Ternyata aku baru mengetahui sejarah sekolah ini, padahal aku kira memang sekolah ini sudah sangat bagus karena memang biaya nya cukup mahal, ternyata ad banyak permasalahan nya, dan semakin membuat ku kagum Kepada rendy.

Dewi juga menjelaskan akan sulit untuk mendapatkan sponsor besar, karena sebelumnya tidak ada yang bergalaman dalam hal ini bahkan senior ataupun guru sekolah karena memang sekolah ini belum pernah melakukan kerjasama dengan seponsor besar. Lalu coba membahas mengenai kerja sama dengan sponsor pada saat study tour lalu. Tapi Dewi menjelaskan kembali bahwa bentuk kerjasama nya akan sangat berbeda karena nominal kerjasama nya pun membutuhkan berkali-kali lipat dari sponsor kmarin. Dewi terlihat semakin bingung, obrolan kami tidak menyelesaikan masalah nya. Minuman kami sudah habis lalu kami kembali ke ruang osis.

Saat baru masuk ruangan, Dewi melihat Rendy dan Tama sedang bermain game di laptop nya, hal tersebut membuat Dewi semakin marah.

"Bukan nya cari ide malah main, yaudah aku pulang duluan aja". Sambil membanting buku yang tadi sempat di bawa nya, kemudian Dewi mengambil tas di kursi samping mereka dan meninggalkan ruangan.

"Iya hati hati Dew" tanpa merasa bersalah, mereka melanjutkan permainan nya.

Baru beberapa jam lalu aku mengagumi Rendy tapi kalau melihat sikapnya ini malah aku jadi ikut kesal seperti Dewi. Dengan perasaan yang semakin malas aku melanjutkan tugasku. Karena melihat Rendy dan Tama yang terlihat semakin asyik bermain game, membuatku semakin kesal, tapi anehnya tidak ada satupun anggota osis lain yang kesal melihat mereka bermain game. Karena hal itu aku memcoba mencari tau dengan bertanya kepada anggota lain yang sedang mengerjakan tugas bersama ku.

"Eh iyan, kamu kok nggak marah liat mereka asik main game padahal kita lagi banyak kerjaan gini?" . Lalu iyan menjawab.

"Maksudnya Rendy dan Tama?, ouu biarin aja, mereka punya tugas nya sendiri",

"Maksudnya?, ya kalau Rendy aku tau dia memang banyak tugas nya, tapi kalau Tama?" aku bertanya bingung.

"Kalau Tama dia Yang mengurus semua kegiatan lomba ini". Iyan menjawab.

"Mengurus? Gimana caranya? Dari tadi dia hanya main game aja keliatan nya". Belum selesai iyan menjawab lalu anggota lain, Rasya, memotong

"Tumben karin banyak tanya mereka" sambil tersenyum meledekku. Karena malu lalu aku mencoba merubah topik.

"Ngg, nggak apa-apa kok cuma penasaran sedikit aja, oh iya ini peserta nomer 21 dan 25 masuk ke kategori fiksi ya, sama yang nomer 26 tolong pisahkan ke kategori drama". Lalu Rasya segera melakukan instruksi yang telah aku berikan. Meski begitu masih banyak pertanyaan yang mengganjal di pikiran ku terkait Rendy dan Tama.

Setelah membaca banyak karangan, akhirnya aku mendapatkan 3 kandidat juara, 2 karangan dengan tema keindahan alam, dan 1 karangan dengan tema drama. pemilihan pemenang akan di tetapkan oleh ketua, wakil osis dan guru bahasa indonesia. Karena Dewi sebagai wakil osis sudah lebih dulu pulang, maka pelijan akan kami lanjutkan besok, kemudian iyan menyuruhku melampirkan file karangan tersebut ke dalam Web. Namun karena bingung aku bertanya kepada iyan dan ia menjelaskan, ternyata semua agenda kegiatan lomba terkoneksi dalam sebuah Web, semua perwakilan dari masing-masing pelaksana kegiatan akan memberikan laporan terkait perlombaan nya, kemudian laporan tersebut akan di update di lama utama yang bisa di akses semua siswa, laman tersebut ternyata juga terkoneksi dengan aplikasi di smartphone sehingga memudahkan setiap siswa untuk mengakses nya, semua data mengenai pelaksanaan kegiatan lomba, waktu hingga klasemen semua di update secara realtime. Jadi ini yang dimaksud oleh iyan tadi, aku baru mengerti, ternyata sistem nya lebih tersusun dari yang aku kira. Tapi siapa orang yang ada di balik ini semua ya.

Terka KarinDonde viven las historias. Descúbrelo ahora