Kelvin (PMS dan kompor)

134 9 9
                                    

Kana membanting pintu mobil dengan keras dan masuk rumah dengan terburu-buru. Aku, Hyuga-san dan Daiki-san menghela napas kompak. Kami saling pandang untuk beberapa saat dengan raut wajah yang menampilkan mimik serupa. Perasaan bersalah sekaligus kebimbangan yang benar-benar membingungkan.

"Apa yang harus kita lakukan?" Tanyaku sambil memandang pintu rumah yang tertutup rapat sehabis dibanting Kana dengan keras.

Dua sepupuku hanya bisa menghela napas lalu turun dari mobil. Aku ikut turun setelah mematikan mesin. Mengikuti langkah kedua sepupuku ke dalam rumah.

Lebih tepatnya ke arah kamar Kana.

Aku memandang kedua sepupuku sebelum mengetuk pintu kamarnya. Rasanya benar-benar tidak nyaman saat aku tidak bisa mengerti pasti apa yang Kana rasakan. Dan hari ini aku mengutuk mulutku yang sembarangan mengatakan hal kurang menyenangkan padanya. Kana pasti benar-benar marah padaku dan mungkin pada kedua sepupuku juga.

"Ana...," aku memanggilnya setelah mengetuk pintu.

Tidak ada jawaban. Aku menghela napas lagi dan kembali mengetuk dengan agak keras. Berulang kali hingga aku menyerah. Memutuskan untuk membuka pintu langsung tapi, sayangnya terkunci dari dalam. Sepertinya Kana benar-benar ngambek pada kami bertiga. Kejadian yang jarang tapi, sekalinya terjadi, pasti membuat kami kewalahan.

"Daiki, Evin, mari diskusi di kamarku. Kita perlu membujuk dengan rencana bagus." Hyuga-san menyeret kami berdua ke arah kamarnya. Melewati ruang bersantai yang hanya ada Bibi Rosa yang sedang beberes ruangan. Menuju kamar Hyuga-san yang terdapat di pojok ruang bersantai dekat dapur.

Sesampainya di kamar Hyuga-san, kami membuat lingkaran mengelilingi satu meja bundar dan duduk di atas karpet bulu sambil memasang mimik serius. Oke, ini memang masalah pelik untuk keluarga kami. Dan jangan sampai Mama atau Papa mendengar kabar pertengkaran kami karena akibatnya akan lebih rumit lagi. Bahkan Kana mungkin akan lebih marah pada kami bertiga, terutama aku.

"Oke, pertama Evin. Ceritain lengkapnya gimana bisa Kana malah marah sama kami juga gara-gara cuma setuju sama pendapatmu." Hyuga-san membuka obrolan setelah melemparkan tasnya sembarangan.

Kedua sepupuku memandangku serius. Dan aku cukup sadar diri bahwa langkah yang kuambil adalah hal yang cukup berlebihan dan terlalu khawatir pada hal yang belum tentu terjadi. Aku menjelaskan berdasarkan kejadian yang kulihat akhir-akhir ini. Deskripsi dari Kana yang menurutku untuk pertama kalinya dalam sejarah hidupku, ia tertarik melihat cowok lain.

Flashback

Aku menyusuri lorong depan auditorium untuk mencari Kana yang katanya sedang mencari Genta. Cowok yang tak pernah sekalipun kulihat menatap Kana terang-terangan. Cowok yang seperti punya dunianya sendiri tapi membuatku cukup was-was karena kedekatannya dengan Kana akhir-akhir ini semenjak latihan lomba drama.

Dan aku menemukan mereka di belakang gedung auditorium yang sepi. Mereka benar-benar berdua tanpa ada orang lain di sekitarnya. Hal pertama yang kurasakan adalah perasaan tidak suka saat melihat Kana justru bicara dengan nyaman pada Genta. Entah apa yang mereka perbincangkan, aku tidak begitu mendengarnya. Yang kutahu saat itu adalah senyuman Kana yang benar-benar tulus untuk cowok itu.

Sejenak, aku merasakan kehilangan sesuatu yang tidak tahu pasti itu apa. Karena hal pertama yang kusadari adalah, dia terlihat seperti ketika bersamaku. Senyuman yang aku tahu dengan pasti hanya diberikannya kepadaku. Tapi, kini ia memberikannya untuk cowok yang bahkan tidak pernah terlihat tertarik padanya.

Percayalah. Rasanya sangat mengesalkan.

Dan bukan hanya sekali moment dimana Kana hanya berdua dengan Genta.

It's Only 5 Minutes Appart (End)Where stories live. Discover now