"Queen!! " panggilku dan mendekat kearahnya yang masih terisak.
"Tidakk.. Jangan... Mama... Papa... Tolong aku.. Lena takut... "
Kupeluk tubuhnya erat saat melihat bisikannya yang terdengar menyedihkan.
"Tenangkan dirimu sayang, ini aku. Kau aman sekarang. " bisikku memeluk tubuhnya yang masih bergetar.
"Awhss... Sakitt.. Kepalaku sakitt... Tolong Lena.. Lena takut... "
Aku mencoba berfikir diatas kekhawatiranku, aku harus melakukan sesuatu. Hingga aku bawa tubuhnya kekamar miliknya dan membaringkan tubuhnya, namun saat aku ingin melepas pelukannya untuk menyalakan saklar. Tubuhku dipeluk erat oleh Queen, isakannya membuatku tak tega meninggalkannya.
Duaaarrr...
"Aaaaaaa...... Hiks... "
Sekarang aku tahu penyebabnya, dia takut dengan hujan dan suara petir.
"Sshhh... Jangan takut, ada aku disini." bisikku menenangkannya, aku mencari sesuatu untuk mengobati rasa takutnya.
Hingga aku melihat headphone dinakas, sebuah ide masuk kedalam otakku. Kuraih headphone itu dan menyalakannya dengan lagu yang menenangkan, kuletakkan headphone itu ke kepala gadisku.
Hingga beberapa saat kemudian tubuhnya sedikit tenang, walaupun tubuhnya masih bergetar dan isakannya yang masih terdengar.
Aku membawa tubuh mungil itu ketengah ranjang tanpa melepas pelukan kami, aku baringkan tubuh kami dan menaikan selimut itu sampai leher. Hingga beberapa saat kemudian, kurasakan nafasnya yang sudah teratur menandakan dia sudah tertidur.
Melihatnya seperti tadi membuat hatiku sakit, aku baru tahu tentangnya yang trauma dengan suara hujan dan petir. Kembali kuingat kiriman pesan seseorang membuatku bertanya-tanya siapa pemiliknya, mungkin setelah ini aku harus meminta anak buah daddy mencari tahu.
Setelah suara hujan diluar tak terdengar, aku melepaskan headphone yang menempel dikedua telinga Queen dan kembali menyimpannya ditempat semula.
Karena hari mulai malam, tak terasa aku ikut memejamkan mataku dan tertidur masih dengan posisi kami yang saling berpelukan.
Entah sudah berapa lama aku tertidur, kurasakan pergerakan yang berasal dari gadisku.
"Sshhh... Awsshh.. " ringisan itu membuat mataku langsung terbuka.
"Ada yang sakit? " tanyaku dan kurasakan tubuhnya menegang.
"Apa yang terjadi? Siapa kamu?!! " tanya nya dengan suara serak, kudengar nadanya yang panik.
"Ini aku. " jawabku, aku beranjak dari ranjang dan berjalan mencari saklar yang ternyata berada disamping pintu.
Setelah lampu menyala, aku kembali kearah ranjang dan melihat Queen yang tengah memegang kepalanya.
"Ada apa? Kepalamu sakit? " tanyaku khawatir.
"Tolong bawakan obatku didapur. " pintanya yang langsung kulaksanakan.
Setelah membawa obat dan juga segelas air putih, aku kembali menuju kamar. Melihat ekspresinya saat ini sepertinya dia sangat kesakitan, itu membuatku tak tega.
"Ini minumlah. " ucapku menyodorkan obat kebibirnya yang langsung dia telan dan kuberikan gelas itu padanya.
"Apa masih sakit? Apa perlu aku memanggilkan dokter atau kita ke rumah sakit saja sekarang? " tanyaku beruntun.
YOU ARE READING
YES, I WILL [END]
Romance~ sequel of FATE ~ Hal yang paling disesali oleh Alena adalah mengatakan tiga kata laknat yang mengubah kehidupannya, hidupnya yang sudah kacau semakin hancur saat kehadiran seseorang yang katanya sudah mengenalnya lama. "Will you merry me? " "Yes...
8 • MYSTERIOUS MESSAGE •
Start from the beginning
![YES, I WILL [END]](https://img.wattpad.com/cover/235742873-64-k614150.jpg)