Bukan nyaman yang benar-benar nyaman
Hanya aku terlalu lelah
Hanya aku tak ingin lagi patah
Dan seperti kataku di awal penggalan tadi
Aku telah berubah
Pandang ku kini berarah
Pada titik cahaya mentari mu
Pada lengkung sinar senyum mu
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Seperti tak asing buat ku, penggunaan gaya bahasa nya seperti beberapa puisi ku, entah memang ini hanya kebetulan atau memang Ah sudahlah, mungkin hanya pemikiran ku saja. Tapi membuatku menjadi lebih tertarik, kemudian aku bertanya kepada Sinta.
"Kamu dapat puisi ini dari siapa sin?".
"Nggak tau, nggak ada nama pengirim nya, hanya ada inisial "Ʌp" surat ini aku temukan ada di kursi ku tadi". Jawab Sinta.
"Ʌp"? Kira kira siapa itu sin" aku bertanya kembali.
"Aku juga nggak tau, Kayanya aku nggak punya teman dengan inisial itu "
Hari itu Sinta di buat bahagia, ia begitu bersemangat, ia memutuskan untuk pulang lebih cepat dan mengakhiri aktifitas kami. Karena puisi itu aku jadi ikut terbantu sehingga bisa punya waktu lebih banyak bersantai. Karena hari masih siang, jam baru menunjukan pukul 3, aku putuskan langsung bersantai di taman. Suasana taman sore itu tampak berawan, angin berhembus cukup kencang, menjelang malam aku putuskan untuk melanjutkan santai ku di kedai.
Tak biasa nya, alunan musik sudah terdengar. Seingatku, pria yang bermain gitar itu baru memulai aktifitas ya sekitar jam 7 atau jam 8 malam. Biar saja lah, sepertinya semesta memang sedang mendukung ku untuk bersantai.
Suasana ini tak datang setiap saat, menambah mood ku untuk lebih semangat. Aku baru teringat membawa beberapa buku puisi siang tadi, ku keluarkan dan mulai melanjutkan memilih dan menyalin beberapa karya tulisan. Sampai tak terasa telah menyelesaikan 2 buku, lalu segera ku akhiri dan segera pulang.
Keseokan harinya, sperti kemarin, ketika aku datang ke ruang sastra, Sinta kembali terlihat berbunga bunga. Belum sempat duduk, Sinta langsung memberitahu ku bahwa dia kembali mendapatkan surat dari pemuja rahasia nya. Lalu ia menunjukan surat nya padaku
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hai awan
Terlukis samar wajah mu
Seperti sedang memperhatikan ku
Dari sudut gelap antara sore dan malam
Perlahan memudar terbawa hembusan ke dalam
Jangan
Jangan dulu malam
Temani aku Hanya aku
Genggam aku
Tapi jangan kau bawa pergi
Tetap disini, biar ku hapus lelahmu
Tatap aku, sandarkan penat mu
Kalau kau takut malam
Biar aku yang tetap terjaga
Awan
Pemuja Rahasia Sinta
Start from the beginning