tuh kan gimana mau maju? Gimana mau dapet jodoh kalo kamu aja dibilangin yang baik-baik sama Ibu selalu melarikan diri dan gak mau dengerin omongan Ibu! Ibu tuh bilangin kamu supaya kamu sadar Moka dan ngerti kalo kamu tuh bukan anak kecil lagi, kamu harus pikirin masa depan kamu" ibunya masih saja berusaha menceramahi Moka dengan sedikit berteriak kearah kamar Moka dan Moka yang samar-samar tetap dapat mendengar apa yang ibunya itu sampaikan

"Salim bu, Moka berangkat kerja dulu, Assalamu a'laikum" Moka keluar dari kamar dengan membawa tas selempang hitam kesayangannya yang bermerk Givency, satu-satunya tas branded yang dia punya dan terpaksa harus ia terima karena pemberian mantan kekasihnya. Benar! Moka pernah memiliki seorang pacar yang rela memberikannya tas dengan harga puluhan juta tanpa berfikir panjang

"Wa'alaikum salam, hati-hati di jalan. Jangan sok sibuk terus sama pekerjaan kamu, ibu tau toh kamu juga gak akan mungkin naik jabatan dengan posisi kamu saat ini, pikirin diri kamu, jangan mikirin kerjaan terus! Ibu tuh udah tua Moka, pengen liat kamu bahagia seperti kakak-kakakmu yang lain"

"Ibu, Moka pun sekarang juga bahagia ibuku sayang... dah ah moka berangkat" Moka masih sanggup menahan gemuruh sesak dalam dadanya dihadapan ibunya, padahal jika dijabarkan dia ingin teriak saja rasanya saat ini

Moka berjalan keluar pintu rumahnya dan mengenakan sneakers putih favoritnya juga, jika difikir-fikir Moka memang bukan tipe perempuan yang memperhatikan penampilannya, dia akan menggunakan barang yang itu-itu terus jika dia sudah merasa nyaman dengan barang tersebut. Moka memanasi mesin motornya terlebih dahulu sebelum akhirnya dia menaiki kendaraan kesayangannya itu dan tidak lupa mengenakan helm sebelum akhirnya menarik gas ditangan kanannya.

Moka, gadis tambun yang bekerja sebagai seorang Copywriter di sebuah perusahaan e-commerce asal China yang kini telah berhasil melebarkan sayapnya di Indonesia, terbukti dengan penghargaan yang telah diraih perusahaan tersebut yaitu sebagai e-commerce terbesar kedua di Indonesia setelah diposisi pertama terdapat perusahaan lokal asal Indonesia yang mendapatkan julukan sebagai raja e-commerce terbesar di Indonesia.

Tiga tahun lalu awal pertama kali Moka diterima di perusahaan tersebut, status perusahaan tersebut masih sebagai startup dan namanya belum sebesar seperti saat ini, dimasa itu perusahaannya baru berumur satu tahun, yang artinya bisa dibilang bahwa moka ikut merintis perusahaan startup tersebut walaupun dirinya masuk telat satu tahun setelah perusahaan itu didirikan. Kini startup tersebut sudah menjelma sebagai salah satu perusahaan besar yang ada di Indonesia dan memiliki banyak investor loyal didalamnya.

Bekerja selama bertahun-tahun tidak membuat Moka lantas semata-mata akrab dengan rekan kerjanya, mereka memang bertemu setiap hari dan berdekatan setiap saat, namun semua itu Moka ketahui hanyalah sebagai etika didalam dunia kerja dan bukan tulus dari dalam diri mereka. Entah mengapa orang-orang di Indonesia selalu sok peduli kepada orang lain, padahal kenyatanya mereka bukan benar-benar peduli alias hanya mengikuti rasa ingin tahu di kepala mereka, yang jika sudah tau mereka akan menceritakan apa yang diketahuinnya itu kepada rekan kerja lainnya, sungguh lingkaran yang menyulitkan dan mengganggu kententraman bagi diri seorang Moka.

Moka saat ini sedang mendengarkan presentasi didepannya yang sedang dijelaskan oleh Arfan, seorang Digital Marketing Strategist yang sedari tadi sibuk mempresentasikan ide-ide yang ada didalam otaknya untuk sebuah project advertising perusahaanya yang akan deadline tujuh hari lagi sebelum hari kemerdekaan Republik Indonesia akan tiba. Meeting pun akhirnya selesai setalah tiga jam berlangsung dan ditutup dengan Adit seorang Vidio Editor yang tiba-tiba mengumumkan pernikahannya pada sabtu minggu depan dan diam-diam sudah meminta izin cuti bulan madu kepada manager kami "Eh dateng ya kalian ke nikahan gue minggu depan, nih undangannya" Adit berdiri dan memberikan undangannya kepada kami satu persatu

"Moka! Jangan lupa bawa gandengan ya hehehe..." tiba saatnya Adit memberikan undangannya kepadaku dia mengingatkan akan hal sensitifku, yang membuatku hanya bisa membalas ucapannya dengan senyum

"Wah gila lo dit, tiba-tiba udah nikah aja. Parah lu! si Moka di langkahin" Arkan, dia adalah seorang Content Creator, bisa dibilang dia adalah yang menggurui kami dibalik layar pembuatan iklan-iklan ini.

"Ya sorry ye Moka gua langkahin duluan haha" Adit menjawab pernyatan Arkan dengan gurauan

Aku paham maksud mereka adalah bercanda, tapi entah mereka sadar atau tidak, bercandaan mereka itu sangat bersifat sensitif untukku akhir-akhir ini.

"Moka udah ada calon belom sih emangnya? Kalo gak ada gandengan buat ke nikahannya Adit, bareng aku aja lagi deh,kayak biasa?"

MokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang