"Iya, aku sayang ayah..."

"YUNA!!!"

disaat bersamaan, Yulia berteriak kencang dan lantas menutup matanya dengan tangan. Handphone yang sedari tadi ia pegang terlempar asal, diikuti dengan suara tabrakan dahsyat dari bus yang mereka tumpangi. Sebuah truk menabrak busnya dengan kencang.

BRAAAK!

"Ugh...a...yah..."

Dari jauh ia dapat melihat handphone nya yang masih merekam suara. Dari seberang sana, ayah nya berteriak kencang Yuna tersenyum kecil, ia merindukan ayahnya. Pasti setelah ini lelaki itu akan menyelamatkan nya, pasti.

Yulia...dimana dia?

Matanya menoleh pada sosok bersimbah darah segar diantara api yang berkobar. Yulia ada disana,

dia...mati?

setelahnya Yuna yang masih bertahan terdiam menatap langit yang mulai mendung. Sesuatu bersinar dari tas ransel dibelakangnya.

"Aku...tak...kuat...lagi..."

Yuna menutup mata, menahan rasa sakit dikepalanya yang terasa hangat saat ini membuatnya berangsur-angsur kehilangan kesadarannya, hingga langit menggelap, pandangan nya telah hilang. Namun samar, seseorang dengan langkah santai menatapnya dengan sorot mata tenang dan mengucapkan sesuatu.

***

Tiga tahun berlalu...

"Nona! Nona Annika!! Tunggu saya sebentar!!!"

Annika, yang kala itu menikmati waktunya dengan satu cup es krim rasa vanilla yang baru ia beli tadi dengan terpaksa menolehkan kepalanya dengan malas, berapa waktu yang akan terlewati setelah ini karena lelaki bangsawan yang satu ini.

"Ada apa Tuan Blair?"

"Hash...hash...berikan aku...waktu bernafas, nona..."

Lelaki didepannya ini, Blair Fulton, putra pertama dari Marquis Fulton adalah pria berbakat dalam bidang administrasi dan cukup terkenal dikalangan para nona muda. Sesuatu berwarna warni dibelakang tubuhnya membuat Annika menyadari sesuatu. Dan benar saja, setelah Blair mengeluarkan buket bunga mawar besar nya, sepatah dua patah puisi romantis terdengar dari mulutnya.

"Mata mu indah seperti lavender ungu yang menghiasi musim semi ku, bahkan nona, rambut mu lebih indah melebihi mentari pagi ku, nona Annika! Bersediakah kau menerima lamaranku!"

"Waw..." Annika terkesiap sesaat, bahkan beberapa nona muda, yang kebetulan lewat mulai berteriak histeris karena pengakuan tersebut.

"Ini pengakuan ke 99 dalam satu tahun terakhir tuan Blair..." Annika tersenyum kecil. Menerima buket tersebut dan melemparkannya kearah seorang nona muda yang kebetulan merupakan penggemar Blair Fulton. "Renee!!! Tangkap! Ini hadiah dari tuan Blair untuk mu!" Sontak sang gadis menangkap nya dan berteriak histeris. Annika menoleh lagi kearah Blair yang melongo gelagapan.

"Maaf tuan, aku tidak bisa, kita adalah orang yang bertolak belakang seperti siang dan malam. Lagipula..."

Annika membisikan sesuatu. "Kau tidak ingin kan, menjadi sasaran empuk kakak ku." Lalu mengedipkan sebelah matanya dan lantas membuang es krimnya yang telah cair ke tempat sampah.

"Sir Ethan! Anda menunggu lama?"

Kesatria bersurai silver itu menggeleng. "Tidak."

The Vermilion Primrose [END]Where stories live. Discover now