Keping [2] Si pendengar yang baik

280 133 216
                                    


Lying close to you, feeling your heart beating
And I'm wondering what you're dreaming
Wondering if it's me you're seeing
Then I kiss your eyes
And thank God we're together
And I just want to stay with you in this moment forever
Forever and ever

Lagu klasik dari penyanyi Aerosmith - I Don't Want to Miss a Thing bergema diruangan tengah lantai dua keluarga Manika.

Quin tahu siapa yang memutar lagu dengan volume besar sepagi ini. Hari ini benar-benar weekend. Quin masih betah berlama-lama dengan kasurnya. Merasa terganggu dengan kebisingan itu Quin bangun dengan membawa bekas botol minuman. Kakinya menuruni anak tangga, tapi Quin hanya sampai berdiri ditengah anak tangga. Lalu melempar botol tadi ke target sasarannya.

Plak...

Raza memegang kepalanya yang terkena botol. "Shit!" Umpat Raza lalu mematikan radionya dan matanya mencari-cari sosok yang melempar botol itu.

"Lo kalo mau bikin rusuh sana keluar rumah biar digebukin sama warga." Raza menangkap sumber suara tersebut.

"Kalo lo rusuh dirumah ini lo abis sama gue." Tambah Quin sambil berteriak.

"Sini lo turun. Gak sopan banget cewe satu ini. Untung lo adik gue." Raza mendekati Quin berbalik badan dan masuk kembali ke kamar mengunci pintu.

Raza mengetuk-ngetuk pintu kamar Quin. "Buka pintu!"

Tak ada jawaban.

"QUEENZA!! Berhenti bersikap kasar dan gak sopan sama semua orang. Gak semua orang bisa nerima sikap lo yang kaya gini." Ucap Raza dengan nada tinggi.

Masih tak ada jawaban.

"Bunda pasti sedih kalo liat lo berubah kaya gini." Nadanya sedikit menurun. Raza kembali turun ke lantai dua.

"Bunda." Gumam Quin.

"Maafin Quin."

Ansel melihat Raza yang sedang duduk di taman sambil mengeluarkan asap beraroma nanas.

"Kenapa lo, kak." Tanya Ansel sembari meluruskan kakinya setelah berolahraga di halaman komplek rumah.

"Gue gak ngerti lagi sama sikap Quin yang kasar. Ditambah lagi gue sebagai kakak berasa gak dihargain." Jelas Raza pada Ansel.

Ansel menghela napas. Melihat mata Raza yang benar-benar dibuat kesal oleh Quin. "Lo harus bisa nyesuaiin sikap lo ke Quin yang sekarang. Masih mending lo sabtu minggu doang di rumah. Lah gue hampir tiap hari ketemu Quin. Lo bayangin deh."

Raza memang sudah tidak tinggal dirumah utama mereka. Ia merantau menimba ilmu di salah satu Universitas Bandung. Bukan seperti anak rantau umumnya, Raza disana membeli rumah untuk ia singgahi. Jika sempat setiap weekend Raza pulang ke Jakarta untuk menemui keluarganya. Dan baru hari ini Raza berkunjung kembali ke rumah Rizaldi setelah 7 bulan menetap di Bandung.

"Papah gimana?" Tanya Raza lalu menghisap rokok elektrik.

"Papah lagi diluar kota 1 bulan."

"Bukan itu maksud gue. Respon Papah ke Quin gimana?"

Ansel bangun dan menghampiri Raza dikursi taman. "Papah ngehargain sikap Quin, Papah gak pernah marahin Quin. Karena Papah ngertiin sikap Quin yang sekarang." Ansel mengambil barang kecil yang dihisap Raza.

THE MANNEQUIN [Slow Update]Where stories live. Discover now