Hello Stranger

35 6 0
                                        


"Eonni..."

Wanita itu menoleh dan mengangguk lalu berjalan memelukku. Aku menangis di pundaknya, ah tidak bukan hanya aku. Kami semua menangis, bahkan Misoo eonni yang tak pernah terlihat menangis pun sekarang meneteskan air matanya.

"Eonni tidak apa-apa kan?"

"Tak ada alasan untukku untuk merasa baik-baik saja sebenarnya. Tapi sepertinya senyum kalian akan menjadi obatku."

Ah, Eunji eonni. Dia bahkan tak mengeluarkan airmata nya membuat kami semakin merasa buruk. Aku tahu dia ingin menangis, tapi dia bahkan hanya tersenyum seperti biasa.

"Tersenyumlah. Aku saja bisa tersenyum sekarang, mengapa kalian tidak?" Ucapnya.

Jadi walaupun kami menangis kami tetap tersenyum, walaupun terpaksa. Oh ayolah! Siapa yang ingin tersenyum disaat seseorang yang berharga bagi kalian meninggalkan kalian dan tak pasti kapan lagi akan bertemu.

"Bagus. Senyum yang menyenangkan, ayo berfoto." Ucap Eunji eonni.

Setelahnya kami membantu Eunji eonni untuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tas miliknya. Kami mengantarnya sampai ke lobby, disana kami bisa melihat orangtua nya yang datang menjemput. Mereka mengucapkan banyak terima kasih lalu pergi darisana setelah membiarkan kami untuk memeluk Eunji eonni sebentar.

"Aku tahu ini berat, tapi kita harus bangun, kita akan debut setidaknya demi Eunji dan orangtua kalian. Semangat!"

.

.

"Selamat sore semua."

Itu coach Hyo. Kami para trainee sedang berkumpul di studio dance, suasana di antara kami masih tidak karuan. Beberapa menit yang lalu para staf sudah memasang mic pada kami. Shooting tetap harus di lakukan.

"Bagaimana keadaan kalian?."

"Baik Seonsaeng-nim" jawab kami serentak. Meskipun kami tidak memiliki alasan untuk baik-baik saja

"Ada sedikit pengumuman, untuk test berikutnya masih dengan tim yang sama." Kami sedikit bingung, jumlah kami ganjil sekarang.

"Kalian pasti bingung, ini akan sangat tidak adil jika jumlah kedua tim jadi berbeda. Untuk mengisi kekosongan itu kalian memiliki teman baru." Seseoran memasuki ruangan, jujur kami tidak tahu harus berkata apa sekarang.

"Umm.. perkenalkan namaku Min Hara, umurku 17 tahun. Aku berasal dari Busan, karena aku baru disini mohon bantuan dan kerja samanya terima kasih. Senang bertemu dengan kalian." Tunggu, Minhara? Kenapa wajahnya sangat tidak asing.

"Nah, perkenalan sudah selesai. Jadi kuharap kalian bisa beradaptasi dengannya. Dan berlatihlah dengan semangat, ingat itu. Mengerti semua?"

"Ne Seonsaeng-nim."

.

.

Keheningan menyelimuti kami. Tak ada yang ingin aku katakana pada wanita itu. Maksudku kami semua. Kami baru saja kehilangan Eunji eonni dan sekarang wajah baru muncul? Tak ada satupun dari kami yang mengajaknya bicara. Sungguh sakit saat melihat ranjang tidur Eunji eonni kosong. Aku juga tidak berani membayangkan si trainee baru itu menempatinya. Tak ada cara lain selain meninggalkannya di ruang tamu.

"Hey. Bagaimana menurutmu anak baru itu?"

"Hara?"

"Kau pikir saja sendiri! Kita baru saja kehilangan Eunji lalu mereka membawa perempuan itu pada kita. Ah ya ampun rasanya hatiku dongkol sejak tadi."

"Kau benar. Kedatangannya seperti telah direncanakan, aku tak bisa mempercayai ini."

"Kita lihat sepantas apa dia menggantikan Eunji eonni."

The ProblemМесто, где живут истории. Откройте их для себя