40). Seleksi Olimpiade Ekonomi days 2

Start from the beginning
                                    

=   =

        =   =

                   = =

Keesokan harinya.

Detik ini juga adalah hari yang paling menegangkan sekaligus hari yang akan menghadapkan para remaja Sinota pada perang dingin.

Seluruh peserta olimpiade khusus pembelajaran Ekonomi sudah berkumpul di aula, sebelum memulai pertandingan otak mereka diberikan nomor peserta sekaligus switter hitam untuk dikenakan. Maklum, pesertanya kali ini hanya lima orang.

"Baiklah anak-anak. Sekarang kita akan langsung memulai seleksi olimpiade Ekonomi hari kedua. Peraturannya sedikit berbeda karena sistem seleksi akan diubah bukan secara lisan. Pertama, peserta seleksi wajib mengerjakan soal secara tulisan sebanyak 100 soal dalam waktu 120 menit. Kedua, jawaban benar mendapat poin plus satu sedangkan jawaban salah akan diberi minus satu. Dan yang terakhir, siswa yang memperoleh angka tertinggi dialah yang akan mewakili olimpiade Nasional yang akan diumumkan besok."

Lima orang peserta seleksi mendengarkannya dengan detail, kecuali Syira yang mulai memetikkan jemari di meja, sedikit tak yakin dengan kemampuannya hari ini.

Bu Alice telah selesai membagikan soal. Dan sekarang waktunya untuk bekerja!

Teng... Teng....

Mereka mulai berpikir, ada yang mengerjakan soal logika terlebih dulu dan ada juga yang lebih memilih berhadapan dengan hitungan.

Ira lebih memilih bermain dengan hitungan terlebih dulu, karena baginya menghitung membutuhkan waktu yang lama. Jadi dirinya ingin menghabiskan waktu awal untuk menghitung, sebelum otaknya menjadi blank.

***

Sementara dari seberang sana, Piter mulai khawatir lagi. Ia sedikit cemas dengan anak didiknya itu yang kadang bisa menciptakan lamunan atau bahkan menjadi tak bisa diandalkan.

"Syira, semoga Lo bisa! Jangan sampai kalah deh sama Neuson." Cemas Piter sambil menggenggam tangannya sendiri dalam ikatan gemetaran.

"Tenang aja, sahabat gue pintarnya gak kalah sama IQ Mr.Been." Suara ini membuat Piter keheranan, siapa wanita aneh yang memercikinya dengan perkataan itu? Oh ternyata dan ternyata, hanyalah sesosok wanita yang sedang sibuk berkaca-kaca sambil mengoleskan pondation-nya.

Piter menilik datar.

"Gue nggak minta pendapat maupun krisan dari E-Lo. Lagian ngapain Lo duduk merapat dekat gue? Disana masih banyak bangku kosong kalik," sinis Piter sambil geleng-geleng namun Bulan hanya menatap cermin tanpa menghiraukan umpatannya.

"Cihh, gue dikacangin sama semesta." Umpatnya lagi yang kini Piter tujukan untuk dirinya sendiri. Bulan mulai menghentikan aktivitas mengaca, ia membalas omongan Piter. "Sayangnya Lo lebih kejam daripada semesta. Harusnya Lo terimakasih sama gue karena dari sekian banyaknya pemberontak yang tidak mersetui hubungan Lo sama Ira. Gue termasuk ke dalam pendukung," balas Bulan menghanyutkan suasana umpatan Piter.

"Yaudah, lain kali Lo gue jadiin sebagai media dalam menyatukan hubungan gue sama Ira."

Bulan menyodorkan telapak tangannya.

Move On (Segera Terbit♡)Where stories live. Discover now