2.Elena

5 2 0
                                    

Aku memutar keran shower dan sedetik kemudian air membasahi tubuhku. Lagu Becky G dengan judul Shower bersenandung mengisi ruang kamar mandi rumahku yang cukup luas ini. Aku sesekali menari mengikuti alunan musik dan menyanyikan sepotong bait yang liriknya betul-betul aku ingat.

Dancing in the mirror🎶🎶🎶
Singing in the showet🎶🎶🎶

Hal yang sama kulakukan hingga aktivitas mandiku selesai. Aneh ya? Rumah kami lantainya kayu, mirip-mirip interior rumah di Jepang, tapi kamar mandi sudah seperti dihotel pakai shower dan lantai keramik segala. Ibu bilang sih biar gaya sedikit dek. Lah, kami tinggal di Indonesia tepatnya di Bandung, interior rumah gaya Jepang, trus kamar mandi ala-ala hotel. Ibu bisa aja memang.

"Bu masak apa? Mau nyarap nih?"

"Hah sarap? Selesai mandi kok mau jadi sarap sih?"tanya ibu dengan nada jenaka.

"Sarapan bu, bukan sarap yang satu lagi"balasku meluruskan meskipun aku tahu sebenarnya ibu sudah paham dan malah membuat ucapanku sebagai candaan.

Sepertinya sifatku yang suka bercanda, membanyol, dan banyak bicara ini turun dari ibu. Apa aku coba buat casting jadi pelawak ya? Haha.

"Bu, bukannya janji mau masak semur ayam ya?"

"Ayam di kulkas habis dek, ibu lupa, pagi-pagi belum buka warungnya bibi Sarimin, kalau kepasar jauh" jelas ibu.

"Yah, kecoa deh aku"

"Kecewa, ih kecewa. Sejak kapana ibu ngelahirin kecoa?" Ibu membalas gurauanku

"Ngambek ih. Giliran Gina aja tadi malam dimasakin opor kesukaannya" rajukku

Kadang aku heran, apa anak kandung ibu itu sebenarnya Gina ya? Paling parah sih, ibu pernah ngucapin selamat ulang tahun ke aku,eh tau-taunya Gina yang lagi ulang tahun. But overall, aku tahu kok, gak ada orang lain yang bisa menandingin kasih sayang ibu untuk aku dan adikku.

Untung Julio, adikku menghabiskan sebagian besar waktunya tinggal diasrama. Kalau dia tinggal dirumah dan menghadapi tingkah ibu yang sangat menyayangi Gina, pasti adikku itu bakalan ngambek seharian dan mogok makan lalu pulang keesokan hari keasrama. Kalau aku sih, sudah terbiasa. Lagipula ini Gina, Gina temanku, aku tidak cemburu dengan semua sikap ibu padanya. Kalau orang bilang aku terlalu naif, yaudah sih, sebagai masayarakat Indonesia yang menghargai hak berpendapat, aku terima-terima aja. Hanya aku yang tahu seberapa besar cinta dan kasih sayang ibu padaku.

Ngomong-ngomong soal mogok makan, Sinta, adiknya Runa katanya lagi ngambek makan. Runa sudah kewalahan membujuk adiknya itu untuk makan. Aku berencana kerumah Runa siang ini, mumpung jadwal kuliah lagi kosong.

"Biar gak ngambek ibu siapin deh" bujuk ibu.

"Suapin ih" kataku gemas melihat ibu yang ikut-ikutan salah mengucapkan kata yang diucapkannya. Lalu kami sama-sama tertawa.

***
Riel menungguku didepan rumah. Ia duduk dimotor miliknya dengan memeluk helm yang baru ia lepas dengan sebelah tangan, sedangkan tangan yang satunya bertengger di  tempat duduk motor itu. Buset, gayanya sudah seperti shooting adegan didalam music video saja.

Riel ini sering membuatku heran. Contohnya seperti sekarang. Dia itu bertetangga dengan Runa. Namun, ia malah datang menjemputku untuk membawaku kerumah Runa. Bukankah itu hanya membuat dia repot? Capek iya, hemat tidak. Padahal aku bisa memesan uber. Mungkin untuk orang berada seperti dia, hal ini bukan apa-apa.

"Si Runa kenapa?" tanya Riel saat melihatku keluar dari rumah setelah permisi dengan ibu.

"Bukan Runa, Sinta mogok makan katanya" jawabku sekenanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 24, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Parenting LovelandWhere stories live. Discover now