Prolog

263 155 20
                                        

Selamat membaca!

~~~

Tahun 2011 silam.

Ada dua bocah kecil tengah berlarian di pinggir danau sambil tertawa riang.

"Bintang!" panggil bocah bertubuh gendut yang tengah duduk bersandar di bawah pohon karena kelelahan berlari.

Bocah laki-laki bertubuh pendek yang tengah berjongkok di pinggir danau itu pun menengokkan kepalanya ke sumber suara. Bocah itu berjalan perlahan dan duduk di samping bocah gendut tadi.

"Kenapa Aya?" tanya Bintang sambil duduk di sampingnya.

"Aya capek!" keluhnya.

Bintang menatap Aya dari bawah sampai ke atas, "Siapa suruh badan Aya gendut!" ucapnya polos.

Aya cemberut kesal, "Kalo Aya nggak gendut nanti Aya nggak bisa gendong Bintang setiap mau berangkat sekolah,"

Aya dan Bintang teman satu kompleks dan satu SD, setiap berangkat sekolah Aya selalu menjemput Bintang agar mereka bisa berangkat ke sekolah bersama.

Mereka tidak naik sepeda, ataupun di antara oleh kedua orangtuanya. Melainkan berjalan kaki, tetapi Bintang tidak pernah berjalan karena ia selalu di gendong oleh Aya setiap berangkat sekolah.

Aya tidak merasa terbebani karena setelah itu ia akan di traktir makan oleh Bintang. Makan adalah hal terfavorit Aya setelah taekwondo. Ya, bocah gendut itu suka sekali bela diri, ia ingin sekali menjadi seperti ayahnya.

Bintang menatap Aya kesal karena dari tadi ia terus saja makan sosis.

"Aya suka banget sosis ya?"

Aya mengangguk lucu. Ia menatap ka arah Bintang dan mengerutkan keningnya saat melihat sehelai daun yang terjatuh di bahu Bintang.

"Sehelai daun yang jatuh di pundak mu," ujar Aya sambil menunjuk daun yang berada di pundak bintang.

Bintang menatap pundaknya, "Tanpa menimbulkan suara dan terasa sangat ringan." ujarnya sambil tersenyum lebar. "Beneran ringan loh! Nggak ada suaranya lagi!" lanjutnya dengan senyum merekah menghiasi wajahnya.

Setelah itu mereka tertawa bersama saat melihat dedaunan kering berjatuhan di tubuh mereka.

"Aku bakalan ingat terus kata-kata itu Aya! Karena kita yang membuat nya. Daun yang jatuh di pundak mu tanpa menimbulkan suara dan terasa sangat ringan!" ujar Bintang dalam hati sambil menatap Aya yang tengah tersenyum senang memainkan dedaunan dan di selingi dengan makan sosis.

Saat Aya tengah sibuk bermain, diam-diam Bintang meletakkan gantungan kunci boneka kelinci di tas milik Aya.

🍃🍃🍃

1 Minggu setelah nya mereka menangis bersama sambil berpelukan. Aya tidak ikhlas jika Bintang harus pindah jauh dari nya.

"Maafin bintang ya? Bintang harus pindah ke Jakarta. Bunda bintang udah pindah jauh ke Kanada, makannya Bintang pindah ke Jakarta ikut ayah." ujar Bintang sambil menyeka air matanya.

Aya mengangguk, sambil tersenyum hampa.

"Hati-hati ya pak! Sebentar lagi kami juga pindah an, semoga kita bisa tetanggaan lagi." ujar Anita ibu Aya.

"Iya Bu. Kami pamit," ujar Erlanggayo ayah Bintang. "Ayo, kakak mu udah nunggu di mobil!" lanjutnya sambil menggendong tubuh kecil nan pendek anaknya.

"Hati-hati!" teriak Aya sambil menyeka air matanya.

Setelah kejadian itu mereka tidak pernah bertemu lagi.

Tetapi setelah 9 tahun berlalu tepatnya tahun 2020 takdir Tuhan mempertemukan mereka kembali. Sayangnya Aya tidak mengingat siapa Bintang, karena ia mengalami hilang ingatan setelah insiden kecil yang menimpanya dulu.

Bintang juga belum tau bahwa Aya adalah teman masa kecilnya, tapi ia merasa bahwa dirinya dan Aya sudah sangat dekat.

Setelah Bintang merasa yakin bahwa dia benar-benar Aya, Bintang pun terus memaksanya agar ingat bahwa dia adalah teman masa kecilnya. Tapi seberapa pun Aya berusah, ia masih belum bisa mengingat dengan jelas siapa Bintang sebenarnya.

"Ayo Aya! Lo pasti bisa inget! Please, temuin gue di dalam ingatan lo!"

~Find me in your memory~

🍃🍃🍃

TBC!
Don't forget to vote n comment!

Slow update!

나 재민💫

Find Me In Your MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang