Empat

1.4K 79 1
                                    

Jam kosong di mata pelajaran terakhir merupakan angin sejuk bagi kelas XII MIA 3. Meskipun mereka tidak diperbolehkan pulang duluan walaupun tidak ada guru yang mengajar, semua siswa kelas XII MIA 3 senang-senang saja karena mereka tidak diberi tugas. Setidaknya 90 menit berikutnya bisa mereka lalui tanpa perlu berpikir untuk menyelesaikan tugas.

Disaat teman-temannya sedang bersenang-senang karena jam kosong, Vania sudah merasakan bosan di sepuluh menit pertama. Nora hari ini tidak masuk karena sakit sehingga Vania tidak punya teman ngobrol. Sebenarnya dia bisa saja bergabung dengan temannya yang lain, tapi Vania sedang merasa malas untuk berbasa-basi dan bersosialisasi. Bima dan Seno juga tidak terlihat lagi sejak ketua kelas mengumumkan jika guru yang mengajar tidak masuk hari ini. Mereka berdua pasti bolos atau nongkrong di kantin belakang. Mana betah dua cowok itu berada di kelas jika jam kosong seperti ini.

Vania menundukan kepalanya. Dia menatap layar ponselnya yang mati karena kehabisan batrai. Vania lupa membawa power bank dan charger. Akhirnya Vania memutuskan untuk keluar kelas dan menuju perpustakaan. Sepertinya lebih baik berada disana untuk membunuh rasa bosannya. Membaca novel sepertinya pilihan yang tepat.

Ketika melewati ruang OSIS, langkah Vania terhenti karena mendengar suara seperti tabrakan dua benda. Pintu ruang OSIS terbuka setengah namun terlihat sepi. Vania jadi penasaran siapa dan apa yang terjadi disana. Cewek itu memutuskan untuk masuk dan mendapati seseorang sedang menyapu ruangan seluas dua belas meter kuadrat itu.

"Bintang?"

Bintang yang merasa dipanggil menoleh lalu mengulas senyum. Cowok itu menyandarkan gagang sapu di dinding lalu menghampiri Vania yang berdiri di ambang pintu. Dia menepuk ringan kedua telapak tangannya yang berdebu.

"Hai, Van. Cari siapa?"

"Nggak cari siapa-siapa. Gue kebetulan lewat doang. Masuk kesini karena dengar suara berisik. Ternyata ada lo di dalam yang lagi nyapu," kata Vania. Sejujurnya Vania sempat speechless melihat Bintang sedang menyapu di ruang OSIS ini. Seumur hidupnya, hanya beberapa kali Vania menyaksikan cowok menyapu seperti ini.

"Tadi gue nggak sengaja nyenggol meja sama sapunya. Kayaknya gue terlalu bersemangat," kekeh Bintang. Cowok itu menunjukan cengirannya yang membuat wajahnya semakin tampan.

"Lo lagi dihukum makanya nyapu ruang OSIS?" Tanya Vania penasaran. Biasanya hal-hal seperti ini dilakukan oleh para cowok dengan alasan.

"Nggak. Lebih kepengen aja sih. Bosan di kelas doang. Tian lagi pembinaan jadinya nggak ada yang bisa gue ganggu. Ya udah gue milih kesini aja. Tadi pas masuk ruang ini, gue liat debunya udah mulai tebal. Kayaknya piket ruangannya nggak jalan beberapa hari. Harus gue evaluasi secepatnya sih ini," kata Bintang tapi terlebih seperti gumaman pada dirinya sendiri. Sedangkan Vania menatap cowok itu kagum. Dimana lagi Vania bisa menemukan cowok seperti Bintang ini?

"Lo emang kelewat rajin atau berjiwa babu?" Tawa Bintang terdengar mendengar gurauan Vania. Matanya menyipit, menyisakan kerutan tipis di sudut matanya.

"Berjiwa babu, mungkin?" Balas Bintang bercanda. "Gue mau lanjutin nyapu dulu. Lo duduk di sofa ujung sana aja. Bagian sana udah gue sapu. Biar lo nggak kena debu."

"Eh gue boleh stay disini?"

"Boleh dong," angguk Bintang. "Emangnya apa yang bikin lo nggak boleh stay disini? Atau lo mau pergi ke tempat lain?"

Vania sempat terdiam sebentar lalu menggeleng. "Nggak ah. Gue disini aja. Liatin ketua OSIS nge-babu."

Vania menuju sofa yang dibilang Bintang tadi. Selagi Bintang menyapu, mata Vania asik menjelajahi ruangan persegi panjang ini. Ini pertama kalinya Vania melihat dengan seksama ruangan OSIS. Sebelumnya Vania hanya mampir dan berada sebentar disini. Siswa yang bukan bagian dari OSIS sepertinya tidak akan menemukan alasan bertahan lama di ruangan ini.

VaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang