Keping [2] Si pendengar yang baik

Mulai dari awal
                                    

"Asem." Ansel menghisap rokok elektrik itu beraroma nanas.

"Ketek lu tuh yang asem." Raza mengambil paksa vapenya ditangan Ansel.

Ansel mengendus-endus keteknya. "Mau nyoba?" Tawar Ansel menempelkan tangannya ke hidung Raza.

"Kampret ini bocah." Umpat Raza. Ansel terbirit-birit masuk ke dalam rumah.

[Kemarin pukul 14.00 WIB]

Sella menghampiri Gallen yang sedang bermain basket di lapangan. Hanya Gallen yang bisa menjadi pendengar baik Sella.

"Eh ada lo, Sel. Ko mata lo sembab sih. Kenapa lo?" Gallen duduk diubin berhadapan dengan Sella yang diduduk di kursi lapangan.

"Nih." Sella menyodorkan botol air mineral dingin.

"Lo masih lama gak latihannya?" Tanya Sella pelan.

Gallen meneguk air minum yang diberikan Sella. "20 menitan lagi. Kenapa lo mau nungguin gue?"

Sella mengangguk. "Gue mau pulang bareng lo."

Mereka berdua pulang bersama. Diperjalanan Sella diam. Sesampainya di rumah Sella, ia masih belum mengatakan apa-apa pada Gallen.

"Lo yakin gak ada masalah apa-apa?" Gallen mencoba memancing Sella agar mau bercerita.

"Dirumah lo gak ada Tante Karin kan?" Tambah Gallen.

"Dia udah pulang cuma 3 hari kok." Tante Karin adalah satu-satunya kerabat yang Sella punya. Karin adik dari ibunya Sella. Ia setiap bulannya berkunjung melihat kondisinya Sella. Sisanya Sella menghabiskan waktu sendiri di rumahnya.

"Gue masuk ya, numpang pipis di rumah lo." Pinta Gallen. Sella mengiyakannya.

Rumah sederhana yang dihuni oleh satu manusia. Barang-barangnya tertata rapih namun berdebu. Banyak barang-barang yang antik. Foto keluarganya masih menempel di dinding ruang tamu.

"Udah pipisnya?" Tanya Sella melihat Galle keluar dari toilet.

"Gue haus, Sel. Bikinin gue es jeruk dong." Pinta Gallen.

Mata Sella melotot. "Udah dikeluarin dimasukin lagi." Gerutunya pelan.

"Apa yang dikeluarin dimasukin?" Reflek Gallen mencandai Sella yang berjalan ke dapur.

Sella datang membawa nampan yang berisi es jeruk. "Udah minum lo pulang ya."

"Gak." Gallen mengambil gelasnya.

"Lo cerita dulu baru gue bisa pulang."

Keduanya terdiam.

"Ini pertanyaan terakhir gue, abis ini gue gak akan nanya lagi. Lo kenapa Marsella?" Tanya Gallen hati-hati. Matanya mengunci mata Sella. Sella akhirnya menceritakan kejadian siang tadi. Gallen mendengarkan dengan seksama. Sesekali Sella meneteskan airmatanya.

"Keterlaluan ya temen-temen lo. Perlu gue laporin ke guru BK nih." Jawab Gallen setelah Sella menceritakan semuanya.

"Gak perlu, gue gamau kena masalah lagi nantinya."

Sebelumnya Gallen itu masuk kepengurusan OSIS. Hal-hal seperti pembullyan bisa Gallen usut dengan bantuanya. Namun, Gallen menghargai keputusan Sella yang tak mau ambil resiko bila ia terkena masalah lagi setelah Monic dan antek-anteknya masuk ruangan BK.

"Yaudah lo gak usah sedih lagi. Gue gak akan bawa masalah ini ke ruang BK. Asal lo gak boleh sedih lagi." Ucap Gallen berusaha menenangkan hati Sella.

THE MANNEQUIN [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang