Satu

11.4K 693 42
                                    

Vote dulu yuk sebelum baca ❤

***

Namanya Gisella Alcita. Entah sejak kapan, dia lebih suka dipanggil Alca. Gadis berusia dua puluh tujuh tahun yang kini bekerja menjadi Dokter disalah satu Rumah Sakit Jiwa terbesar di kota ini.

Sejak dirinya masuk di bangku SMA, Alca memang sudah tertarik pada persoalan healthy mental. Alca sering menjadi tempat curhat orang-orang di sekitarnya, bahkan membantu mereka dalam permasalahannya.

Lahir dari seorang Ayah yang berprofesi seorang Dokter, membuat Alca juga tertarik dalam kedokteran. Kedua hal yang Alca minati kini telah disatukan, yang menempatkan dirinya pada pekerjaannya sekarang.

Alca sangat mencintai pekerjaannya. Orang-orang seperti mereka tidak untuk di kucilkan, melainkan di bantu agar bisa sembuh. Bagi Alca, didunia ini tidak ada yang menginginkan berada pada kondisi mental yang bermasalah. Keadaanlah yang membuat mereka seperti ini.

Alca telah menghadapi berbagai macam pasian, mulai dari yang hanya diam saja sampai yang mengamuk tidak karuan. Alca juga sering mendapat kekerasan secara fisik saat pasien tidak bisa dikendalikan. Tapi itu sama sekali tidak membuat Alca kapok. Apapapun akan Alca lakukan, agar pasien-pasiennya bisa sembuh kembali.

"Loh, kok makanannya ga dimakan?"

Alca duduk di sebelah seorang gadis yang sudah tiga minggu berada disini. Pembullyan yang dilakukan teman sekelasnya, membuat gadis ini depresi. Diusianya yang baru menginjak tiga belas tahun, gadis yanh bernama Shilla ini telah melakukan percobaan bunuh diri selama tiga kali.

Karena tak sanggup menghadapi sang anak. Akhirnya kedua orang tua Shilla membawa Shilla ke Rumah Sakit Jiwa. Sayangnya, selama tiga minggu disini kedua orang tuanya sama sekali tidak pernah menjenguknya.

"Saya suapin ya."

Masih sama seperti sebelumnya, Shilla hanya bungkam. Dia menatap kosong kearah dinding kosong yang sepertinya terlihat lebih menarik.

Saat Alca hendak menyuapkan makanan tersebut, Shilla menampiknya dengan keras. Hingga sendok tersebut terjatuh di lantai.

"Semua orang itu jahat."

Alca tertegun. Untuk pertama kalinya, setalah tiba dari sini akhirnya Shilla membuka suara.

"Dunia ini memang di penuhi dengan orang-orang yang jahat. Makanya, kamu harus bertahan. Karena dunia butuh orang baik seperti kamu."

Shilla menoleh menatap Alca. Gadis itu memancarkan tatapan seolah berharap. Berharap jika dia masih bisa menjadi orang yang berguna. Hanya dengan tatapan Alca bisa memahami isi hati gadis kecil itu.

"Kamu bisa cerita semuanya sama saya. Jangan dipendam sendirian, karena itu tidak akan menyembuhkan luka kamu."

Gadis itu kembali diam. Mungkin Shilla masih membutuhkan waktu. Sampai sekarang Alca yakin Shilla masih shock harus berakhir di Rumah Sakit Jiwa.

Tali pengikat sudah tidak terpasang lagi di tangan Shilla, karena beberapa hari ini Shilla sudah cukup tenang dan berhenti melukai dirinya sendiri. Pihak Rumah Sakit terpaksa memasang tali pengikat waktu itu karena Shilla yang berusaha untuk bunuh diri lagi.

Alca bangkit dari duduknya, membiarkan Shilla kembali sendirian.

"Saya pergi dulu, kapanpun kamu mau, saya siap mendengar cerita kamu."

Shilla menatap datar kearah Alca, dibalas senyuman lembut oleh wanita itu.

Saat kakinya baru saja melangkah, suara lirih gadis itu menghentikan langkah Alca.

Assalamualaikum, AlcaWhere stories live. Discover now