"Oh, Soobin punya teman-teman lain selain kalian?" Jaera tidak tahu dapat merasa senang begitu mendengar kenyataan Soobin yang memiliki banyak teman, lelaki itu berarti dapat berbaur dengan baik. Rasa khawatir dan takut Jaera terhadap Soobin bisa sedikit berkurang, sebelumnya ia merasakan perasaan demikian sebab Jaera merasa ia kurang memperhatikan Soobin, ia jarang di rumah dan sibuk bekerja padahal keluarga Soobin di Seoul hanyalah dirinya.

"Kalian lalu akan pergi menjenguk teman beramai-ramai?"

Jeno mengangguk, "Kami akan bertemu dengan tiga teman kami yang lainnya di halte bus, mereka tadi mengirim pesan masih bersiap jadi kami menunggu di sini."

"Kalian akan menjenguknya di rumah atau rumah sakit?"

"Rumah sakit," Usai mengatakan itu Donghyuck menoleh cepat pada Jeno, "Jisoo masih di rumah sakit'kan?"

Jaera yang sudah tersenyum geli karna tingkah laku Donghyuck mendadak menegang begitu pemuda itu menyebut nama yang tidak asing. "Nama teman kalian Jisoo?"

"Iya, namanya Jisoo, sebenarnya kami sudah menjenguknya kemarin tapi tidak bisa lama. Makanya, hari ini kami mau datang lagi ke sana. Kasihan dia, tidak ada yang menemani." Pelopor menjenguk Jisoo hari ini memang datang dari Donghyuck, walaupun terlihat nakal begini, Donghyuck paling peduli dengan yang namanya teman. Apalagi ia tahu beberapa hari silam Jisoo terlihat murung, ditambah fakta bahwa kemarin ketiga kakak lelaki yang mereka jumpai ternyata sudah memiliki kesibukan sendiri.

Jaera mencoba untuk berfikir positif, bukankah banyak orang Korea bernama Jisoo? Nama tersebut juga bisa dipakai lelaki dan perempuan, mungkin Jisoo yang mereka bicarakan berbeda dengan yang ia pikirkan.

"Memangnya ia tidak ada orang tua?" Jaera bertanya dengan hati-hati, ia tahu tidak sopan mengorek informasi pribadi seseorang yang tidak ia kenal melalui orang lain pula, tapi Jaera sudah terlanjur penasaran.

"Setahuku orang tuanya sudah meninggal saat ia masih kecil, Jisoo sekarang tinggal bersama tiga kakak lelakinya. Kakak-kakaknya terlihat protektif sekali padanya, wajar sih, Jisoo adik bungsu mereka." Jeno menyenggol Donghyuck pelan, menurutnya tidak baik membicarakan teman mereka sendiri pada orang asing, tapi namanya juga Lee Donghyuck. Lelaki itu malah balas memandang sengit Jeno.

"Aduh, kasihan sekali ya. Tapi pasti ia lelaki yang mandiri."

Jaera mengerutkan kening bingung alih-alih tersinggung saat Donghyuck menahan tawanya, tapi tak lama raut terkejut memenuhi wajahnya saat mendengar kalimat penjelasan dari Donghyuck, "Nuuna, Jisoo itu perempuan."

Memori dirinya ketika bertemu pertama kali dengan Jisoo di kantor Yoongi terlintas, seragam yang gadis itu kenakan sangat mirip dengan seragam Soobin. Sesuatu terasa menghantam dirinya, Jaera lantas memilih pamit dan bergegas menemui Soobin.

"Kau tidak seharusnya membicarakan Jisoo pada orang asing, Hyuck." Jeno menyikut lengan Donghyuck bertepatan dengan Jaera yang pergi menghilang dari hadapan.

Donghyuck mengadu, mengelus perutnya yang terkena serangan dadakan, "Aku hanya membicarakan hal biasa mengenai Jisoo pada kakaknya Soobin. Lagipula kurasa itu baik untuk membuatnya mengenal sedikit demi sedikit mengenai calon adik iparnya."

"Hah? Apa maksudmu?"

"Ei, kau ini hanya pintar pelajaran saja ya. Untuk apa berteman dengan Jaemin kalau kau masih tidak bisa mengerti masalah begini."

"Ck, tidak usah berbelit. Maksudnya apa?"

Donghyuck mencibir tapi ia akhirnya tetap menjawab pertanyaan Jeno setengah berbisik dan membuat Jeno terkejut, "Kurasa Soobin menyukai Jisoo."

My Little Wife[✔]Where stories live. Discover now