Perfect Scars

312 33 10
                                    

"Pemirsa, baru saja kami mendapat laporan dari kontributor kami bahwa telah terjadi kasus penembakan di sebuah lokasi shooting malam tadi, diketahui seorang model muda tertembak di lokasi kejadian, namun inisial korban masih dirahasiakan. Pelaku sudah berhasil dilumpuhkan, dan kasus ini masih dalam penyelidikan pihak kepolisian hingga berita ini diturunkan.... Kita beralih ke berita lainnya......." seorang pewarta berita televisi menyiarkan langsung berita penembakan itu ditengah rentetan berita terkini.

"Eommoni, diluar pasti sudah banyak wartawan. Eommoni, Yuna dan Yeji sebaiknya tetap disini dan jangan ada yang keluar. Dan Yeji-ah, aku akan membawa ponselmu hari ini untuk diselidiki siapa orang yang meneleponmu kemarin ne." ucap gadis polisi itu setelah seisi ruang rawat private room itu menonton berita terkini di televisi.

"Ne, bawa saja, Chaery." Yeji menganggukkan kepalanya tanda setuju.

Ya, Yeji sudah menceritakan perihal menit-menit sebelum penembakan itu terjadi kepada sahabatnya yang seorang polisi itu. Dan guna untuk mempermudah pelacakan, ponsel Yeji pun akan dipinjam sementara oleh pihak kepolisian untuk penyidikan kasus itu lebih lanjut.

"Tapi eonni, Yuna ada ujian hari ini." ucap anak bungsu keluarga Shin.

"Begini saja, eonni akan mengantar Yuna ke sekolah, jadi Yuna tetap bisa mengikuti ujian." ucap Chaeryeong cepat.

Dan tanpa fikir panjang, Yuna dan nyonya Shin menyetujui tawaran polisi muda itu. Yuna pun segera bergegas untuk segera bisa berangkat ke sekolahnya tanpa telat, meski Yuna dan Chaeryeong harus ke rumah keluarga Shin dulu, guna mengambil seragam Yuna, dan segala kebutuhan Ryujin dan ibunya selama berada di rumah sakit.

***

Di tempat lain, Seoul
Seorang pria paruh baya mengembangkan senyum kemenangannya setelah melihat berita pagi di televisi, dengan nyamannya dia menikmati awal harinya dengan menyeruput secangkir kopi paginya.

"Sajangnim..." seorang pria muda dengan bekas luka di pipinya itu menghampiri pria berperawakan tinggi yang sedang menikmati pagi harinya, pria setengah baya itu tidak menyahut, dia hanya melihat kearah orang kepercayaannya itu, dan menunggu pria muda itu melanjutkan bicaranya.

"Aku mendapat laporan kalau yang tertembak bukan Hwang Yeji, Sajangnim." ucap pria muda itu berhasil membuat pria paruh baya itu bereaksi.

"Anak buahmu melakukan kesalahan?" tanya pria yang dipanggil Sajangnim itu datar.

"Maafkan kami Sajangnim, tapi yang tertembak itu anak kedua keluarga Shin."

"Eoh??" reaksi pria paruh baya itu terkejut.

"Hahahaha... menarik sekali... dengan sendirinya anak itu mendatangi ajalnya." pria yang tak lagi muda itu tertawa mendengar laporan dari anak buahnya.

"Lalu bagaimana dengan Hwang Yeji, Sajangnim?" tanya pria itu lagi.

Pria paruh baya itu tidak menjawab, dia hanya terlihat sedang berfikir akan pertanyaan dari kaki tangannya itu, dia kembali menyeruput kopinya dengan santai, namun secara tiba-tiba pria itu melempar cangkir yang dipegangnya ke pemuda yang ada dihadapannya, yang sontak saja menumpahkan sisa ampas-ampas kopi tersebut di wajah dan pakaian si pemuda, serta sekaligus membuat pelipis si pria muda berdarah seketika karena terkena lemparan cangkir itu.

"Bereskan!" ucap si pria yang dipanggil Sajangnim itu dengan wajah dinginnya.

"Ne, Sajangnim." sahut si pemuda itu tidak mempedulikan goresan luka pada pelipis kanannya.

"Semuanya! Dan aku tidak terima kata gagal kali ini." ucap pria berdarah dingin itu sambil berdiri lalu meninggalkan orang kepercayaannya itu.

***

The Perfect ScarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang