ch 1

17.9K 674 9
                                    

Aku mau tulis cerita baru dan mungkin tetap Lisoo seperti biasa tapi untuk cerita ini aku mau pakai Chaesoo karena kayaknya lebih dapat feelnya ke Chaesoo,,,,seperti biasa sih diusahakan tidak terlalu banyak chapter biar sama-sama ga bosen...

Semoga suka dan jangan lupa pencet tombol follow, like atau comment yang banyak, mau bagi ide atau kritik dan saran yang membangun dipersilahkan haha...

Dahlah kita langsung mulai saja ceritanya ga usah pakai basa basi yang udah basi pasti pada skip juga ga dibaca hahaha ✌....











🌹
🌹
🌹
🌹
🌹
🌹
🌹
🌹
🌹
🌹















Tampak seorang gadis tengah memandang sebuah batu nisan yang entah sudah berapa lama dia hanya berdiri tanpa melakukan apapun hanya berdiam diri. Satu persatu orang mulai meninggalkan tempat pemakaman tapi tidak dengannya yang masih mempertahankan diri. Terdiam tanpa suara ataupun isak tangis darinya. Beberapa orang yang masih disana hanya memandangnya dengan penuh rasa iba. Berfikir bahwa dia tak bisa meneteskan airmatanya karena sangat terpukul dengan kenyataan yang sangat tidak pernah diduga sebelumnya.

Setelah merasa cukup akhirnya gadis itu melangkahkan kakinya meninggalkan area pemakaman yang mulai diguyur hujan. Tanpa merasa terganggu dengan derasnya air hujan yang membasahi tubuhnya, gadis itu tetap berjalan santai menuju mobilnya. Ditatapnya kembali batu nisan itu dari kejauhan sebelum akhirnya dia benar - benar menghilang masuk kedalam mobil dan menjalankannya membelah lebatnya air hujan yang menguyur bumi.

Gadis itu hanya memandang arah rumahnya yang masih ramai dengan tamu yang terus berdatangan mengucapkan bela sungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan. Dengan menghela nafas kasar akhirnya dia keluar dari mobilnya dan melangkahkan kakinya memasuki rumahnya. Tampak beberapa pasang mata memandangnya dengan tatapan dingin yang seakan siap untuk menghabisi dia kapanpun itu. Tanpa mengindahkan tatapan mereka dia tetap berjalan masuk menuju kamarnya sebelum sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Kim Jisoo."

Tanpa berniat untuk menjawab dia hanya berdiri mematung dan menunggu yang memanggilnya akan melanjutkan pembicaraanya.

"Kami turut berduka cita atas kehilanganmu. Tapi bisakah kamu meluangkan waktumu sebentar untuk menyapa para tamu disini."

Jisoo membalikkan badannya menghadap orang tersebut sebelum mengedarkan arah pandangannya ke seluruh ruangan dirumahnya. Tampak beberapa tamu mengamati mereka dan beberapa seperti tak peduli dengan kehadirannya serta sisanya dengan tetap pandangan dingin kearahnya.

"Untuk apa uncle memintanya untuk meluangkan waktunya yang sangat berharga itu. Aku rasa dia tidak merasakan kehilangan sedikitpun." Jisoo menatap datar kearah seorang gadis yang tampak lebih muda darinya yang dibalas dengan tatapan dinginnya yang sejak tadi dia berikan.

"Hentikan Jennie. Jangan memancing keributan, saat ini kita sedang berduka."

"Ck, berduka? Lihat saja dia sama sekali tak menampakkan bahwa dia sedang berduka." Yeri, saudaranya yang lain ikut membuka suaranya.

"Yeri, Appa mohon kalian berdua hentikan." Jisoo kembali menatap laki-laki paruh baya didepannya, tetap terdiam cukup lama sebelum akhirnya dia hanya mengangguk sebagai jawaban atas permintaan laki-laki itu.

"Gantilah pakaianmu setelah itu kembalilah kemari."

Jisoo hanya kembali mengangguk sebelum kembali melangkahkan kakinya kembali kearah kamarnya. Tampak kedua gadis yang tadi, tampak tak senang dengan keputusannya untuk menemani tamu di rumahnya sebagai ucapan terima kasih.

My Rosé ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang