12

20.5K 3.3K 878
                                    

"Love is a risk, and I'm willing to take it."

.

"Apa maksudmu untuk yang terakhir kalinya, Yamaguchi ?!"

Nadanya meningkat, ia tidak mau berpikiran negatif. Apa Yamaguchi akan meninggalkan dirinya ? Atau ia hanya akan berpindah negara untuk berobat ?

"Y-yah, kukira setelah kau berpacaran dengan Kuroo-san, k-kau tidak akan mengantarku pulang lagi, Tsukki. A-aku tidak ingin m-membuat Kuroo-san cemburu."

"Huh ? Dia bukan tipe orang yang cemburuan kok. Lagipula, kau ini teman sejak kecilku, Yamaguchi. Ia pasti akan memakluminya."

"B-baiklah, terima kasih, Tsukki."

Bukan, nadanya bukan gagap karena ia nerveous dekat dengan orang yang disukainya, namun karena pita suaranya semakin melemah. Ia hanya memiliki beberapa kata-kata yang tersisa. Badannya kurus kering, kulitnya pucat pasi, dan senyum yang biasa ia kenakan mulai memudar.

Tsukishima menarik kedua sudut bibirnya yang membentuk lengkungan tipis, namun tulus dan hangat. Yamaguchi masih terus setia menatap kosong ke bawah.

Kotanya indah hari ini, paparan sinar mentari sore membuat tempat ini seperti disiram oleh cat berwarna oranye. Sayangnya, Yamaguchi tak dapat melihat pemandangan indah disekitarnya. Yang bisa ia saksikan hanyalah lanskap panorama buram.

Mereka berdua terhenti pada rumah bernuansa hijau gelap—putih dengan atap miring itu, tak lain adalah rumah Yamaguchi.

Tsukishima dan Yamaguchi melangkah ke halaman depan rumah kosong milik lelaki itu, dan Yamaguchi spontan mendudukkan dirinya sendiri pada sofa yang langsung terarah pada sudut pandang luar.

Walau tak dapat memandang dengan jelas, namun tatapan Yamaguchi pada langit seolah-olah menyatakan ia mengagumi hamparan jingga yang dilengkapi dengan senja itu.

Ia menyandarkan tubuhnya, masih setia menatap langit sore itu dengan takjub. Bisakah waktu berhenti hanya untuk saat ini ? Pikirnya. Namun tak seperti itu cara semesta bekerja.

"Tsukki," panggilnya kepada lelaki yang duduk disebelahnya.

"Hm ?"

"Kalau s-seandainya ak-ku pergi, apa yang akan kau lakukan ?"

Tsukishima menatap Yamaguchi sejenak dengan intens, ia semakin getir dengan keadannya apabila terus menerus mengucapkan kata-kata seperti itu.

Ia menahan dengan kuat agar air matanya tak terjatuh membasahi pipinya, kemudian menautkan jari jarinya dengan milik Yamaguchi, mengelus tangannya perlahan. Tsukishima tersenyum sembari mempertahankan kontak mata dengan sahabat kecilnya itu.

"Menunggumu kembali."

One Last Time - Tsukiyama [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang