Sekolahku baru saja dibubarkan lima menit yang lalu. Aku sedang bejalan di trotoar jalan sambil mendengarkan musik kpop kesukaanku. Ah iya, hampir lupa. Perkenalkan namaku Park Minji, aku bersekolah di SMP Seoul tingkat akhir, atau kelas tiga, 5 bulan kedepan aku akan lulus.
Tepat yang ku tuju saat ini bukan lah rumah, tapi tempat karaoke yang biasa aku datangi 3 hari sekali. Tempat ku melepas segala emosi yang terpendam. Aku hanya perlu membawa beberapa uang koin ku, lalu bernyanyi sesukaku.
Aku akhirnya sampai di tempat itu, entah kenapa hari ini tempat ini agak penuh, aku berjalan mengelilingi tempat itu untuk mencari kamar kosong, ternyata ada satu. Aku bergegas. Baru saja aku memegang gagang pintunya, seseorang memegang gagang itu juga dari arah yang berlawanan denganku, ralat sepertinya dia memegang tanganku. kami bertatapan sebentar, sepertinya dia laki-laki, aku hanya bisa melihat matanya, tunggu tatapan itu sepertinya aku pernah melihatnya. wajahnya tertutup oleh masker hitam dan topi hitam. Segera aku melepaskan tanganku dari gagang pintu itu, begitupun lelaki itu.
"Maaf tapi aku sampai terlebih dahulu, bolehkah aku memakainya terlebih dahulu?" tanyaku sesopan mungkin. Dia terlihat agak menghela nafas. Lalu diam dan berfikir.
"Aku hanya bisa keluar hari ini, dan aku tidak mungkin menunggu. karena kita datang secara bersamaan tidak bisakah kita masuk bersama saja??" tanyanya sambil memiringkan kepala. Aku terkejut dengan tawarannya. Dia mengajakku masuk bersamaan? aku hanya bisa berfikir berulang kali. Haruskah aku terima tawarannya?
"kalau kau tidak mau yasudah kau saja yang tunggu aku tidak mau menunggu" ucapnya sambil berjalan masuk.
"Tunggu! " aku menahannya. "Aku akan masuk juga, ayahku bisa marah jika aku pulang terlalu larut" dia kemudian mengangguk dan membiarkan aku masuk. dan suasana canggung pun mulai mengepung kami, dia meminta koin ku, lalu mengeluarkan koin miliknya kemudian memasukkan semuanya ke mesin.
"kau bisa bernyanyi duluan, aku mau pesan sedikit minuman dan makanan.. apa kau ingin sesuatu?" aku menggeleng, aku tak bawa uang cukup untuk itu. dia kemudian mengangguk lalu keluar. aku meraih remote besar itu di meja lalu menekan nomor lagu yang selalu aku nyanyikan disini, lagu kesukaanku. Paper Umbrella-Yesung. setiap menyanyikan lagu ini suasana hatiku menjadi tenang dan aku seperti merasa lega. Seakan semua beban yang aku rasakan selama ini terangkat begitu saja. Sampai aku tidak sadar lelaki tadi sudah duduk disebelah ku.
"Wow, kau bahkan menggunakan nada aslinya" aku hanya menunduk malu. "Biarkan aku menyanyikan lagu yang sama" aku kemudian menekan nomor lagu tadi. "Ternyata kau selalu menyanyikan lagu itu setiap kesini". Aku hanya diam tanpa tau apa yang harus aku lakukan.
Dia berdiri membelakangi ku dan membuka maskernya, mungkin dia tak ingin memperlihatkan wajahnya padaku. Aku menghargai itu.
Dia mulai bernyanyi. Suaranya indah seperti suara penyanyi aslinya. Tapi tunggu, ini terlalu mirip, aku panik sekaligus terkejut. Dia kemudian membalikkan badannya dan melihat kearah ku, dan benar saja itu Kim Yesung dari Super Junior, grup kpop kesukaanku sejak aku masuk SMP. Oh tidak, dia tersenyum. Aku tidak percaya ini. Dia kemudian mengarahkan mic-nya padaku, memintaku untuk bernyanyi lagi. Aku tidak bisa, badanku seluruhnya terkunci. Aku tidak percaya ini.
"Kau pasti terkejut, kan?" ucapnya setelah selesai bernyanyi. aku mengangguk kecil. "Aku juga"
"Aku tidak mengira kau ini Elf jadi aku ajak kau masuk, tidak ada tanda-tanda kau ini Elf. biasanya ada sebuah gantungan di tas seorang Elf atau fandom lain" gantungan? aku memilikinya. aku melihat lagi tasku. Ternyata terselip masuk kedalam tasku. Aku kemudian mengeluarkan gantungan itu.
"Ahh,, ternyata ada" dia tersenyum senang. "hi~ (melirik name tag ku) Park Minjji. Aku Yesung Dari Super Junior" aku tersenyum dan dia membalas senyumanku. "kita bisa kembali bernyanyi" ucapnya sambil meraih remote tadi dan kecanggungan pun akhirnya menghilang.
YOU ARE READING
The Problem
FanfictionKalian kira menjadi seorang idol itu mudah? Modal tampang? Ini lah kisah seorang trainee. Suka mau pun duka sudah ia lewati. Lelahnya diteriaki pelatih. Lelahnya di kritik media. Lelahnya terjerat skandal. Ancaman dikeluarkan dan masih banyak lagi. ...
