5. Cantik Tapi Berduri

9.2K 1.8K 138
                                    

Enjoy and happy reading💋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoy and happy reading💋

***

"Surat persetujuan apa, Pa?"

"Akte pindahan kita, papa belum sempat nandatangan."

Lamunan Benua terhenti saat ada tangan menepuk pelan pundaknya. Reaksi spontan membuat ia menoleh ke arah pelakunya. Ternyata itu adalah Zara, yang sedang tersenyum cerah padanya. Gadis itu berdiri tepat di samping bangkunya sambil memeluk sebuah buku tebal.

"Lagi mikirin apa?" tanya Zara penasaran.

Senyuman Zara membuat matanya yang berbentuk bulan sabit itu menyipit dan meninggalkan kesan imut pada wajahnya.

Benua mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan, ternyata sudah sepi. Ia baru menyadari ini sudah masuk jam istirahat dan para siswa sudah keluar dari kelas.

"Tugas uji kompetensi kamu, udah selesai?" Telunjuk Zara mengarah pada kertas yang ada di tangan Benua. Insting penasaran membuat leher gadis itu sedikit maju untuk melihat jawaban di kertas Benua.

"Udah," jawab Benua. Seperti biasa, tak ada emosi di dalam suaranya.

Zara mengangguk pelan masih dengan senyuman yang terpatri, meninggalkan kesan periang dan mudah akrab dalam dirinya.

"Kamu mau ikut aku ke perpus nggak?" Zara mengira mungkin kalimat pertanyaannya sedikit ambigu. "Gini, kita 'kan ikut olimpiade, jadi bisa cari bahan di sana. Perpustakaan sekolah ini ged—"

"Gue belum tentu terpilih. Masih ada Demi." Benua mengemas bukunya ke dalam tas, lalu beranjak dari bangkunya.

Jawaban itu membuat Zara menipiskan bibirnya sambil menghela napas. Seolah sudah terbiasa dengan sikap tak acuh Benua, ia kembali mengekori langkah pria tersebut.

Zara berusaha menyamakan derap langkah kakinya dengan langkah panjang dari Benua. "Kalau Bu Sandra udah nyaranin kamu buat ikut, pasti kamu udah terpilih. Yakin, deh!"

Gadis itu kembali mengoceh di sepanjang koridor. Tanpa sengaja, beberapa kali ia mendengar orang-orang bergosip tentang mereka.

"Mereka ada hubungan, ya?"

"Gue yakin dia pasti pacaran sama Zara."

"Iya, gue juga mikir gitu. Soalnya kemarin cuma dia yang berani nolongin Zara di kantin."

Mulut manusia tidak pernah bisa ditutup. Memang tidak ada yang salah, tetapi ucapan mereka membuat Zara sedikit menurunkan tempo langkahnya.

"Nu!" panggil Zara seraya menunggu Benua menoleh ke belakang. "Aku langsung tunggu di perpus aja. Dateng, ya!"

Zara langsung berlari kecil sambil memeluk bukunya. Ini lebih baik daripada harus mendengar orang-orang bergosip sepanjang jalan. Samar-samar ia bisa mendengar Benua mengiyakan ajakannya, membuat garis bibirnya melengkung kembali.

Merapi & Benua [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang